Mohon tunggu...
Kertaning Tyas
Kertaning Tyas Mohon Tunggu... Human Resources - Pendiri Lingkar Sosial Indonesia

Panggil saja Ken. Penggerak inklusi di Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terkait Hari Ibu dan Hak Perempuan, Bolehkah Mendaki Gunung Ketika Haid?

22 Desember 2020   07:54 Diperbarui: 22 Desember 2020   08:08 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan Pendaki Gunung Anggota LINKSOS/dokpri

Bagi perempuan boleh nggak sih mendaki gunung ketika haid? Ada yang bilang boleh tanpa syarat, ada juga yang tidak memperbolehkan sebab mitos akan terjadi banyak gangguan astral selama pendakian. Mensikapi hal ini, bertepatan dengan hari Ibu, 22 Desember 2020, Timsus Pendaki LINKSOS menetapkan aturan pendakian atas dasar kesamaan hak, dan kesehatan reproduksi.

Meski penetapan aturan pendakian bertepatan dengan hari Ibu, ketentuan ini bukan hanya untuk melindungi hak kesehatan reproduksi Ibu atau perempuan bersuami dan beranak melainkan secara luas terhadap seluruh perempuan yang terlibat dalam tim pendakian. Hari Ibu dimaknai LINKSOS sebagai semangat Konggres Perempuan Indonesia pertama kali diadakan di Jogjakarta pada 22 Desember 1928.

Mengenal Timsus Pendaki LINKSOS, kelompok difabel pendaki gunung

Timsus Pendaki LINKSOS merupakan kelompok difabel pendaki gunung, berkedudukan di Malang, Jawa Timur, untuk keanggotaan terbuka bagi seluruh difabel di Indonesia. Timsus ini dibentuk setelah divisi kepemudaan Lingkar Sosial Indonesia, Pokja Pemuda melakukan pendakian Gunung Butak, dalam acara Sarasehan Hapus Stigma, 18 Oktober 2020 di Posko Pendakian Gunung Wedon, Desa Turirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.

Tujuan dibentuknya Timsus Pendaki LINKSOS ini selain sebagai wadah olahraga difabel mendaki gunung, juga sebagai kampanye hapus stigma difabel. Selama ini difabel dianggap tidak mampu dan menjadi beban lingkungan.

Pendakian gunung merupakan olahraga ekstrim yang tidak semua orang mampu melakukannya. LINKSOS dalam even Sarasehan Hapus Stigma diatas, yang mengundang lintas sektor dari pemerintahan, perguruan tinggi, dan swasta, mengajak para peserta yang berkenan untuk mendaki gunung.

Peserta dengan kategori disabilitas dan non disabilitas (tidak mengalami disabilitas), mendapatkan kesempatan yang sama, memulai berjalan kaki dari lokasi dan waktu yang sama untuk mendaki Gunung Wedon. Hasilnya tidak semua peserta dengan kategori non disabilitas mampu sampai ke puncak. Sementara peserta dengan disabilitas, seluruhnya berhasil mencapai puncak.

Olahraga mendaki gunung merupakan titik balik bukan lagi persoalan disabilitas dan non disabilitas, melainkan mampu atau tidak mampu, siap atau tidak siap.

Dengan adanya kegiatan pendakian gunung bersama tersebut, setidaknya LINKSOS telah memberikan edukasi yang mampu secara langsung menunjukkan kompetensi difabel sekaligus menggugurkan stigma difabel tidak mampu dan menjadi beban lingkungan.

Dalam kenyataannya, olahraga mendaki gunung masih belum lazim dilakukan oleh difabel. Jika browsing di internet memang akan ditemukan beberapa orang difabel di dunia yang telah berhasil mencapai puncak-puncak tertinggi. Biasanya dalam pendakian tersebut difabel didampingi oleh beberapa pendamping untuk kelancaran aktivitasnya.

