Mengkritik melalui eksposisi juga memiliki jangkauan yang luas, baik dari segi ruang maupun waktu. Sebuah tulisan bisa dibaca oleh pembaca umum dimana saja kapan pun. Apa lagi kalau ditayangkan di Kompasiana, dilabeli "Pilihan" lagi. Terlebih menjadi artikel "Highlight" atau "Feature," akan dipromosikan ke berbagai sosial media oleh pihak Kompasiana sendiri.
Kritik melalui Eksposisi Analitis
Ada dua jenis eksposisi yang bisa kita gunakan dalam mengkritik: eksposisi analitis dan eksposisi hortatori.
Eksposisi analitis merupakan pemaparan gagasan penulis yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca bahwa ada masalah yang penting yang perlu mendapat perhatian terjadi di sekitar kita. Munculnya inisiatif DPR untuk merancang Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila adalah contoh masalah yang ada di hadapan kita.
Jika penulis lebih condong ke tidak setuju terhadap draft UU tersebut, penulis bisa menunjukan kepada pembaca bahwa ada kekeliruan dan kekurangan yang perlu mendapat koreksi dan kelengkapan dalam draft tersebut. Sementara penulis boleh juga mempengaruhi pembaca bahwa jika gol, UU tersebut akan memberikan manfaat pada masyarakat, jika penulis cenderung mendukung proses perancangannya.
Baca juga: Belajar Fitur-Fitur Teks Eksposisi dan Praktikkan Sendiri!
Bagaimana menulis eksposisi analitis?
Eksposisi adalah jenis tulisan argumentatif, jadi langkah-langkahnya tidak jauh dari langkah-langkah berargumen.
Pertama, sampaikan sikap, pendapat atau penilaian anda terhadap RUU HIP tersebut. Kehawatiran Indonesia menjadi negara sekuler, contohnya.Â
Baca juga: RUU HIP: Mengapa ormas Islam cemas Indonesia jadi negara sekuler?
Kedua, berikan alasan mengapa khawatir Indonesia menjadi negara sekuler. Berikan pula apa yang bisa terjadi jika kehawatiran menjadi kenyataan.Â