Mohon tunggu...
Jatu Megantari
Jatu Megantari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Teknologi Pangan Undip 2017

food technologist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ajak Warga Konsumsi Pangan Lokal dengan Ajari Cara Modif Singkong Menjadi Mie

4 Agustus 2020   12:53 Diperbarui: 4 Agustus 2020   12:41 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kab. Semarang (1/8) – Mahasiswa KKN Undip Tim II galakkan gerakan konsumsi pangan lokal di Desa Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang dengan cara menggelar pelatihan pembuatan mie tepung mocaf. Pelatihan ini dilakukan bersama ibu-ibu RT 05/ RW 01. Peserta setiap pelatihan dalam kegiatan ini terbatas yaitu 5 orang, hal ini sebagai upaya social distancing. 

Pelatihan ini dilakukan dengan cara mahasiswa mempraktikan langsung dan mengajarkan langkah demi langkah, kemudian ibu-ibu mengikutinya dan praktik langsung. Ibu-ibu dalam mengikuti kegiatan ini sangat bersemangat, mereka memperhatikan secara teliti apa yang mahasiswa ajarkan serta mereka aktif bertanya.

Mie tepung mocaf adalah mie yang berasal dari tepung singkong yang telah dimodifikasi dengan cara difermentasi. Singkong dipilih sebagai bahan dasar pembuat mie, karena singkong merupakan salah satu tanaman lokal yang cukup banyak ditanaman dan biasa dikonsumsi oleh masyarakat Desa Sendang. Selama ini singkong hanya dijual mentah, diolah dengan cara direbus digoreng dan dikonsumsi sebagai pengganjal perut sementara bukan makanan utama. 

Padahal singkong adalah salah satu makanan pokok yang mengandung jumlah kalori hampir sama dengan nasi dan bahkan lebih sehat karena indeks glikemiknya yang rendah. Namun masyarakat desa tidak terbiasa memakan sebagai pengganti nasi. Berdasarkan survey yang mahasiswa lakukan sebelumnya, nasi dipilih sebagai makanan pokok yang disukai karena cocok dimakan dengan apasaja, sedangkan singkong tidak. Melihat kebiasaan masyarakat yang seperti ini, mahasiswa memutuskan untuk memilih mengolah singkong jadi mie, yang dimana mie ini juga digemari oleh masyarakat.

Pembuatan mie yang diajarkan oleh mahasiswa adalah proses pembutan yang sederhana, dimana tidak dibutuhkan alat pencetak mie yang tidak semua orang memilikinya. Alat yang digunakan sangat mudah ditemukan diantaranya pisau, talenan dan botol sirup bekas. Botol sirup bekas digunakan sebagai alat penipis adonan, talenan sebagai alasnya dan pisau untuk memotong mie sesuai ukuran yang dikehendaki. Proses pembuatan mie tepung mocaf sangat mudah sehingga tidak membutuhkan waktu lama. 

Langkah pertama tepung mocaf, tepung terigu, telur, garam dan air dicampur hingga adonan kalis. Langkah kedua adonan ditipiskan menggunakan botol sirup bekas. langkah ketiga adonan tipis dipotong menggunakan pisau, lalu mie sudah jadi dan siap diolah. Pada pelatihan ini menggunakan proporsi tepung mocaf dan tepung terigu dengan perbandingan 20:80. Proporsi tepung ini mengacu pada jurnal penelitian yang telah ada. Tepung mocaf yang digunakan dalam pelatihan ini bukan tepung mocaf hasil beli, namun tepung mocaf yang ibu-ibu buat saat pelatihan sebelumnya bersama mahasiswa. 

Tidak ada satupun peserta pelatihan ini yang gagal dalam membuat mie tepung mocaf. Mie yang dihasilkan sangat baik, dari segi tekstur yang elastis sehingga tidak mudah patah dan warna yang bagus. Melihat hasil yang mereka buat, ibu-ibu sangat puas. “ Ternyata membuat mie seperti ini sangat mudah dan hasilnya pun sangat baik walaupun dengan bahan lokal, kedepan saya akan membuat mie seperti ini lagi, selain murah, enak juga sehat” ujar ibu Ninik (peserta pelatihan). 

Mendengar perkataan salah satu peserta ini menunjukkan bahwa mahasiswa dibawah bimbingan Ir. Arif Hidayat., CES., M.T tepat dalam memilih mie tepung mocaf sebagai objek pelatihan dalam menggalakkan gerakan konsumsi pangan lokal. Harapan besar setelah mendapatkan edukasi ini, masyarakat semakin sadar dan yakin dalam menerapkan gerakan konsumsi pangan lokal, sehingga kemandirian dan ketahanan pangan negara semakin kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun