Saat ini tidak ada yang paling diharapkan terkait kesehatan dan kehidupan sosial, selain berakhirnya segera penyebaran Novel Covid 19. Khususnya penyebaran dan penularan di negara kita sendiri.
Sebelum Ramadhan banyak orang berharap dan (mengajak) berdoa agar virus ini  berakhir seiring berjalannya ibadah puasa kita. Akhir April, tepatnya hari Minggu tanggal 26, berita datang dari Singapore University of Technology and Design (SUTD) bahwa di Indonesia akhir pandemi sebesar 97 persen diprediksi akan terjadi pada 7 Juni 2020.
Ramadhan sudah berlalu, Juni tinggal beberapa hari ke depan. Tanda-tanda penurunan ancaman belum menampakan. Apalagi kalau merujuk pada prediksi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19, yang menyatakan bahwa pandemi ini belum akan berakhir selama vaksin belum ditemukan.
Harapan tidak seharusnya pupus. Terus berharap, berdoa dan berusaha. Dan ini tidak sia-sia ketika harapan tersebut benar-benar datang. "Vaccine trial shows promising result."Â Uji coba vaksin menunjukan hasil yang menjanjikan, begitu bunyi harapan itu. Dari mana datangnya? Dari China, dari negara asal virus tersebut pertama kali muncul.
Jurnal medis "The Lancet" mengumumkan pada hari Jumat 22 Mei 2020 tentang hasil uji coba medis vaksin Covid 19 yang baru selesai pada tahap pertama, tahap pendahuluan.
Tahap ini melibatkan subjek 108 orang dewasa dalam kondisi sehat. Uji coba berlangsung selama 28 hari sejak 16 Maret 2020. Para peneliti menemukan bahwa vaksin tersebut aman dan mampu menghasilkan kekebalan dalam melawan virus corona pada tubuh manusia.
Chen Wei seorang peneliti utama dari Institut Bioteknologi Beijing mengungkapkan bahwa uji coba ini merupakan tonggak bersejarah. Hasilnya menunjukan bahwa setiap satu lusin vaksin menghasilkan antibodi khusus virus dalam 14 hari, yang berpotensi menjadi bahan percobaan berikutnya.
Oleh karena itu, uji coba lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah kekebalan yang diperlukannya mampu menyelamatkan manusia secara efektif atau tidak dalam melawan infeksi SARSCoV 2 ini.
Percobaan dilakukan di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei. Kira-kira 80 persen dari 180 subjek mengalami setidaknya reaksi negatif pada masa vaksinasi selama 7 hari. Reaksi yang paling wajar adalah rasa sakit, demam dan kelelahan. Reaksi ini termasuk dalam tingkatan ringan dan sedang.
Tak ada laporan efek serius yang merugikan dalam masa vaksinasi selama 4 minggu. Sementara itu, antibodi virus meningkat secara signifikan dalam dua minggu pasca vaksinasi. Tingkat antibodi mencapai puncaknya pada hari ke 28.
Hasil uji coba memang menjanjikan. Namun, kekurangannya adalah percobaan ini melibatkan jumlah sampel yang sedikit dan durasi waktu yang terbatas. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut, yaitu uji coba tahap kedua.
Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China mengungkapkan, bulan April uji coba tahap kedua dimulai, juga dilakukan di Wuhan. Uji coba kali ini melibatkan jauh lebih banyak subjek, 500 orang dewasa. Tujuannya adalah menguji apakah hasil uji coba klinis tahap pertama bisa direplika. Uji coba yang kedua juga untuk menguji apakah reaksi negatif terjadi sampai enam bulan setelah vaksinasi.
Sayang, hasilnya belum bisa diungkapkan. Kira-kira apa hasil uji coba tahap kedua ini?
Kita berharap, hasil uji coba kedua tidak hanya menjanjikan. Tapi juga vaksin antibodi virus corona segera dapat ditemukan dan disebarkan ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sehingga, pandemi ini akan segera berakhir. Semoga.
Sumber:Â
covid-19.chinadaily.com
cnnindonesia.com
kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H