Mohon tunggu...
Ahmad Jawahir
Ahmad Jawahir Mohon Tunggu... Guru - Penulis Tanggung

Biasa saja sih....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

From the Impossible #4 Terima Kasih, Pak Sep

8 Mei 2020   15:51 Diperbarui: 4 Oktober 2020   05:53 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Betul kata orang. Memulai itu sulit, apalagi memulai hal yang baru. Sebetulnya sudah biasa aku mengalaminya, tapi tidak menyadarinya. Sedangkan kali ini aku benar-benar menyadiri bahwa aku sedang mengalami kesulitan akan memulai hal yang aku belum tahu banyak. Apa saja yang aku harus sampaikan dalam pembelajaran berdebat? Aku tidak punya referensi sama sekali untuk sekedar tahu secara teori terlebih dahulu. Dan pelatih lain, Bu Has, Bu Dedew dan Pak Nugra, aku kira juga mengalami keadaan yang tidak jauh berbeda. Ya, kami baru punya modal semangat dan tekad, belum punya ilmunya.

Hmmm... Mengapa aku tidak coba saja menghubungi salah satu juri itu? Tetiba teringat wejangan-wejangan super para adjudicators dalam kompetisi beberapa waktu lalu. Ya, aku coba menelusurinya

"Ada. Banyak.  Ada handouts workshop, sajian power point, artikel, buku-buku, bahkan video debat kompetitif dalam dan luar negeri." Pak Sep Suhe, sang Juri yang berhasil aku telusuri, nampak sangat welcome ketika aku menemuinya di sekolah tempat dia mengajar. "OK. Saya copy-paste dulu file-filenya," sambungnya sambil memasukan flashdiskku ke laptopnya.

Tidak lupa aku juga menawarkan ke depannya untuk saling berkunjung membawa tim masing-masing untuk sharing.

"Siap! Tim kita nanti bisa ber-sparing-partner."

Tentu saja aku sangat antusias mendengar respon yang luar biasa dari orang yang baru aku kenal. Pak Sep tidak pelit dalam menularkan ilmunya. Beliau juga mengatakan kebetulan sedang mencari partner dalam mengembangkan debat di tingkat kabupaten. "Thanks a lot, Pak Sep. Aku benar-benar beruntung ketemu orang sepertimu."

Segera aku share dokumen-dokumen itu ke partner-partner di sekolah, Bu Has, Bu Dedew dan Pak Nugra, untuk dipelajari dan dibelajarkan ke peserta komunitas.

Aku sendiri mempelajari materi per materi. Mulai dari model-model debat. Ada British parliament format, Australia parliament format, Asian parliament format, Karl Popper format, Lincoln Douglas format dan World School format. Ya, aku ingat perkataan salah satu adjudicators dalam kompetisi itu. Format yang populer di Indonesia dan diadopsi dalam kompetisi debat di tingkat SMA adalah Word School. Kompetisinya disebut WSDC, Word School Debating Championship. Kompetisi tingkat kabupaten adalah kompetisi tingkat paling bawah yang kelak 3 best speakers-nya akan mewakili kabupaten di tingkat provinsi. Selanjutnya best speakers provinsi  akan dibawa ke tingkat nasional. Dan akhirnya 3 best speakers nasional akan menuju ke tingkat internasional.

Pelajaran penting lainya adalah bahwa dalam satu tim, baik tim afirmatif maupun tim negatif, 3 pembicaranya masing-masing memiliki peran, tugas dan tanggung jawab. Pembicara 1 dari tim afirmatif, contohnya, berperan sebagai inisiator debat. Tugasnya adalah, pertama, mendefinisikan motion yang disajikan dalam debat; kemudian, menyampaikan main idea dan skema supporting idea dalam menyikapi motion yang diajukan; dan akhirnya, harus menyampaikan argumennya sebagai salah satu supporting  dari main idea dalam timnya. Pembicara 1 tim negatif, contoh lainnya, berperan sebagai pendobrak yang bertanggung jawab menyampaikan main idea dan garis besar supporting idea dalam menentang motion; meng-counter-attack argumen yang diberikan oleh pembicara 1 tim afirmatif; dan akhirnya, harus menyampaikan argumennya sendiri. Pembicara 2 afirmatif menyangkal argumen pembicara 1 negatif dan menyampaikan argumennya sendiri. Pembicara 2 tim negatif membantah argumen pembicara 2 tim afirmatif dan mengelaborasi argumennya sendiri. Pembicara ketiga, setelah menahan argumen pembicara kedua tim negatif, merekap dan lebih memperkuat argumen timnya. Begitu juga pembicara ketiga tim negatif menegasikan argumen tim afirmatif dan meng-highlight argumen timnya.

Tidak kalah penting adalah materi substantif dalam debat, yaitu argumen. Apa itu argumen? Ternyata argumen itu merupakan pendapat atau sudut pandang yang secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan. Mengapa? Karena argumen bukan pendapat tanpa bukti. Untuk itu, argumen harus paling tidak memiliki 4 komponen. Mereka adalah A, R, E dan L. Apa sih? Assertion, Reason, Evidence dan Linkback.

Assertion itu pernyataan tegas yang menyatakan sikap debater dari sudut pandang timnya terhadap motion. Tim afirmatif, disebut juga government team, tentu akan menyatakan dukungan terhadap motion. Sebaliknya tim negatif, opposition team, harus menentangnya.

Agar memiliki bobot, pernyataan harus ditunjang dengan alasan yang logis. Reason adalah komponen argumen untuk menunjukan sebab munculnya pernyataan tersebut. Tidak hanya di situ, bahkan yang lebih penting lagi agar argumen bisa diterima adalah adanya unsur evidence. Bervariasi jenis evidence. Bisa berupa referensi seperti undang-undang yang berlaku dan konsep atau teori ahli dalam suatu bidang. Bisa berupa kajian data hasil penelitian. Boleh bersumber dari realia dimana semua orang sudah mengetahuinya sebagai fakta. Boleh juga mekanisme suatu usulan untuk mengatasi masalah yang diajukan. Dan akhirnya, agar argumen utuh dan tidak terpisah-pisah, linkback sebaiknya disampaikan. Linkback merekap unsur-unsur assertion, reason dan evidence.

Sekali lagi, terima kasih untuk Pak Sep Suhe sudah memberi kami modal untuk memulai melatih para debatees dalam mensimulasikan debat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun