Pandemik Covid-19 berdampak pada segala sektor. Salah satunya yaitu sektor pendidikan di Indonesia, khususnya di Desa Malangsari Cipanas Lebak Banten. Pembelajaran secara konvensional belum bisa dilakukan dikarenakan daerah tersebut belum termasuk daerah zona hijau.
Anak-anak yang belum teredukasi jelas menganggap hal ini sebagai momentum untuk bermain lebih lama. Pembelajaran di rumah tanpa adanya pendampingan hanyalah sebatas omong kosong. Kebanyakan dari mereka, lebih memilih bermain dibandingkan dengan mengerjakan tugas yang dikirimkan guru melalui WA grup.
Terkhusus anak-anak di daerah Desa Malangsari belajar secara mandiri perlulah ditingkatkan lagi atau orang tua harus mendampingi anaknya dalam belajar di rumah. Sayangnya masyarakat di desa Malangsari tidaklah selalu memiliki waktu dalam mendampingi anaknya. Hal ini dikarenakan tuntutan pekerjaan. Kebanyakan masyarakat berkerja sebagai petani, peternak, pedagang ataupun wiraswasta.
Terkendalanya sinyal ataupun tidak adanya sumber daya semisal ponsel dan pemahaman orang tua pun menjadikan salah satu alasan terkendalanya proses belajar mandiri ataupun belajar secara daring pada anak di desa Malangsari.
Melalui KKN Back to Village Unej 2020 mahasiswa asal Desa Malangsari merancang sebuah konsep pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang terlihat seperti les privat namun lebih menunjukkan bagaimana asyiknya pembelajaran di rumah. Karena, dengan keadaan apapun, belajar harus tetap dilakukan. Pendidikan sangatlah penting. Anak-anak harus ditanamkan kecintaan akan pendidikan, sedini mungkin.
Konsep pembelajaran menyenangkan yaitu memberikan pemahaman pada anak bahwa belajar itu menyenangkan. Bahwa belajar tidak melulu tentang rasa bosan. Metode yang digunakan dalam melancarkan proses pembelajaran menyenangkan ini yaitu dengan metode hobi, permainan tradisional, pengenalan lingkungan alam, proses digitalisasi, hingga pemahaman materi sekolah yang dilakukan dengan cara sederhana.
Proses KKN yang dilakukan selama 45 hari ini dilakukan dengan mendampingi sasaran secara intensif dan efesien. Â Sasaran yang didampingi diantaranya; empat anak SD dengan berbagai tingkatan, satu anak SMP (baru masuk) dan satu anak SMA (baru masuk)
Pendampingan pada sasaran ini tidak dilakukan berbarengan, hal ini menelisik dari kondisi sasaran itu sendiri. Pembagian pendampingan yaitu: pendampingan 2 anak SD (Wiwi dan Andini) dalam satu waktu, pendampingan anak SMP dan SD (Dayu Juma dan Ijal), pendampingan anak SD lainnya (Aji), serta pendampingan yang berfokus pada fasilitator sasaran yaitu Yanti (baru masuk SMA).
Proses pembelajaran yang menyenangkan ini dilakukan dalam berbagai tahapan dan menggunakan metode yang disesuaikan dengan sasaran, hal ini dilakukan setelah menelisik karakterisasi sasaran. Pendampingan pada sasaran Juma yaitu lebih mengenalkan bagaimana mudahnya belajar dengan youtube secara efesien, dan pemahaman materi sekolah dengan metode menghapal mudah. Menghapal dengan rumus kata-kata alias yang digunakan untuk mempermudah mencerna materi sekolah.
Sementara pandampingan pada sasaran (Aji) yang sebenarnya bukan sasaran utama. Orang tua Aji menginginkan anaknya giat belajar, maka Aji dijadikan sasaran tambahan. Pembelajaran pada Aji lebih mengenalkan huruf dan angka dengan metode hobi, dimana angka-angka atau huruf digambarkan sebagai benda-benda yang berada disekitar anak. Contohnya pengenalan huruf J digambarkan sebagai kail pancing. Hal ini dilakukan agar sasaran Aji mudah mengingat huruf dan angkat.
Pembelajaran pada sasaran Wiwi dan Dini, digabungkan karena keduanya mudah dan mau belajar bersama. Keduanya juga sudah memiliki kelompok belajar tersendiri yang disusun oleh pihak sekolah mereka. Jadi pendampingan lebih pada kontroling pembelajaran. Pemahaman lingkungan alam, serta mendampingi saat anak sedang melakukan proses belajar mandiri.
Pendampingan sasaran Ijal tidak terlalu sering, hal ini dikarenakan anak tersebut jarang mau bergabung dan perlu adanya pemahaman yang ketat akan pentingnya pembelajaran. Pendampingan dari orang tua pun disarankan agar dilakukan secara rutin, agar anak mau belajar.
Untuk sasaran (Yanti) yang baru masuk SMA. Pendampingan pada sasaran ini lebih pada pengenalan metode hobi melalui hal-hal yang disukai sasaran, dijadikan sebagai objek pembelajaran. Semisal tayangan sinetron atau apapun, dijadikan sebagai materi pembelajaran. Hal ini dilakukan agar belajar terasa menyenangkan. Pada sasaran Yanti pun, lebih sering didampingi dalam hal fasilitator pembelajaran. Semisal membantu dalam pengiriman tugas melalui email.
Proses permainan tradisional dijalankan dengan sederhana. Sasaran dalam kasus ini yaitu sasaran Dini dan Wii, juga beberapa anak di lingkungan rumah keduanya, diajak bermain petak umpet menggunakan hitungan bahasa Inggris.
Pada dasarnya menjadikan anak cinta akan belajar itu, merupakan proses panjang yang tidak bisa disepelekan. Tugas ini bukan hanya ditanggungkan pada anak, melainkan orang tua atau siapapun yang menganggap pendidikan itu penting.
Belajar bisa dari mana saja, dengan siapa saja, ataupun kapan saja. Metode pembelajaran sangatlah beragam. Belajar secara konvensional ataupun menggunakan layanan belajar secara daring tidaklah persoalan yang harus diperdebatkan. Karena belajar dengan cara apapun, bisa dilakukan secara menyenangkan asalkan pendidik (pembimbing/mentor) memahami karakterisasi anak serta metode yang akan digunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H