Mereka memilih gaya bermain defensif sebagai salah satu cara untuk mencetak gol ke gawang lawan. Gaya bertahan ini digunakan untuk "mengecoh" lawan dan ini tidaklah sepenuhnya salah. Justru saya melihat adanya sebuah kecerdikan di sini. Biarkan lawanmu menyerang habis-habisan, lalu serang mereka lewat counter attack dan terjadilah gol.Â
Poin inilah yang mau saya tekankan. Bertahan tapi tetap bertujuan untuk menang, untuk mencetak gol, tetaplah sebuah strategi yang sah. Tapi, kalau bertahannya keterlaluan, terus-terusan menumpuk pemain di belakang tanpa adanya intensi untuk mencetak gol dan memenangkan pertandingan, nah inilah yang keliru. Ini membuat jiwa kompetisi dalam sepak bola jadi tercoreng.
Kita sebagai fans harus lebih jeli lagi dalam mengamati sebuah pertandingan. Benarkah tim-tim yang bermain defensif itu murni karena mereka tidak punya sumber daya untuk mencetak gol, atau semata-mata merupakan salah satu taktik untuk bisa mencetak gol?Â
Di sinilah kita harus pintar-pintar membedakan. Tidak berarti tim yang bermain defensif itu jelek atau boring. Mereka menerapkan strategi bertahan sebagai salah satu cara menembus gawang lawan. Toh, tim-tim yang main defensif tersebut tetap mampu mencetak gol, dan menang, dan bisa dapat gelar juara.
Lalu ada komentar satu lagi yang bunyinya begini: "Tapikan tim yang bertahan cuma sesekali aja juaranya". Ya namanya juga kompetisi, masak tim yang bertahan nggak boleh juara? Apa iya tim yang nyerang terus itu nggak capek dan bakalan juara terus? Kan juga belum tentu. Apa nggak bosan lihat satu tim doang yang juara liga?Â
Coba aja lihat liga Jerman, Italia, atau Prancis, yang pesaing juaranya cuma 1, nggak ada yang nonton kan malahan? Jadinya malah nggak seru berkat minimnya persaingan. Maka dari itu, tim-tim menyerang butuh tantangan juga. Salah satunya datang dari tim defensif. Sama juga fans bola, butuh variasi. Nggak cuma mikir nyerang terus, tapi juga sesekali butuh bertahan. Bukankah hidup akan jadi membosankan tanpa adanya perubahan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H