Perlu direview, bahwa debat terdiri dari 2 tim. Affirmative atau government team dan negative atau opposition team. Masing-masing tim melakukan beberapa tahap dalam menyajikan argumen timnya.
Pertama, 1st speaker tim pemerintah menyampaikan definisi dan parameter motion yang diajukan; menyampaikan outline argumen tim dengan menyatakan topik dan sub-sub topik argumen timnya; dan, menyampaikan argumen sendiri (salah satu sub topik timnya). Argumen harus memenuhi paling tidak empat unsur, AREL: assertion (main idea argumen), reason (alasan atas pernyataan), evidence (bukti, fakta atau contoh) dan link back (rekap ketiga sebelumnya).
Kedua, 1st speaker tim oposisi boleh menentang definisi yang diajukan oleh tim pemerintah jika definisi dianggap tidak fair dan tidak memberi ruang gerak timnya untuk berargumen dari sisi lain; menyampaikan bantahan argumen tim pemerintah; menyampaikan outline argumen tim; dan, menyampaikan argumen (AREL) sendiri sesuai sub topiknya.
Ketiga dan keempat, masing-masing 2nd speaker baik dari tim pemerintah maupun tim oposisi secara bergantian menyampaikan bantahan dan argumen (AREL) sesuai dengan sub topik yang telah diberikan kepadanya.
Berikutnya, masing-masing 3rd speaker dari kedua tim secara bergantian saling menyangkal argumen tim lawan, merekap dan memperkuat argumen 1st speaker dan 2nd speaker dari timnya.Â
Dan akhirnya, 1st speaker atau 2nd speaker dari tim oposisi dan tim pemerintah berbicara kembali untuk yang kedua kalinya. Mereka saling berbalas menyampaikan pidato tambahan sekaligus penutup debat. Masing-masing menganalisa setiap argumen timnya sendiri dan argumen tim lawan, dan mempertentangkan poin-poin argumen dari keduanya untuk menunjukan adanya clash of argumen dan menunjukan bahwa argumen timnya lah yang lebih layak untuk diperhitungkan.
Pertemuan ketiga, keempat, kelima dan seterusnya kami jalani. Pak Nugra melatih sesuai dengan jadwalnya. Begitu juga aku. Dengan segala tantangan, kepuasan sekaligus kekecewaannya. Dari sembilan peserta tidak semua terus mau berlatih, satu dua gugur. Biarkan saja, seleksi alam. Hingga terakhir tinggal tujuh peserta.
Aku berusaha untuk terus meningkatkan kualitas pelatihan, semampuku. Semaksimal mungkin setiap tatap muka diihindari verbalism. Dihindari kegiatan yang kurang bermakna hanya teori minim praktik. Setiap satuan materi diupayakan selalu dipelajari peserta melalui praktik dan simulasi dari dua sudut pandang yang bertentangan walaupun dari satu pokok permasalahan yang sama.Â
Sebagai contoh, dalam materi asserting dengn isu menyangkut corporal punishment (hukuman fisik di sekolah), peserta dikelompokan kedalam dua kubu walaupun dalam satu perspektif, persepektif "pendidikan" umpamanya. Segala sesuatu yang debatable, termasuk hukuman fisik dari sudut pandang pendidikan, selalu ada manfaat dan mudlaratnya, sehingga ada pro dan ada kontra
Bisa disimpulkan, strategi pelatihan yang aku terapkan adalah versi sendiri. Entah ada atau tidak, rujukan ilmiahnya. Belum sempat aku mencari referensinya. RSSR, Roleplaying-Simulation Snowball Rolling. Gelinding bola salju, karena semakin berjalan dari tatap muka satu ke tatap muka berikutnya, semakin bertambah kuantitas dan kualitas pembelajarannya.Â