Controlled Human Infection Model (CHIM) atau model infeksi manusia terkendali merupakan suatu pendekatan penelitian yang dilakukan dengan sengaja menginfeksi sukarelawan sehat dengan patogen yang telah dilemahkan dalam lingkungan yang terkontrol. Sukarelawan akan diawasi secara ketat selama penelitian untuk memantau perkembangan infeksi, respons imun, dan gejala penyakit. Tujuan dari model ini adalah untuk mempelajari penyakit, mekanisme respons imun, menguji efektivitas vaksin, terapi, dan metode pengobatan baru pada manusia.
Partisipasi sukarelawan bersifat sukarela. Sukarelawan yang berpartisipasi dalam CHIM harus dipilih dengan hati-hati berdasarkan kriteria yang jelas dan relevan. Sukarelawan menjalani proses seleksi dan proses pemeriksaan kesehatan yang ketat sebelum terlibat dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk memastikan sukarelawan dalam kondisi yang baik. Selain itu, sukarelawan diberikan informasi yang jelas mengenai risiko dan manfaat yang terkait dengan penelitian ini. Persetujuan tertulis harus diberikan sebelum mereka dapat berpartisipasi dalam penelitian ini.
Sukarelawan akan diberikan dosis yang terkontrol dari patogen. Patogen yang digunakan adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Namun, patogen tersebut telah dimodifikasi atau dilemahkan agar tidak menyebabkan penyakit yang parah. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan risiko dan memastikan keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan sukarelawan.
Penggunaan CHIM harus dilakukan dengan prosedur yang ketat dan berdasarkan persetujuan etis. Aspek keamanan dan kesejahteraan sukarelawan menjadi prioritas utama dalam penggunaan CHIM. Penggunaan CHIM dilakukan sesuai dengan regulasi yang berlaku dan diawasi lembaga terkait untuk memastikan keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan sukarelawan.
Penggunaan CHIM dalam perspektif bioetika melibatkan beberapa pertimbangan etis yang penting. Berikut adalah beberapa prinsip bioetika yang relevan dengan penggunaan CHIM
- Persetujuan sukarelawan (consent): Partisipasi sukarelawan dalam CHIM bersifat sukarela dan bergantung pada persetujuan mereka terhadap informasi yang diberikan. Informasi yang komprehensif harus diberikan kepada sukarelawan mengenai proses seleksi, tujuan, metode yang digunakan, kebijakan, risiko, dan manfaat yang terkait dengan penelitian tersebut sehingga mereka dapat membuat keputusan yang didasarkan pada pengetahuan yang mereka miliki.
- Otonomi dan tanggung jawab individu (autonomy and individual responsibility): Sukarelawan harus memiliki kebebasan untuk membuat keputusan tentang partisipasi mereka tanpa ada paksaan maupun manipulasi. Pemilihan sukarelawan mempertimbangkan kelompok yang rentan atau kurang mampu.Â
- Manfaat dan bahaya (benefit and harm): Penelitian CHIM harus memiliki manfaat yang signifikan bagi pengetahuan ilmiah dan kesehatan masyarakat. Keamanan dan kesejahteraan sukarelawan harus menjadi prioritas utama dan meminimalkan risiko sebanyak mungkin.
- Berbagi manfaat (sharing of benefits): Hasil penelitian CHIM harus digunakan untuk kepentingan ilmiah dan kesehatan masyarakat. Temuan harus diterapkan dengan bijaksana dan transparan untuk meningkatkan pemahaman penyakit, pengembangan vaksin, atau pengobatan yang lebih efektif. Manfaat dari penelitian tersebut harus dapat diakses secara luas oleh masyarakat yang membutuhkannya.
Penting bagi para peneliti atau lembaga terkait untuk memperhatikan dan menghormati prinsip-prinsip bioetika untuk memastikan bahwa penelitian dilakukan dengan integritas, keadilan, dan menghormati hak dan kesejahteraan sukarelawan yang terlibat. Namun, pandangan kontra terhadap penggunaan CHIM juga mencerminkan beberapa keprihatinan etis. Beberapa argumen yang menentang penggunaan CHIM, yaitu:
- Persetujuan (consent): Sukarelawan mungkin tidak sepenuhnya mampu memahami risiko terhadap penggunaan CHIM sehingga menganggu prinsip otonomi dan persetujuan.
- Risiko pada sukarelawan: Penggunaan CHIM melibatkan paparan sengaja terhadap patogen atau penyakit yang dapat menimbulkan risiko pada sukarelawan. Meskipun upaya maksimal dilakukan untuk mengurangi risiko, paparan terhadap patogen berpotensi menimbulkan efek samping atau komplikasi serius.
- Kebebasan: Penggunaan CHIM melibatkan sukarelawan yang bersedia terpapar patogen atau penyakit dengan tujuan penelitian. Penggunaan CHIM dapat mengorbankan kebebasan dan kesehatan sukarelawan karena mereka sengaja terpapar risiko yang mungkin berbahaya bagi kesejahteraan mereka.
- Kesetaraan akses: Kekhawatiran timbul bahwa penggunaan CHIM mungkin hanya terbatas pada sukarelawan yang memiliki akses lebih besar terhadap informasi, perawatan kesehatan, dan sumber daya sehingga meningkatkan kesenjangan sosial dan ketimpangan dalam partisipasi penelitian.
Penggunaan CHIM menimbulkan perdebatan. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan berbagai stakeholder dan mempertimbangkan argumen-argumen dari berbagai sudut pandang untuk mencapai penggunaan CHIM yang etis. Dengan demikian, keputusan dan kebijakan terkait penggunaan CHIM dapat diambil dengan lebih berimbang dan berdasarkan pada pertimbangan yang luas.
Â
Referensi
Bambery, B., Selgelid, M., Weijer, C. et al. (2016). Ethical criteria for human challenge studies in infectious diseases. Public Health Ethics, 9(1), 92 – 103.
Eyal, N., Lipsitch, M., & Smith, P. G. (2018). Human challenge studies to accelerate coronavirus vaccine licensure. Journal of Infectious Diseases, 219(11), 1752 – 1754.
Selgelid, M. J. (2019). Ethical perspectives on controlled human infection challenges for vaccine development. Journal of Bioethical Inquiry, 16(4), 471 – 476.
Vaz, M., Timms, O., Johnson, A. R. et al. (2021). Public perceptions on Controlled Human Infection Model (CHIM) studies—a qualitative pilot study from South India. Monash Bioethics Review, 39, 68 – 93.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H