Sudah jamak kita ketahui bahwa kendaraan dengan bahan bakar fosil memiliki dampak yang tidak baik terhadap lingkungan. Hal ini diperparah dengan kemacetan yang mengakibatkan konsumsi bahan bakar meningkat. Sehingga otomatis polusi pun ikut meningkat dan kerusakan lingkungan akan berjalan jauh lebih cepat. Selain itu, kerugian secara langsung dapat kita rasakan, seperti biaya yang meningkat untuk membeli bbm dan tikat stress yang meningkat karena kemacatan yang kita hadapi setiap hari.
Masalah di atas bukan hanya milik kota besar seperti Jakarta, melainkan juga sudah menular ke kota yang lebih kecil bahkan desa-desa. Tentu dengan tingkat yang berbeda tetapi dengan pola yang sama. Penggunaan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun empat yang terus meningkat, menyebapkan kemacetan, berdampak langsung terhadap konsumsi bbm, yang pada akhirnya menghasilkan polusi yang merusak lingkungan.
Solusi untuk maslah ini pada dasarnya sederhana. Kita cukup menggantikan penggunaan kendaraan pribadi dengan angkutan massal. Angkutan massal yang saya maksudkan di sini adalah kereta api, baik KRL maupun KRD. Mungkin untuk saat ini kita belum dapat mengetahui secara pasti seberapa besar dampak positif penggunaan kereta dibandingkan dengan kendaraan pribadi, karena untuk mengetahuinya diperlukan analisa dan perhitungan yang cukup komplek dan mendalam.
Meskipun demikian saya secara pribadi dapat merasakan perbedaan secara langsung antara menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan dengan kereta. Berikut beberapa keuntungan yang saya nikmati saat menggunakan jasa kereta:
- Waktu perjalanan yang lebih singkat
- Biaya lebih murah
- Tingkat stress yang lebih rendah
Tentu ini bukan berarti bahwa tidak ada maslah dalam menggunakan kereta. Jumlah kereta yang dirasa masih kurang, jadwal yang terkadang tidak tepat, sinyal yang mati, dan masih ada masalah lain yang perlu diperbaiki.
Ada satu hal yang menjadi pertanyaan saya selama ini.
Mengapa pemerintah kurang memngembangkan angkutan massal seperti kereta ini?
Sedangkan angkutan pribadi terus didukung untuk bertambah, hal ini terlihat dengan fokus pembangunan jalan tol di banyak tempat.
Apakah sulit mengembangkan angkutan massal?
Atau memang tidak ada kemauan untuk mengembangkannya?
Mungkin ada main mata antara pemerintah dengan perusahaan otomotif?
Ah, saya tidak tahu.
Mengapa negara-negara di eropa mengembangkan angkutan massal berbasis kereta?
Mengapa China terus meningkatkan sarana angkutan berbasis kereta?
Mengapa Korea memiliki angkutan kereta yang baik?
Tetapi mengapa Indonesia tidak menyukainya?
***
Seperti yang telah saya sampaikan, solusi masalah ini pada dasarnya sedeerhana. Hanya diperlukan kemauan dan komitmen saja. Jika angkutan massal dikembangkan, maka jumlah penggunanya akan meningkat, dan pengunaan kendaraan pribadi menurun, kemacetan dapat diminimalkan, sehingga pada akhirnya polusi dapat ditekan ke titik terendah.
Adalah pilihan kita untuk mengunakan angkutan massal.
Adalah pilihan kita untuk terus menambah kendaraan pribadi di jalan raya.
Semua pilihan ada di tangan kita.
Lestarikan lingkungan dengan menggunakan angkutan massal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H