Mohon tunggu...
Jatmiko Yudistira Hardiyanto
Jatmiko Yudistira Hardiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Sentuhan Teknologi dalam Ekonomi Kreatif sebagai Strategi Menghadapi Pasar Global

11 Juli 2022   10:22 Diperbarui: 11 Juli 2022   10:41 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dialog-dialog mengenai peranan teknologi tinggi pada sektor ekonomi dewasa ini ramai diperbincangkan.Hal ini mencirikan bahwasanya pasar-pasar pengetahuan dimana informasi dan teknologi komunikasi merupakan saraf vitalnya dalam sebuah kemajuan ekonomi.Sentuhan tinggi merujuk pada kedekatan antara pelaku ekonomi dalam hal ini klien-klien yang memiliki kedekatan hubungan pribadi dengan penyedia sumber kebutuhan.Pola atau jalur komunikasi elekronik telah menjadi pelicin jalan bagi pola-pola prasarana baru sehingga memungkinkan informasi dan kecerdasan buatan dikirimkan di antara jaringan-jaringan komputer secara cepat.

Era revolusi industri 4.0 menjadikan ekonomi kreatif menjadi salah satu isu strategis yang layak mendapatkan pengarusutamakan sebagai pilihan strategi memenangkan persaingan global, ditandai dengan terus dilakukannya inovasi dan kreativitas guna meningkatkan nilai tambah ekonomi melalui kapitalisasiidekreatif. Ekonomi kreatif sendiri mulai dikenal luas sejak munculnya buku The Creative Economy: How People Make Money from Ideas yang ditulis oleh John Howkins. Istilah ekonomi kreatif dimunculkan Howkins ketika melihat ada gelombang ekonomi baru yang melanda Amerika Serikat. Gelombang ekonomi baru itu dicirikan dengan aktivitas ekonomi berbasis ide, gagasan, dan kreativitas.

Dalam hal ini memudahkan bagi pelaku usaha kecil khususnya UMKM yang sangat sulit untuk memasarkan produknya agar dikenal oleh masyarakat luas.Dengan adanya teknologi melalui komunikasi elektronik ini sangat membantu pelaku UMKM.Sebagai contohnya sekarang ini banyak penyedia layanan teknologi berbasis aplikasi yang berkerja sama dengan pelaku UMKM dalam sektor kuliner seperti:GoFood,GrabFood,ShoppeFood.

Dikutip dari Kompas.com,lembaga riset Nielsen memaparkan penelitian mengenai bisnis pesan antar makanan berbasis aplikasi pada September 2019. Riset itu menelusuri tren dan perilaku konsumen terhadap layanan pesan antar makanan berbasis aplikasi di Tanah Air. Hasilnya, 58 persen dari 1.000 orang koresponden yang berasal dari kota-kota besar di Indonesia, menyatakan telah memanfaatkan layanan pesan antar makanan berbasis aplikasi. Mereka yang memanfaatkan layanan itu mengaku, memesan makanan secara online melalui aplikasi setidaknya 2,6 kali dalam satu minggu. Tren dan pola pelanggan tersebut bisa menjadi peluang mitra UMKM di bidang kuliner untuk memanfaatkan fasilitas cloud kitchen milik Gojek.

Sebagai pelengkap teknologi,pertukaran pengetahuan mempersyaratkan dibinanya kepercayaan serta hubungan-hubungan. Kepercayaan dan hubungan ini diciptakan melalui dialog-dialog dan pertemuan-pertemuan di mana orang-orang dapat membina suatu proses guna membagi pengetahuan,ide-ide dan nilai-nilai mereka.Di mana ada pengetahuan yang ditawarkan,disitu ada manusia. Pasar-pasar pengetahuan tumbuh subur dalam lingkungan yang interaktif dan mendidik seperti konferensi serta seminar.

Seperti yang diungkapkan oleh Alan Webber dalam sebuah artikel di Harvard Business Review,karya penting dalam perekonomian baru itu adalah menciptakan pembicaraan-pembicaraan.... Salah satu diantara banyak paradoks perekonomian baru itu adalah bahwa percakapan yang secara tradisional dianggap sebagai pemborosan waktu sebetulnya merupakan sumber utama untuk bersaing tepat waktu.

Dari data Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2016 yang dilaksanakan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kontribusi ekspor ekonomi kreatif terbesar berasal dari sub-sektor fesyen sebesar 56,27%, kemudian diikuti oleh sub-sektor kriya sebesar 37,52% dari total ekspor ekonomi kreatif Indonesia.Melalui berbagai penyuluhan dalam bentuk seminar-seminar dan pelatihan diharapkan para pelaku ekonomi kreatif mampu menjual produknya hingga keluar negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun