Mohon tunggu...
Ahmad Jawahir
Ahmad Jawahir Mohon Tunggu... Guru - Penulis Tanggung

Biasa saja sih....

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Genre Tulisan | Bereksposisi dalam Polemik RUU HIP

28 Juni 2020   01:17 Diperbarui: 28 Juni 2020   03:05 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengkritik melalui eksposisi juga memiliki jangkauan yang luas, baik dari segi ruang maupun waktu. Sebuah tulisan bisa dibaca oleh pembaca umum dimana saja kapan pun. Apa lagi kalau ditayangkan di Kompasiana, dilabeli "Pilihan" lagi. Terlebih menjadi artikel "Highlight" atau "Feature," akan dipromosikan ke berbagai sosial media oleh pihak Kompasiana sendiri.

Kritik melalui Eksposisi Analitis

Ada dua jenis eksposisi yang bisa kita gunakan dalam mengkritik: eksposisi analitis dan eksposisi hortatori.

Eksposisi analitis merupakan pemaparan gagasan penulis yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca bahwa ada masalah yang penting yang perlu mendapat perhatian terjadi di sekitar kita. Munculnya inisiatif DPR untuk merancang Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila adalah contoh masalah yang ada di hadapan kita.

Jika penulis lebih condong ke tidak setuju terhadap draft UU tersebut, penulis bisa menunjukan kepada pembaca bahwa ada kekeliruan dan kekurangan yang perlu mendapat koreksi dan kelengkapan dalam draft tersebut. Sementara penulis boleh juga mempengaruhi pembaca bahwa jika gol, UU tersebut akan memberikan manfaat pada masyarakat, jika penulis cenderung mendukung proses perancangannya.

Baca juga: Belajar Fitur-Fitur Teks Eksposisi dan Praktikkan Sendiri!

Bagaimana menulis eksposisi analitis?

Eksposisi adalah jenis tulisan argumentatif, jadi langkah-langkahnya tidak jauh dari langkah-langkah berargumen.

Pertama, sampaikan sikap, pendapat atau penilaian anda terhadap RUU HIP tersebut. Kehawatiran Indonesia menjadi negara sekuler, contohnya. 

Baca juga: RUU HIP: Mengapa ormas Islam cemas Indonesia jadi negara sekuler?

Kedua, berikan alasan mengapa khawatir Indonesia menjadi negara sekuler. Berikan pula apa yang bisa terjadi jika kehawatiran menjadi kenyataan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun