Mohon tunggu...
Muh Jauhara el fadhil
Muh Jauhara el fadhil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama: Muh Jauhara El Fadhil Nim: 22107030115 Mahasiswa Gamer yang mencoba menjadi riviewer game sebagai tugas kuliahnya

Selanjutnya

Tutup

Games

Riview Dark Souls 3: Real Dark Souls is the Died We Make Along the Way

7 Desember 2024   20:59 Diperbarui: 7 Desember 2024   21:10 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bos seperti Abyss Watchers dan Pontiff Sulyvahn memberikan pengalaman yang tidak hanya menantang tetapi juga memuaskan ketika akhirnya berhasil dikalahkan. Masing-masing bos memiliki pola serangan yang unik dan membutuhkan pendekatan strategis. Ada rasa frustrasi ketika mati berkali-kali, tetapi ada pula euforia luar biasa ketika berhasil mengatasi mereka.

Kematian sebagai Guru Terbaik

In-game Screenshoot
In-game Screenshoot

Dalam Dark Souls 3, kematian bukanlah akhir—kematian adalah pelajaran. Di awal permainan, saya sering merasa frustrasi karena terus-menerus mati, baik karena musuh, jebakan, atau kesalahan sendiri. Namun, seiring waktu, saya mulai menyadari bahwa setiap kematian mengajarkan sesuatu, entah itu pola serangan musuh, jalur alternatif, atau pentingnya bersabar.

Dark Souls 3 tidak memberi petunjuk dengan cara yang jelas, dan ini adalah salah satu aspek yang membuat game ini begitu menarik. Pemain dipaksa untuk belajar sendiri melalui eksplorasi dan eksperimen. Bagi seorang pemula, ini adalah pengalaman yang brutal tetapi juga mendalam.

Membuka Tingkat Kesulitan Baru

Setelah bermain Dark Souls 3, saya merasa telah memasuki dimensi baru dalam dunia gaming, terutama dalam hal tingkat kesulitan. Game ini memiliki cara unik untuk melatih pemainnya, bukan melalui tutorial panjang atau panduan, melainkan melalui pengalaman langsung yang keras.

Setelah menyelesaikan Dark Souls 3, saya mendapati bahwa tingkat kesulitan "Hard" di game lain terasa biasa saja. Game ini membentuk mentalitas "belajar dari kesalahan" yang kuat. Saat menghadapi tantangan di game lain, saya tidak lagi merasa terintimidasi oleh bos besar atau musuh tangguh. Sebaliknya, saya justru merasa termotivasi untuk mempelajari pola dan strategi mereka—persis seperti yang saya pelajari di dunia Souls.

Efek ini adalah sesuatu yang luar biasa. Bermain Dark Souls 3 seperti memasuki sekolah keras gaming, di mana keberanian, ketekunan, dan kecerdikan diuji. Game lain yang sebelumnya terasa sulit kini tampak lebih bisa didekati, seolah-olah Dark Souls 3 telah membuka "mode Hard" dalam mindset gaming saya.

Multiplayer: Membantu atau Menghancurkan?

Sistem multiplayer di Dark Souls 3 adalah elemen yang menarik. Saya mengalami momen tak terlupakan ketika memanggil pemain lain untuk membantu saya melawan bos yang sulit, dan bersama-sama kami merayakan kemenangan. Namun, di sisi lain, invasi pemain lain ke dunia saya adalah sumber frustrasi yang tak kalah besar. Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada hampir mencapai api unggun (bonfire), hanya untuk dibunuh oleh seorang invader yang lebih berpengalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun