Mohon tunggu...
Ahmad Jawahir
Ahmad Jawahir Mohon Tunggu... Guru - Penulis Tanggung

Biasa saja sih....

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Genre Tulisan | Teknik Mendeskripsikan Objek Tertentu

7 Juni 2020   00:24 Diperbarui: 7 Juni 2020   00:24 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melalui artikel terdahulu, saya mengajak Kompasianer berbicara tentang bagaimana menulis artikel berbentuk prosedur. Yaitu tulisan yang mendeskripsikan langkah-langkah membuat sebuah produk dan langkah-langkah melakuan suatu instruksi, petunjuk atau tutorial.

Dalam artikel ini saya mengajak kembali Rekan-Rekan Kompasianer untuk mengingat dan saling mengingatkan pentingnya menguasai teknik menulis artikel deskriptif, yang sedikit berbeda dari deskripsi prosedural. 

Tulisan kali ini menjelaskan artikel yang mendeskripsikan objek tertentu. Makna "objek" disini bisa berupa orang, hewan, tempat, tumbuhan atau benda alami atau buatan manusia. Sementara kata "tertentu" artinya bukan yang umum, melainkan yang spesifik, yang telah ditentukan oleh penulisnya. 

Sebagai contoh, "pemain bulutangkis" adalah objek umum, sementara "Gloria Emmanuelle Widjaya" adalah contoh pebulutangkis tertentu. "Kucing" merupakan objek hewan secara umum, sementara "si Cemplon" menunjukan objek kucing piaraan saya. "Kota" adalah objek yang jika digambarkan deskripsinya akan terdengar umum, tapi Cirebon adalah kota tertentu yang terletak di bagian timur laut Jawa Barat.

Artikel semacam ini berusaha menghadirkan orang tertentu, hewan tertentu, tumbuhan tertentu, tempat tertentu atau benda tertentu; sementara pembaca dibantu dengan pengetahuan dan pengalamannya di masa lalu berusaha memvisualisasi untaian huruf berupa kata-kata, kalimat dan paragraf membentuk objek yang kurang lebih sama.

Tanggal 5 Juni yang lalu saya membaca tiga artikel berbentuk deskripsi di Kompasiana. Pertama, Kompasianer Safniyeti membuat saya seperti sedang mengamati secara langsung 3 pebulutangkis Gloria Emmanuelle Widjaya, Rizki Amelia Pradipta dan Melati Daeva Oktavianti, padahal saya hanya membaca tulisannya dengan judul "3 Pebulutangkis Indonesia Cantik Bak Bintang Sinetron, Ada Marshanda."

Kedua, membaca artikel Bro Ozy V. Alandika "5 Ekor Kucing Kampungku Gambarkan 5 Macam Kelakuan Manusia," saya merasa seperti sedang bermain-main dengan kucing-kucing tersebut.

Melalui artikelnya "Pesona San Sebastian Spanyol di Tengah Siesta," Kompasianer Hennie Triana mengilustrasikan seolah-olah sedang membawa saya mengikuti jalan-jalan bersamanya di kota tersebut.

Tiga ilustrasi di atas menandakan bahwa penggambaran dari ketiga Kompasianer tersebut berhasil, paling tidak bagi saya sendiri sebagai pembacanya.

Bagaimana agar deskripsi yang kita tulis mampu menjalankan fungsinya, yaitu memberi gambaran atau ilustrasi sedekat mungkin dengan objek aslinya. Sehingga pembaca memperoleh gambaran yang kurang lebih sama dengan apa yang kita gambarkan. Berikut tekniknya.

1. Deskripsi dimulai dengan mengajak pembaca mengidentifikasi objek.

Langkah ini memperkenalkan objek secara umum, seperti nama, jenis, penampilan dan setting baik ruang maupun waktunya. Langkah ini memberi kesempatan kepada pembaca untuk mulai memanggil kembali dalam memorinya  segala apa yang pernah diketahui, ditemui, dialami dan dimilikinya yang berkaitan dengan objek. Kedua identifikasi objek dan pemanggilan memori berkombinasi dan berkolaborasi yang menyatukan upaya dari kedua belah pihak. Penulis menumbuhkan kemampuan menulis; pembaca mengembangkan pemahaman dalam membaca.  

Sebagai ilustrasi, saya berikan contoh identifikasi yang dilakukan oleh salah satu Kompasianer dalam salah satu artikelnya yang telah disebutkan di atas.

Sosok hewan berbulu lembut, makannya makan nasi, lauknya ikan asin rebus dan ikan teri, itulah kucing kampung yang kami miliki. Saat ini jumlahnya ada 5 ekor yang terdiri dari 4 kucing betina dan 1 kucing jantan. Ramai, kan?

Beruntungnya, para penduduk di rumah kami tidak ada yang alergi dengan kucing. Hanya ayah saya yang cukup "keras" alias suka marah-marah dengan kucing. Maklum, yang namanya kucing tidak pernah tahu mana yang meja dan mana yang kursi, semua diduduki. Hohoho

Sedangkan ibu saya, terkesan selalu berjuang untuk mendisiplinkan kucing kampung. Kucing yang awalnya suka tidur di kamar, beliau ajari agar tidur di kardus samping rumah. Kucing yang awalnya buang kotoran sembarangan, beliau angkat dan perkenalkan dengan tanah.

(Alandika, 2020)

Di paragaraf pertama Kompasianer Alandika memperkenalkan hewan piaraan dengan menyebutkan makanan, jumlah dan jenis kelaminnya. Di paragraf kedua dan ketiga penulis menggambarkan lingkungan dimana kucing-kucing tersebut tinggal.

Ketika membaca 3 paragraf tersebut, saya mulai menghubungkan dengan kucing kampung milik saya yang sampai saat ini belum disukai oleh anggota lain keluarga saya. Langkah ini sangat membantu pemahaman saya terhadap bacaan.

2. Deskripsi dilanjutkan dengan menggambarkan secara detail kualitas objek. 

Pada tahap ini, yang digambarkan adalah:

  • bagian-bagian yang dimiliki oleh objek;
  • karakter yang ditunjukan oleh objek;
  • kebiasaan yang dilakukan oleh atau terjadi pada objek (jika mahluk hidup, terlebih orang); atau, fungsi dan kegunaan yang dimiliki oleh objek (jika benda mati).

Sebagai contoh, berikut paragraf lanjutan dari paragraf-paragraf di atas.

Akhirnya, walaupun kucing kampung kami baru berusia 1 bulan, kucing sudah bisa buang kotoran di tempat yang seharusnya, serta tidur pada tempat yang sejatinya sudah kami sediakan. (Alandika, 2020)

Paragraf ini memberikan gambaran tentang karakter disiplin dan kebiasaan "buang kotoran" dan "tidur" yang dilakukan oleh kucing-kucing setelah melalui proses latihan dari penulis sebagai pemiliknya. Deskripsi kebiasaan lain dan karakter setiap kucing digambarkan dalam paragraf-paragraf selanjutnya. Salah satunya paragraf berikut.

Kucing ini kami beri nama Kunyil, yaitu kucing betina dan usianya baru 1 bulan. Warnanya kuning kemerah-merahan dan sangat bersemangat saat diajak bermain. Kucing lain lari sana, Kunyil ikut. Tuannya lari sini, Kunyil ikut mencakar-cakar. (Alandika, 2020)

4. Deskripsi sebaiknya dibantu dengan media (audio)visual

Deskripsi tidak hanya akan lebih menarik tapi juga akan lebih jelas dengan menyertakan paling tidak gambar/foto objek yang dimaksud. Lebih menarik dan jelas lagi jika penulis menyematkan tautan video yang didalamnya menampilkan objek deskripsi. 

Rekan Kompasianer Alandika kebetulan menganggap cukup dengan hanya memasukan foto kucing-kucing kesayangannya. Salah satunya foto si Kunyil berikut ini.

Foto: Dok. Ozy V. Alandika
Foto: Dok. Ozy V. Alandika
5. Deskripsi mengunakan adjektiva (kata sifat) deskriptif-kualitatif sebagai representasi subjektivitas penulis

Dalam proses menggambarkan, penulis deskriptif memanfaatkan kata sifat yang berfungsi mendeskripsikan kualitas objek. Seperti di paragraf pertama, Alandika menggunakan kualitas "lembut" untuk mengambarkan bulu kucingnya. Di paragraf terakhir kutipan di atas, Penulis juga mengunakan frasa adjektiva "sangat bersemangat" untuk menggambarkan karakter si Kunyil ketika bermain.

Penggambaran objek juga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki dan pengalaman yang dijalani selama hidup penulisnya. Hasil penggambaran objek mewakili persepsinya terhadap objek tersebut. Penulis pemula akan menggambarkan objek sederhana secara sederhana pula, sementara penulis yang sudah mahir mampu mendeskripsikan objek yang abstrak menjadi konkrit walaupun caranya agak njelimet. 

Pengertian pemula dan mahir disini bukan tentang seberapa kompeten dalam menulis saja tapi juga tentang seberapa expert dalam konten yang ditulisnya. Seorang penulis yang sudah mahir menulis namun masih awam tentang topik yang ditulisnya akan menghasilkan deskripsi yang kualitasnya tidak jauh berbeda dengan penulis yang memiliki expertise lumayan mengenai topik tapi minim competence dalam menulis. Pendeknya, content dan skill perlu sekali dimiliki oleh seorang penulis. 

Oleh karena itu, tidak ada jalan lain selain "read, read and read!" agar pengetahuan konten kita terus meningkat; dan, "practice, practice and practice!" agar kemapuan menulis kita terus berkembang. Keberadaan kita di Kompasiana sudah dalam posisi yang lebih baik untuk read and practice karena disini kita dapat mencari dan mendapatkan pengetahuan apa saja yang kita minati, sekaligus kita dapat membagikan pengetahuan kita dengan kemampuan menulis pada tingkat apa saja. Tidak peduli kemampuan menulis kita tingkat mahir, tingkat lanjutan, bahkan pada tingkat dasar sekalipun kita bisa diterima disini.

Semoga bermanfaat.

Cirebon, 26 Mei 2020

Sumber

kompasiana.com/hennietriana

kompasiana.com/ozzyalandikzz

kompasiana.com/safniyeti85179

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun