“Narako Guli, Sorugo Nösi”
Demikianlah tebak-tebakan yang sering kami lontarkan bersama teman-teman sebaya di masa kecil ketika menyinggung tentang durian yang kira-kira berarti “kulit bagai neraka, isi bagaikan surga”.
[caption id="attachment_249406" align="aligncenter" width="300" caption="Nikmatnya Buah Durian Nias"][/caption]
Beda lagi yang diungkapkan oleh teman-teman ekspatriat yang mencicipi durian pertama kali ketika mereka bekerja di Nias untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa tahun 2005. Mereka sering berkata “smell like the hell but taste like the heaven” bagi mereka yang menyukai, namun tidak demikian bagi mereka yang benar-benar tidak menyukainya sama sekali mereka berujar “smell like the hell and the taste even worse”.
Berbicara tentang musim durian, musim yang selalu ditunggu-tunggu oleh anak sebayaku di masa kecil untuk pergi “manaro nduria” (menunggui durian) di kebun. Berangkat sekitar pukul 10 malam dengan berbekal senter/suluh menempuh jalanan berlumpur dan berbukit-bukit demi menggotong 20-30 buah durian pada esok harinya. Suara “Tiiiboooo, Baragale....” bersahut-sahutan di keheningan malam di kejauhan ketika terdengar buah durian jatuh dari pohonnya. Beberapa orang akan berlomba mencari arah jatuhnya buah durian, Haniha zalio, önia mbanio (siapa cepat, dia yang dapat). Tak jarang perburuan durian diakhiri dengan perkelahian karena saling rebutan buah durian namun biasanya tidak berlangsung lama. Satu hal yang patut diacungkan jempol bahwa biasanya mereka tidak menggunakan senter/suluh untuk mencari durian, mereka hanya mengandalkan indera penciumannya. Kalau aku jangan ditanya lagi.... tak punya bakat untuk mencari durian (alias malas) biasanya menjadi anak yang baik menunggu dan menikmati buah durian yang sudah ditemukan oleh sang abang yang terpaut 4 tahun lebih tua yang sangat ahli mencari sumber aroma durian yang senantiasa menjaga dan menemani ketika manaro nduria. Sayangnya beliau harus dipanggil Tuhan pada usia 14 tahun, dan sejak saat itu tidak ada lagi cerita manaro nduria bagiku.
[caption id="attachment_249407" align="aligncenter" width="448" caption="Pedagang durian di depan Lapangan Merdeka Gunungsitoli"]
Bulan Juni merupakan surga dunia bagi penikmat dan pemburu durian di pulau Nias karena mulai bulan tersebut ratusan ribu buah durian membanjiri pulau Nias dari berbagai penjuru dengan harga yang sangat murah, dulu (di bawah tahun 2000-an, buah durian dihargai maksimal sebesar Rp. 1.500/buah) bahkan bila berkunjung ke rumah pemilik durian atau ke kebun durian, kita akan menikmati buah durian sepuasnya tanpa harus membayar bahkan seringkali diberikan oleh-oleh buah durian untuk dibawa pulang ke rumah. Sekarang harga durian di Nias rata-rata sekitar Rp. 7.500/buah.
Durian Nias sangatlah nikmat dan legit dengan aroma buah yang harum dan menggugah selera. Buahnya langsung diambil atau jatuh dari pohon dan tidak diperam sehingga rasa buahnya masih segar dan super enak tidak seperti buah durian yang sering kita jumpai di kota-kota besar di Indonesia. Saking enaknya, seorang teman yang merupakan tamu travel saya (GeA Tour & Travel) yang berasal dari Jogjakarta yang berkunjung ke Nias pada awal Juni yang lalu harus mabuk dan uring-uringan akibat kebanyakan makan durian .
Ajang Cari Jodoh/ Berkunjung ke Rumah Pacar
Musim durian juga merupakan ajang cari jodoh atau main ke rumah pacar di Nias karena budaya Nias yang sangat ketat membatasi pergaulan antara laki-laki dan perempuan, maka ajang mencari durian merupakan moment yang sangat ditunggu-tunggu oleh kaum muda untuk berkunjung ke rumah pacarnya tanpa dicurigai oleh orang tua/keluarga sang cewek. Biasanya moment ini dimanfaatkan oleh anak-anak sekolah tingkat SMP dan SMA.
Suka Durian yang Mengkal
Orang Nias tidak terlalu suka dengan buah durian yang terlalu matang, mereka lebih suka buah durian yang mengkal (setengah matang) karena lebih enak rasanya. Tidak seperti dugaan orang dari luar Nias bahwa (orang Nias menganggap durian matang itu busuk), namun kebosanan memakan durian yang sudah matang menuntun mereka untuk mencari sensasi rasa yang baru dan buah durian mengkal merupakan pilihan mereka. Maka, jangan heran bila berkunjung ke Nias tidak banyak orang yang suka durian matang.
Bila puncak musim durian tiba, kita akan dengan mudah melihat gunungan buah durian yang ditumpuk di pinggir jalan di Kota Gunungsitoli terutama di daerah terminal lama di jalan Diponegoro, arah pasar Beringin di Jalan Sudirman, lapangan merdeka, di daerah pasar Yaahowu Jalan Lagundri. Buah durian ini berasal dari berbagai desa/daerah di sekitar kota Gunungsitoli. Penjual durian ini akan menunggui dagangannya hingga lewat tengah malam. Bila pintar menawar dan memilih maka Anda akan mendapatkan buah durian yang murah dan tentu saja nikmat.
[caption id="attachment_249408" align="aligncenter" width="240" caption="Buah durian yang diikat dengan bambu untuk dijinjing di bahu"]
Buah durian juga dapat dijumpai pada setiap persimpangan jalan di sekitar jalan dari Gunungsitoli menuju Teluk dalam yang dijual oleh masyarakat Nias yang tinggal di perbukitan. Biasanya mereka mengangkut durian dengan dijinjing di bahu (nibeleani) dengan menempuh jarak 3-8 km dari rumah mereka. Biasanya pusat penjual durian dapat ditemui di persimpangan Humene (pasar tradisional Humene) Km 12 dan Persimpangan Fowa (pasar tradisional Fowa) km 19 ataupun sepanjang jalan Nias tengah karena lumbung durian berasal dari desa-desa sekitar wilayah tersebut.
Sayangnya, sejak tahun 2006 pasca gempa bumi yang melanda Nias banyak pohon durian yang ditebang dan dijual sebagai bahan konstruksi rumah karena kebutuhan kayu pada rehabilitasi dan rekonstruksi rumah pada saat tinggi sehingga harganya melambung tinggi dan menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat. Sekalipun demikian, buah durian seolah tak pernah berhenti mengalir dan membanjiri kota Gunungsitoli. Biasanya musim durian ini berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus dan tak jarang juga ada yang berbuah hingga bulan Desember. Aroma durian akan tercium di segala penjuru kota Gunungsitoli setiap musim durian. Selain dikonsumsi langsung, buah durian juga dibuat dodol yang sekarang menjadi salah satu oleh-oleh primadona khas Nias.
Selain menikmati eksotisme dan pesona wisata pantai dan atraksi budaya yang menantang di Nias, berburu durian murah dan nikmat merupakan salah satu alternatif bila berkunjung ke Nias terutama pada bulan Juni hingga Desember.
Salam durian, Tiiibboooo Baragale....!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H