Mohon tunggu...
Jati Nugroho
Jati Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Penggemar bola layar kaca yang ingin belajar menulis

The harder I try, the luckier I get

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Defensif adalah Nonsens!

18 Juni 2020   09:26 Diperbarui: 18 Juni 2020   09:28 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: bola.tempo.co

Baru-baru ini saya menonton sebuah vlog seorang pundit football yang namanya cukup tersohor di kalangan fans bola Indonesia. Di situ dia mengatakan kalau dia sangat membenci taktik bertahan yang diterapkan oleh pelatih-pelatih kelas dunia. Nama-nama beken macam Jose Mourinho dan Diego Simeone tak luput dari kritikannya. 

Dia menilai kalau skema bertahan yang diusung kedua pelatih itu sudah usang dan membuat sepak bola tak lagi menarik. Pemikiran serupa diutarakan para warganet yang membanjiri kolom komentar. Mereka tak ketinggalan mengolok-olok kedua pelatih tadi.

Namun saya memiliki perspektif yang berbeda dari pundit football itu dan para fansnya. Saya menilai kalau seorang pengamat bola memiliki persepsi semacam itu, berarti dia kurang lama atau kurang objektif dalam menonton pertandingan sepak bola. Saya menganggap si pundit ini terlalu sempit pemikirannya. Dia seakan lupa kalau sepak bola itu tak hanya soal menyerang, tapi juga tentang cara bertahan. Lalu benarkah bermain bertahan dalam permainan ini adalah sebuah "dosa"?

Pertama-tama, saya coba memahami dulu mengapa banyak orang terlalu mendewakan permainan ofensif dalam sepak bola. Ada pepatah memang yang mengatakan bahwa cara bertahan terbaik adalah dengan tetap menyerang. Pepatah ini juga bisa kita aplikasikan dalam sepak bola. 

Menonton skema permainan menyerang yang diusung tim macam Barcelona, Manchester City, Bayern Munich, atau Ajax Amsterdam memang sangat mengasyikkan. Skema macam ini tentu sangat memikat para penggemar lantaran peluang mereka untuk mencetak gol juga lebih besar. Kita semua paham, satu hal yang paling ditunggu setiap fans bola adalah terciptanya sebuah gol. Tim-tim ini sudah pasti lebih difavoritkan karena terbukti bisa mencetak gol, mengungguli rival-rival satu liga mereka.

Tentu tak ada tim yang bisa menang tanpa mencetak gol. Gol membuatmu memenangkan pertandingan, dan memenangkan pertandingan membuatmu memenangkan kompetisi. Kita bisa simpulkan kalau mencetak gol sama dengan mendekatkan diri dengan gelar juara. Saya menganggap hal ini wajar terjadi di kalangan pecinta bola di Indonesia. 

Ya maklum, sebagian besar fans bola di negara +62 itu rata-rata masih glory hunter. Mereka cuma mau mendukung tim yang menangan saja atau yang sering juara saja, tanpa mernah menghargai variasi permainan dalam dunia kulit bundar. Jadi, ya logis saja kalau mereka alergi dengan permainan bertahan. Ini semacam antitesis buat mereka.

Menonton dua tim yang saling jual-beli serangan memang sangat seru. Saya sendiri suka kok menonton pertandingan yang kayak begini. Melihat dua tim yang saling mengancam gawang masing-masing begitu memompa adrenalin. Tapi, tak semua pertandingan bola yang kita tonton itu selalu berjalan seperti ini. 

Ada kalanya satu tim yang menyerang begitu kuatnya harus dihadapi dengan pertahanan tangguh. Tak jarang, tim yang tadinya bertahan malah bisa balik mengejutkan tim yang menyerang. Mereka mampu memetik kemenangan dengan bertahan dulu, lalu menyerang lewat serangan balik. Bola itu bundar, segala kemungkinan masih bisa terjadi. Bukankah hal semacam ini juga menarik untuk ditonton?

Bertahan sejatinya merupakan bagian dari strategi sepak bola. Bertahan bukanlah sebuah kesalahan. Ada banyak tim yang mampu membuat dunia terkesan dengan gaya bertahannya. Lihat saja Yunani di Euro 2004 atau Italia yang terkenal dengan sistem pertahanan gemboknya. Di level klub, kita bisa ambil contoh Atletico Madrid yang berhasil jadi kampiun La Liga musim 2013/2014. 

Yang paling terkenal tentu Jose Mourinho dengan gaya pragmatisnya. Inter Milan dan Chelsea berhasil dia antar untuk meraih titel liga tanpa harus muluk-muluk menyerang. Mereka tak punya catatan ball posession yang mentereng atau jumlah gol yang tinggi, tapi buktinya mereka bisa keluar jadi juara.

Mereka memilih gaya bermain defensif sebagai salah satu cara untuk mencetak gol ke gawang lawan. Gaya bertahan ini digunakan untuk "mengecoh" lawan dan ini tidaklah sepenuhnya salah. Justru saya melihat adanya sebuah kecerdikan di sini. Biarkan lawanmu menyerang habis-habisan, lalu serang mereka lewat counter attack dan terjadilah gol. 

Poin inilah yang mau saya tekankan. Bertahan tapi tetap bertujuan untuk menang, untuk mencetak gol, tetaplah sebuah strategi yang sah. Tapi, kalau bertahannya keterlaluan, terus-terusan menumpuk pemain di belakang tanpa adanya intensi untuk mencetak gol dan memenangkan pertandingan, nah inilah yang keliru. Ini membuat jiwa kompetisi dalam sepak bola jadi tercoreng.

Kita sebagai fans harus lebih jeli lagi dalam mengamati sebuah pertandingan. Benarkah tim-tim yang bermain defensif itu murni karena mereka tidak punya sumber daya untuk mencetak gol, atau semata-mata merupakan salah satu taktik untuk bisa mencetak gol? 

Di sinilah kita harus pintar-pintar membedakan. Tidak berarti tim yang bermain defensif itu jelek atau boring. Mereka menerapkan strategi bertahan sebagai salah satu cara menembus gawang lawan. Toh, tim-tim yang main defensif tersebut tetap mampu mencetak gol, dan menang, dan bisa dapat gelar juara.

Lalu ada komentar satu lagi yang bunyinya begini: "Tapikan tim yang bertahan cuma sesekali aja juaranya". Ya namanya juga kompetisi, masak tim yang bertahan nggak boleh juara? Apa iya tim yang nyerang terus itu nggak capek dan bakalan juara terus? Kan juga belum tentu. Apa nggak bosan lihat satu tim doang yang juara liga? 

Coba aja lihat liga Jerman, Italia, atau Prancis, yang pesaing juaranya cuma 1, nggak ada yang nonton kan malahan? Jadinya malah nggak seru berkat minimnya persaingan. Maka dari itu, tim-tim menyerang butuh tantangan juga. Salah satunya datang dari tim defensif. Sama juga fans bola, butuh variasi. Nggak cuma mikir nyerang terus, tapi juga sesekali butuh bertahan. Bukankah hidup akan jadi membosankan tanpa adanya perubahan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun