Mohon tunggu...
Jatmika AjiSantika
Jatmika AjiSantika Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis

Serius banget orangnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Historiografi Islam Indonesia

13 Juli 2023   16:29 Diperbarui: 13 Juli 2023   17:53 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Puncak dari historiografi kolonial tercermin dalam karya-karya Stapel berjudul Geschiedenis van Nederlandsch-Indie (sebanyak 5 volume,1938-1940). Dua volume pertama buku itu menceritakan mengenai kerajaan Hindu dan Islam Jawa, namun perspektif ini berubah setelah kedatangan Belanda. Di tiga volume buku selanjutnya Belanda menjadi aktor utama dalam narasi sejarah sedangkan orang-orang pribumi dikesampingkan. Orang Belanda digambarkan sebagai tokoh utama, perlambang kecerdasan, maju dan mampu melindungi kepentingan pribumi yang digambarkan sebagai orang yang tidak dapat mengurus urusannya sendiri." Lebih lanjut lagi, Zoetmoelder menyebut sejarah Indonesia di masa kolonial sebagai berikut :

"Indonesia's history is first and foremost the history of European in Indonesia, and their contacts with the Indonesian people, viewed from a European view-point". 

"Sejarah Indonesia terutama berisi tentang orang Eropa di Indonesia dan kontak orang Eropa dengan bangsa Indonesia dilihat dari sudut pandang Eropa."

Orang Eropa menjadi aktor utama dalam panggung sejarah sedangkan masyarakat Nusantara seringkali diabaikan. Kesan penulisan sejarah yang Eropasentris atau Neerlando-sentris ini salah satunya  untuk indoktrinasi mitos superioritas bangsa Eropa atas Hindia Belanda. Selain itu, penulisan di masa kolonial juga bertujuan untuk menjadi panduan mengenai gambaran Hindia Belanda bagi para pegawai dari Eropa yang akan bertugas di negeri Nusantara.

Latar belakang seperti ini dan faktor-faktor perbedaan rasial, agama serta kepentingan kekuasaan kolonial sangat mempengaruhi cara pandang bangsa Barat terhadap Islam sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Nusantara. Dalam mengkaji Nusantara, terdapat usaha bangsa Barat untuk mengkerdilkan peranan Islam di Nusantara. Hal itu dapat kita lihat dari tulisan para sarjana Barat di masa kolonial yang penuh dengan komentar negatif mengenai Islam. Hal ini dapat dilihat keterangan Van Leur sebagaimana berikut :

"Islam did not bring a single innovation of a higher level of development to Indonesia, socially or economically, either in state politi or in trade. These world religions were only a thin, easily flaking glaze on the massive body of indigenous civilization". 

"Van Leur mengungkapkan bahwa semenjak kedatangan Islam di Nusantara, Islam sedikitpun tidak memberikan perkembangan ke arah yang lebih maju pada Indonesia baik secara sosial, ekonomi, bahkan dalam membuat kebijakan politis maupun perdagangan, lebih lanjut lagi Van Leur mengatakan Islam hanya bagian kecil yang mudah tercabut dari timbunan kebudayaan lokal."

  Senada dengan itu, Windstedt menyatakan Islam di Nusantara merupakan perpaduan dengan ajaran Hindu. Marsden  percaya bahwa Islam adalah pengaruh asing yang menghilangkan kebudayaan asli Nusantara dan mencabut karakter asli bangsa Nusantara (Sumatra). Senada dengan itu, De Graaf maupun Brandes berpendapat bahwa kedatangan Islam menghambat perkembangan kultural masyarakat Nusantara (Jawa). Tokoh yang paling penting saat membicarakan mengenai "marjinalisasi Islam" adalah Snouck Hurgronje yang membedakan antara hukum adat dan hukum Islam dalam kehidupan masyarakat Muslim Aceh, ia menggagas bahwa hukum adat harus terpisah dari hukum Islam, hal ini berakibat pada tidak adanya ruang bagi hukum Islam di dalam masyarakat kecuali ia kompatibel dengan hukum adat, itu artinya tingkatan hukum Islam berada di bawah hukum adat. Snouck, lebih lanjut lagi, mengeluarkan pernyataan sinis yang menyebut bahwa Islam di Timur Jauh ialah pakaian compang-camping yang diantara sela-selanya "orang-orang Polinesia setengah Hindu" dapat dilihat dalam bentuk sejatinya yang kafir". Secara sederhana bisa diartikan bahwa Islam di Nusantara hanya tampil di permukaan, jika ditelisik lebih jauh maka akan tampak Islam di Nusantara bukan ajaran yang murni melainkan sinkretisme dengan ajaran Hindu yang kental. Tidak jarang para sejarawan Barat di masa kolonial menganggap Islam di Nusantara tidak seperti di Timur Tengah, Islam di Nusantara dianggap bukan Islam sesungguhnya karena secara substantif masih bercampur dengan ajaran mistik Hindu-Buddha sehingga seringkali disebut Islam marjinal, pinggiran (periphery).

Permasalahan lain menyangkut sejarawan di masa kolonial adalah penolakan mereka terhadap sumber-sumber internal Indonesia yang berkenaan dengan historiografi berupa hikayat, silsilah, babad, cerita, syair yang memuat keterangan melimpah mengenai perkembangan awal Islam di berbagai wilayah Nusantara. Sejarawan Barat seperti De Graaf berasumsi bahwa tradisi historiografi di Indonesia dan Malaya berkenaan dengan permulaan Islam di Nusantara tidak bisa terlalu diandalkan karena banyak keterangan bernuansa gaib yang tidak masuk akal mengenai proses Islamisasi yang terjadi di Nusantara. Menurutnya, sebagian besar historiografi Nusantara lebih banyak memuat mitos ketimbang sejarah. Sejarawan di masa kolonial lainnya yang memiliki tingkat apresiasi rendah terhadap historiografi lokal ialah R.A. Kern, ia mengatakan : 

"Whenever a particular fact is established on the basis of other sources, one may sometimes find in the Malay chronicles, buried under heaps of fantasy, some small trace of that particular historical event, but in such cases one can just dismiss the chronicle".  

"Sebuah fakta dapat ditemukan dalam sumber-sumber yang lain, salah satunya dalam Hikayat Melayu yang hanya berisikan fantasi atau khayalan yang layak diabaikan dalam penulisan sejarah. Dengan demikian, mereka berkesimpulan bahwa historiografi tradisional Nusantara sama sekali tidak memiliki nilai historisitas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun