Mimpi Sekolah Mbah Sidal
Mbah sidal begitulah semua orang mengenalnya. Ia dengan rutin selalu berjualan di pinggir jalan Alun-alun Utara (Altar) Malioboro semata - mata hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita lansia ini tak pantang menyerah dalam menjalani kehidupannya. Saat ini Ia tak punya siapa-siapa lagi. Ia menjalani hidupnya seorang diri. Walaupun usianya yang sudah tua, Ia tetap bermimpi suatu saat dapat mencicipi bangku pendidikan.
Mbah sidal tinggal di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. Ia menjalin ikatan pernikahan dini yakni pada saat berumur 20th. Setelah pernikahan berlangsung selama 30th Ia pun harus menanggung beban sendirian dalam menjalani hidup. Ia ditinggal suaminya pulang memenuhi panggilan tuhan disaat usia mbah sidal 50th. Dan Ia tidak dikaruniai keturunan oleh sang pencipta. Hanya mempunyai satu saudara kandung yang Beliau miliki. Namun keberadaannya pun sudah tidak diketahui. Diusia yang sudah tua yakni 80th Ia berusahamemenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berjualan pisang Godok dan kacang Godok di Alun-alun Utara (Altar) Malioboro (18/10). Beliau berjualan dari Piyungan sampai Altar dengan menggedong tenggok dan tampah. Mulai dari Jam 09.00–20.00 WIB.
Tempat dia berjualan numpang di pinggir warung Burjo tempatnya “Burjo bu Paijo”. Walaupun panas terik matahari menyengatbeliau tetap semangat menjualkan dagangnya. Saat waktunya sholat Ia pun tak lupa untuk tetap melaksanakan ibadahnya. Hasil jualan yang tidak tetap itu hanya cukup untuk makan saja. Ada banyak suka duka dari Mbah Sidal selama jualan. Terkadang jualan pisang dan kacang masih banyak sisa. Jika ada sisa pisang Godokdari jualnya sampai rumah dibeli tetangga dekatnya dan di tukar dengan beras atau terkadang ditukar dengan makanan.dan jika ada sisa kacang dari jualannya sampai rumah dijemur dan kembali lagi dijual esok hari. Karena harapan Mbah Sidal yang penting bisa makan setiap hari.
Sejak kecil Mbah Sidal mempunyai cita-cita dan semangat yang tinggi untuk bisa sekolah seperti halnya teman –teman seumurannya Mbah sidal dulu yang bisa merasakan pendidikan setingkat SD. Tetapi karena himpitan ekonomi keluarganya yang pas - pasan Ia tidak dapat merasakan nikmatnya bangku sekolah. Jangankan buat biaya sekolah, buat makan esok hari saja masih bingung. Cita-cita untuk sekolah akhirnya terkubur dalam – dalam karena Mbah Sidal dulu termasuk keluarga yang tergolong miskin atau kurang mampu. Halang rintang selalu menerpanya. Akhirnya Mbah sidal memutuskan untuk membantu orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan keluarga sehari – hari sebagai buruh tani. Seiring berjalannya waktu Mbah Sidal tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Beginilah Keadaan Mbah Sidal sekarang, sangat memperihatinkan.
Meskipun keadaan seperti ini, Mbah Sidal tetap bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan yang diberikan kepadanya. Beliau sampai saat ini masih mempunyai harapan untuk tetap merasakan bangku sekolah. Bersekolahan yang rajin jangan, bermalas malasan, dan tuntutlah ilmu setinggi langit. Jangan sampai menyesal dikemudian hari. Begitulah pesan dari Mbah Sidal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H