Euforia Pelantikan Presiden: Pindad Garuda MV3 Jadi Sorotan
Masih dalam euforia pelantikan Presiden Prabowo Subianto kemarin, ada beberapa hal unik yang menarik perhatian. Salah satunya adalah penggunaan mobil Pindad Garuda Limousine MV3 dalam prosesi pelantikan tersebut. Mobil yang terlihat megah dan futuristik ini menjadi pusat perhatian, apalagi setelah Prabowo menggaungkan penggunaan kendaraan tersebut sebagai pilihan mobil dinas bagi para menteri dan pejabat eselon I di Kabinet Baru.
Presiden Prabowo dan Penggunaan Pindad Garuda MV3Tak hanya sekadar menjadi bagian dari acara pelantikan, Presiden Prabowo juga menegaskan bahwa mobil ini akan digunakan oleh pejabat tinggi negara. Bahkan, dalam pernyataan resmi, Prabowo mengungkapkan bahwa penggunaan Pindad Garuda MV3 ini akan diterapkan untuk para menteri dan pejabat setingkat eselon I. Langkah ini tentu membawa angin segar bagi industri otomotif dalam negeri, yang seolah mendapatkan panggung baru di level pemerintahan.
Namun, Benarkah Ini Langkah Tepat?
Namun, perlu dicatat bahwa peralihan penggunaan mobil dinas dari Toyota Crown—yang harganya cukup mahal—ke Pindad Garuda MV3 justru menimbulkan pertanyaan. Apakah ini adalah langkah yang bijak atau justru sebuah downgrade? Dari sisi harga, Pindad MV3 ini memang tidak sebanding dengan mobil dinas sebelumnya. Bahkan, jika dibandingkan dengan kenyamanan dan fitur yang ditawarkan, banyak pihak berpendapat bahwa keputusan ini bisa dibilang sebagai pemborosan anggaran.
Lebih lanjut, perubahan kendaraan dinas ini malah berpotensi mengurangi kenyamanan bagi pejabat yang menggunakannya. Dalam hal ini, bukan hanya masalah biaya, tetapi juga soal apakah mobil tersebut cukup memenuhi standar kenyamanan yang diharapkan oleh pejabat tinggi negara.
Mobil Pindad Garuda MV3: Buatan Dalam Negeri atau Karoseri Lokal?
Namun, ada hal lain yang perlu diperhatikan. Apakah Pindad Garuda MV3 ini benar-benar mobil buatan dalam negeri? Faktanya, mobil tersebut sebenarnya bukanlah sebuah kendaraan yang sepenuhnya dirancang dan diproduksi oleh Pindad. Melainkan, mobil ini adalah hasil modifikasi bodi dari SsangYong Musso, sebuah SUV yang diproduksi oleh pabrikan asal Korea Selatan.
Bodi mobil MV3 ini menggunakan sasis yang sama dengan SsangYong Musso, dan interiornya pun memiliki banyak kemiripan. Bahkan, beberapa pengguna media sosial sempat menemukan prove bahwa bodi bekas dari kendaraan ini dijual di Facebook seharga sekitar 20 juta rupiah. Ini tentu menambah spekulasi bahwa mobil yang diumumkan sebagai produk dalam negeri ini sebenarnya adalah hasil karoseri dari mobil asing, bukan sepenuhnya karya industri otomotif Indonesia.
Sebagai tambahan, SsangYong Musso adalah sebuah mobil pick-up yang umumnya digunakan oleh masyarakat sipil. Mobil ini diproduksi di Korea Selatan dan juga di India dengan nama Mahindra Alturas G4. Musso pernah dijual di Indonesia sekitar akhir dekade 90-an hingga awal 2000-an, dalam bentuk bodi SUV, oleh Indobuana Autoraya (sekarang lebih dikenal dengan Indomobil).
SsangYong Musso ini, jika dijual kembali di Indonesia, akan langsung bersaing dengan Toyota Hilux dan Mitsubishi Triton di pasar mobil komersial. Namun, pertanyaannya adalah, apakah mobil ini dapat menggantikan posisi Toyota Crown yang sebelumnya dikenal sebagai sedan kelas mewah? Sebuah sedan mewah kini digantikan oleh mobil komersial untuk angkutan, sebuah perubahan yang cukup menarik.
Mungkin kita masih ingat dengan produk sebelumnya, Pindad Maung, yang juga ternyata hasil modifikasi bodi dari Isuzu D-Max. Setelah proses karoseri selesai, bodi mobil tersebut dijual bebas dan sering digunakan oleh pemilik mobil Isuzu Panther untuk mengganti bodi lamanya. Ini menunjukkan bahwa industri otomotif dalam negeri memang memiliki kemampuan untuk melakukan karoseri kendaraan, namun apakah ini benar-benar menggambarkan sebuah inovasi lokal yang patut dibanggakan?
Jadi, apakah langkah Prabowo ini merupakan bagian dari upaya serius untuk mendukung industri otomotif dalam negeri? Atau mungkin, justru ada kerja sama tak langsung dengan SsangYong dari Korea yang membuat mobil ini tampil sebagai pilihan kendaraan dinas? Atau, jangan-jangan ini hanya sekadar langkah penambahan anggaran untuk kendaraan baru bagi para menteri?
Apapun jawabannya, yang jelas, peralihan ke Pindad Garuda MV3 ini menimbulkan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Sebagai rakyat, kita hanya bisa berharap bahwa keputusan yang diambil benar-benar memberikan manfaat, baik dari segi efisiensi anggaran maupun kenyamanan pejabat yang menggunakannya. Dan yang paling penting, semoga keputusan ini benar-benar mendukung kemajuan industri otomotif dalam negeri, tanpa mengabaikan aspek kualitas dan kenyamanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H