“Haiii...” mataku langsung berbinar dengar sapaan itu.
“Eh, mbak...” hamdalah pun berkali-kali kuucapkan dalam hati.
Angkot berbelok mendekati gedung kantor. Kukeluarkanlah pecahan yang merisaukanku itu. Ternyata senior dari Accounting itu melihat.
“Wi, duit lo goban tu?”
“Ho-oh... nanti aku bayarin aja deh, mbak, biar gak diomelin si abang supir.”
“eh, gak usah... udah, gw bayarin aja, dari pada kena semprot supir angkot pagi-pagi gini. Eh, lo cuma 2rb kan?”
“He-eh... “ tersenyum lebar dan sumringah, “Makasih banyak ya, mbak. The best in town lah lo.”
Ternyata kekhawatiran adalah sia-sia.
Dari contoh sederhana kedua kejadian di atas aku jadi semakin yakin bahwa ketika kita memasrahkan sesuatu justru kita mendapatkannya. Penyerahan diri kita sepenuhnya, dan kepercayaan diri kita kepada Sang Pengatur lah yang utama. Dia tahu yang terbaik untuk kita, plus efek dan dampak dari pemberianNya, jika kita benar-benar memperhatikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H