Namun berbeda dengan Timsus Pendaki LINKSOS, tim ini bergerak secara kelompok untuk melakukan pendakian. Mereka terdiri dari beberapa ragam disabilitas, dimulai dari disabilitas fisik, intelektual, mental, dan sensorik, meliputi netra dan tuli. Pendakian mereka juga terjadwal, selama beberapa kali dalam setahun. Para pengurus Timsus yang pula dari kalangan difabel melalukan persiapan mulai dari survei lokasi, logistik, hingga medis.

Perempuan Haid yang mendaki gunung

Kembali pada persoalan bolehkah perempuan yang sedang haid atau mengalami mentruasi melakukan olahraga pendakian gunung? Jika dari sisi olahraga personal tentu boleh saja, selama yang bersangkutan merasa nyaman. Namun untuk olahraga tim hal ini penting untuk disepakati.

Agar lebih jelas bagaimana ganbaran situasi dan kondisi perempuan mendaki gunung, yuk lihat dulu video ini: 


Terlepas pada persoalan mitos perempuan haid dilarang mendaki gunung, LINKSOS berupaya mencermati persoalan ini dari sisi perlindungan hak-hak perempuan.

Menstruasi atau haid pada perempuan merupakan fitrah alam semesta dan siklus alami, tak hanya manusia di desa dan perkotaan, perempuan yang tinggal di gunung pun serta makluk hidup lain selain manusia beberapa mengalaminya. Maka menstruasi wajib disikapi dengan baik agar tidak merugikan hak-hak perempuan.

Secara umum saat perempuan haid sebagian mengalami masalah kesehatan seperti sakit pinggang, sakit kepala, badan lemas dan sebagainya. Dalam olahraga pendakian gunung hal ini bisa menimbulkan resiko perjalanan akibat penurunan stabilitas kesehatan. Terlebih jika pendakian dilakukan secara tim, bisa berpengaruh kepada stabilitas gerakan kelompok. Sisi lainnya di bidang kesehatan, minimnya ketersediaan air bersih di jalur pendakian akan mempengaruhi kesehatan organ reproduksi. Maka hal ini penring untuk disepakati dalam tim. 

Lantas bagaimana agar menstruasi sebagai siklus alamiah bahkan sebagai fitrah kehidupan tidak menggangu aktivitas pendakian? Bagaimana caranya menghindari gegara haid hilang kesempatan mendaki gunung bersama tim kesayangan? Timsus Pendaki LINKSOS yang pula beranggotakan perempuan menetapkan aturan penjadwalan pendakian.

Terdapat beberapa elemen penting dalam penjadwalan pendakian Timsus Pendaki LINKSOS, yaitu Pembina, Pengurus Harian LINKSOS, Timsus Pendaki bagian survei, bagian logistik, dan perempuan anggota Timsus.

Diawali dari usulan jadwal pendakian dari bagian survei dan bagian logistik Timsus ke Pembina, usulan tersebut ditembuskan ke Pengurus Harian LINKSOS untuk dievaluasi terkait kesiapan anggaran dan agenda umum organisasi tidak terjadi benturan jadwal.

Revisi jadwal dari Pengurus Harian kemudian dibagikan ke tim pendaki perempuan guna mereka sinkronkan dengan jadwal biologis siklus menstruasi yang biasa mereka alami. Hasil dari penyesuaian jadwal ini lalu dibawa ke rapat koordinasi penetapan jadwal pendakian yang dihadiri oleh Pembina, Pengurus Harian LINKSOS, serta seluruh pengurus dan anggota Timsus Pendaki, baik laki-laki maupun perempuan.

Disimpulkan terkait menstruasi sebagai siklus alamiah dan hak perempuan, Timsus Pendaki LINKSOS menetapkan jadwal pendakian tahunan dengan melibatkan secara penuh perempuan anggota, agar tidak terjadi penyalahan hak dan penghilangan kesempatan.

Demikian semoga tulisan ini semoga bermanfaat dan memberikan kontribusi positif bagi tim-tim pendakian gunung yang didalamnya terdapat perempuan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun