Mohon tunggu...
Ahmad Mustaqbal Ukhrawie
Ahmad Mustaqbal Ukhrawie Mohon Tunggu... Mahasiswa - "اِذِ اْلفَتَى حَسْبَ اعْتِقَادِهِ رُفِع # وَكُلُّ مَنْ لَمْ يَعْتَقِدْ لَمْ يَنْتَفِعْ"

Hamba Tuhan yang mengabdikan diri menjadi seorang pembelajar dan pengamal. Menekuni bidang: pendidikan agama islam, sejarah, dan sastra. “Ikhlas memang tak mudah. Karena itu, ada ungkapan semua manusia ini binasa, kecuali yang beramal. Semua yang beramal binasa, kecuali yang tulus ikhlas" -Muhammad Quraisy Syihab-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membentuk Mentalitas Pembelajar

19 Agustus 2022   13:21 Diperbarui: 7 September 2022   07:37 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Foto Pribadi

Menjadi pembelajar memang sudah dimulai sejak kita lahir, sejak kita dalam alam kandunganpun sebenarnya kita sudah belajar. Bahkan tanpa disadari niat yang kuat untuk belajar, sebenarnya kita juga sudah belajar. Lalu apa yang dimaksud belajar yang sesungguhnya? bagaimana membentuk mental pembelajar? Apakah kita juga bisa melakukannya?.

A. Belajar, Pelajar dan Pendidikan untuk pembelajar

Menurut pengertiannya, Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari. Dapat digaris bawahi, jika itu merubah diri seseorang baik karena pengaruh dari dalam diri ataupun dari luar. maka itu sudah bisa disebut proses belajar, namun yang dimaksud belajar disini, yang terbaik adalah niat diawalnya dan hikmah pada akhirnya. 

Untuk lebih tepatnya M. Sobry Sutikno mengemukakan pendapatnya tentang pengertian belajar, pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini, perubahan adalah sesuatu yang dilakukan secara sadar (disengaja) dan bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. 

Belajar adalah prosesnya, pelajar adalah subyek atau pelaku. sedangkan hasil dari belajar itu sendiri yakni ilmu. Sebenarnya lebih jauh dari itu, ketika dikaitkan dengan Belajar dan Pelajar, dua kata ini tak bisa dipisahkan dalam program kerjanya,  keduanya sudah dijodohkan dalam Takdir Mubram-Nya, sudah ketetapan Pencipta

Belajar sendiri juga dapat dimaknai bagai menanam buah, jika musim itu cocok buah itu akan hidup dan bernaung tegak menjemput musim berbuah, namun jika musim itu bukan musim buah kita masih mendapatkan batangnya, hijau daun segarnya yang masih elok dipandang.

Baca juga: Pendidikan Karakter

Dalam hal ini keterkaitan antara Belajar Pelajar dan pendidikan memang sangatlah erat. Pembelajaran atau Pendidikan memang sudah dimulai sejak manusia pertama kali diciptakan Tuhan dan baru berakhir apabila roda kehidupan dunia sudah ditutup Sang Khaliq. Setelah adam diciptakan, Tuhan mengajarkan kepadanya semua ilmu pengetahuan. Peran Adam dalam konteks ini adalah sebagai obyek, sedangkan Tuhan atau "Rabb" sebagai guru, pendidik, atau malah lebih besar dari sekedar subyek.

Pendidikan, Pembelajaran, dan Pengajaran semacam ini tentu tidak sebatas pada diri Adam. Tetapi, terus berkesinambung setiap saat tanpa henti. 

Pasalnya Tuhan kita, menyebut dirinya "Rabbul 'alamin." Kata "rabb," menurut para ahli tafsir, bahasa dan sastra arab, berasal dari kata rabba-yurabbi-tarbiyah, yang berarti pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian, rangkaian kata "rabbul 'alamin" bisa diartikan "tuhan yang mendidik alam semesta."   

Oleh karena itu manusia diajarkan untuk metik poin hikmah, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari tentang semua peristiwa yang sudah terjadi dan menjadi pelajaran demi menghadapi kerasnya tantangan zaman.

B. Sentuhan Untuk Seorang Pembelajar

Menutut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap insan yang beriman kepada yang Esa. Tanpa adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Besar pahalanya mencari ilmu pengetahuan, sehingga hewan yang ada di laut turut mendoakannya, memintakan ampun kepada Dzat yang Mahakuasa untuknya, dan seluruh isi dunia turut memohonkan ampunan untuknya.

Jika kita mampu mengontrol kebiasaan kita, kita akan mampu mengontrol hidup. Menjadi pembelajar hanyalah dengan mengerjakan sebaik apa yang bisa kita kerjakan. Sungguhpun, kita memiliki waktu yang sama, bagaimana kita mengisi waktu itulah yang membedakannya. Karena kita adalah pesaing terberat diri kita. Jika kita mampu menghadapi tantangan dengan kejujuran dan dedikasi, insyaallah keberhasilan akan menghampiri diri kita.

Sama halnya ketika kita membedakan antara mental pemenang dan pecundang. Mental pemenang ketika melihat orang lain bisa melakukan sesuatu, ia pun akan berfikir bahwa ia juga bisa melakukannya.  Sementara mental pecundang mungkin hanya berfikir, "biarkan saja ia melakukannya, itu bukan urusan saya."

 Mental seseorang pemenang ketika mengetahui orang lain belum bisa melakukannya, maka ia akan berfikir untuk bisa menjadi yang pertama melakukannya. Namun, mental pecundang mungkin akan berfikir, "Bagaimana aku bisa melakukannya? Orang lain saja belum ada yang melakukannya."

Disiplin diri kadang bertentangan dengan naluri manusia yang cenderung senang dengan sesuatu yang tidak mengandung paksaan. Setiap diri pasti menyenangi indahnya refreshing, walaupun tidak sampai pada derajat wajib, tetapi setidaknya ia berada pada level sangat diperlukan bagi kita. Itu adalah fitrah manusia untuk merasakannya. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika sewaktu-waktu kita memanjakan diri d ngan sesuatu yang menyenangkan. Namun masih dalam batas yang wajar. 

C. Membentuk Mentalitas Pembelajar

Pada dasarnya semua manusia memiliki rasa malas dalam dirinya, bersemayam dalam diri menjadi sebuah kebiasaan yang buruk jika terus-menerus dipelihara, termasuk sang Penulis sendiri. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri, karena proses belajar mengajarkan kita yang menoton . Rasa jenuh dan malas datang sewaktu-waktu melambai-lambai pada siapa saja yang sedang tidak sadar. Oleh karena itu, mental pembelajar harus kokoh dalam menghadapi tantangan seperti rasa malas, rasa ingin suatu hal yang menyenangkan diri dan seterusnya.

Untuk menumbuhkan mental pembelajar Penulis sudah merangkum sesuatu yang bisa menjadikan kuatnya mental pembelajar.  komponen-komponen tersebut sudah diringkas sedemikian rupa guna mendukung lancarnya proses tersebut. Hal-hal yang harus dilakukan yakni 

1. Teguh pendirian.

2. Tidak mudah minder

3. Tidak mudah percaya omongan orang. 

4. Sabar, dan tenang dalam menghadapi segala hal.

5. Berfikir sebelum bertindak.

6. Tidak malu bertanya.

7. Pandai membagi waktu.

8. Selalu Mengedepankan Akhlaq.

Semoga bermanfaat, akhiru kalam.

Sumber : 

El-Bantany, Rian Hidayat. (2017). Inspirasi Mengukir Prestasi Islami. Solo: Tinta Medina.

Siradj, Said Aqil, (2006). Tasawuf Sebagai Kritik Sosial Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi. Bandung : Mizan.

Fulan,  Alala. Lirboyo Kediri: Darul Mubtadiin.

12.15, jum 19 agst 2022 M/ 21 Muharram 1444 H, Blitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun