"Jangankan istri, lha kaki palsu saya saja ketinggalan saat ada gempa," kisah Sriyono (50) difabel fisik warga Kecamatan Pagelaran, salah satu wilayah terdampak gempa di Kabupaten Malang. Ia katakan saat saat berkunjung bersama istrinya ke Omah Difabel, empat hari setalah gempa bertenaga magnitudo 6,7 terjadi. Kisahnya disambut tawa kawan-kawan difabel dan kader Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) yang ada. Ya, bukan menertawakan penderitaan orang, melainkan bagi Mbah Sri, sapaan akrab Sriyono dan kawan-kawan adalah kenangan lucu-lucu getir.Â
Dalam kesempatan terpisah, Kustiyah (37) menuturkan kewaspadaannya terhadap gempa. "Kami nggak tinggal di penampungan, tapi kalau malam tidur di teras saja, satu kali gempa lagi rumah ini bisa roboh," ujarnya  saat kami temui di kediamannya di Desa Majangtengah, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Ia khawatir jka sewaktu-waktu terjadi gempa susulan lagi akan kesulitan menggendong anaknya yang mengalami disabilitas.Â
Sementara orangtuanya yang tengah khawatir, Davaina (13) anak berkebutuhan Kustiyah nampak tak peduli. Ia nampak berjalan kesana kemari dengan menggunakan geseran pantat dan kekuatan tangganya, sebab kakinya yang mengalami disabilitas sejak lahir. Â Obrolan kami di teras rumah sesekali diganggu olehnya.Â
Demikianlah gambaran keluarga difabel dalam menyikapi gempa di Malang, kekhawatiran dan resiko mereka berlipat ganda dibanding warga masyarakat tanpa disabilitas. Tak hanya terjadi di Malang, hal ini merupakan gambaran kerentanan difabel dalam bencana di seluruh wilayah Indonesia, bahkan di sebagian besar dunia sebab minimnya aksesibilitas.Â
Tak hanya rentan sebab minimnya aksesibilitas, sebagian difabel juga awam soal mitigasi bencana. Khususnya di kabupaten Malang, yang menurut data Dinas Sosial setempat memiliki 16.008 jiwa warga berkebutuhan khusus, Pemenrintah Daerah belum memiliki program untuk melatih difabel tanggap bencana.Â
Sesama difabel saling membantuÂ
Berkaitan dengan judul diatas, bentuk difabel membantu difabel adalah adanya Tim Relawan Kemanusiaan (TKR) Inklusi yang dibangun oleh lintas organisasi difabel nasional, yang diinisiasi oleh Ishak Salim pegiat organisasi Perdik Makasar, dan kawan-kawan, pascabencana di Palu sekira dua tahun lalu. Model gerakan tim ini mengandalkan kekuatan jaringan lintas organisasi dan keaktifan organisasi lokal dalam wilayah bencana.Â
Maka ketika di Malang terjadi gempa, dan mas Hari Kurniawan alias Wawa menawarkan dibentuknya TKR Inklusi, saya pun langsung menyambutnya. Sekalian belajar soal mitigasi dan advokasi kebencanaan, pikir saya, ini akan didukung oleh jaringan organisasi LINKSOS di level Malang maupun nasional sudah cukup baik. Maka dibentuklah TKR Inklusi Omah Difabel.Â
Dimotori oleh LINKSOS, tim relawan kemanusiaan ini kemudian menggandeng lintas sektor untuk tanggap bencana. Kegiatan pertamanya adalah Bantuan Sosial dan Edukasi Kebencanaan di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Â Lokasi kegiatan tepatnya di Desa Kademangan, Â Kamis, 15 April 2021. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan dukungan moral, dan material terhadap sekira 25 keluarga difabel terdampak gempa di Kecamatan Pagelaran, sekaligus mengedukasi masyarakat tentang kebencanaan.
Selain dalam koordinasi BPBD Kabupaten Malang ini, kegiatan ini juga melibatkan lintas sektor dari TNI, Polri, dan masyarakat, yaitu Batalyon Bekang-2 Kostrad, Babinsa dan Bhabinkamtibmas setempat, PMI Kabupaten Malang, serta Pemerintah Desa Kademangan. Sedangkan organisasi difabel lokal yang terlibat adalah Forum Malang Inklusi, HWDI, DMI, Gerkatin, Panti Karya Asih Lawang, Difa Pagelaran, serta didukung badan zakat BMH Jatim Gerai Malang.Â
Setelah sukses acara di Pagelaran, kami akan bergerak ke kecamatan lainnya yang terdampak gempa, diantaranya Kecamatan Dampit. Kontak lokal LINKSOS di wilayah ini telah mendata sekira 40 keluarga difabel terdampak gempa, tiga diantaranya rumahnya mengalami kerusakan.Â
Belajar dari pengalaman sebelumnya di Pagelaran, dalam kegiatan berikutnya di Dampit kami sangat memerlukan dukungan Tim Medis, psikolog, psikiater, dan penghibur anak-anak. Harapannya kami tak perlu membuat surat permohonan, namun siapa saja yang membaca tulisan ini dan tergerak mari terjun bersama kami.Â
Selanjutnya bagi masyarakat yang ingin membantu, bisa langsung datang ke Posko TRK Inklusi Omah Difabel, Jl. Yos Sudarso RT 4 RW 7 Dusun Setran, Desa Bedali, Kec. Lawang, Kab. Malang. Untuk informasi lainnya bisa kontak langsung di 085764639993 (Ken Kerta).Â
Lihat video bantuan sosial dan edukasi tanggap bencana bagi difabel di Pagelaran:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H