Dalam prasasti Wanua Tengah III ini kemudian diakhiri dengan tulisan yang menyebut nama pejabat yang terlibat dalam upacara penetapan sima beserta besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak bihara dan ditutup dengan kutukan bagi siapa saja yang berani merubah keputusan yang sudah menjadi ketetapan ini.
Hal yang menarik dari prasasti Wanua Tengah III ini adalah adanya perbedaan dengan daftar raja-raja Medang Mataram Kuna yang terdapat dalam prasasti Mantyasih  yang juga diterbitkan atas perintah raja Balitung pada tahun 807 M, setahun sebelum prasasti Wanua Tengah III diterbitkan.
- Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya,
- Sri Maharaja Rakai Panangkaran,
- Sri Maharaja Rakai Panunggalan,
- Sri Maharaja Rakai Warak,
- Sri Maharaja Rakai Garung,
- Sri Maharaja Rakai Pikatan,
- Sri Maharaja Rakai Kayuwangi,
- Sri Maharaja Rakai Watuhumalang,
- Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Dharmmodaya Mahasambhu.
Adanya perbedaan daftar nama raja-raja  Mataram Kuna antara prasasti Mantyasih 907 M dan prasasti Wanua Tengah III 908 M, disebabkan karena adanya perbedaan latar belakang alasan diterbitkannya kedua prasasti ini.
Prasasti Mantyasih diterbitkan oleh raja Balitung dengan tujuan untuk melegitimasi dirinya sebagai pewaris tahta yang sah, sebagai raja yang berdaulat penuh atas seluruh wilayah kerajaan, sehingga nama-nama raja yang dicantumkan di prasasti ini hanyalah mereka yang berkuasa dan berdaulat penuh atas seluruh wilayah kerajaan.
Nama-nama raja seperti dyah Gula, Dyah Tagwas, Dyah Dewendra dan Dyah Badra tidak disebutkan karena mereka tidak pernah berdaulat penuh atas wilayah kerajaan yang hal tersebut ditandai dengan singkatnya masa pemerintahannya atau digulingkan dari tahtanya.
Prasasti Wanua Tengah III 908 M dikeluarkan terkait dengan perubahan-perubahan status sawah kerajaan di Wanua Tengah sehingga semua raja yang bersangkut-paut dengan perubahan status sawah tersebut disebutkan tanpa terkecuali.
Soal Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya tak termasuk dalam prasasti Wanua Tengah III, hal ini disebabkan riwayat status sawah Wanua Tengah bermula pada masa pemerintahan raja sesudahnya yaitu Sri Maharaja Rakai Panangkaran.
- Kusen, 1988. Prasasti Wanua Tengah III 830 Saka: Studi Tentang Latar Belakang Perubahan Status Sawah di Wanua Tengah Sejak Rake Panangkaran Sampai Rake Watukura Dyah Balitung, Makalah dalam Kegiatan Ilmiah Arkeologi IAAI Komisariat DIY-Jawa Tengah di Yogyakarta.
- Kusen, 1994. Raja-Raja Mataram Kuna Dari Sanjaya Sampai Balitung Sebuah Rekonstruksi Berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III, Berkala Arkeologi, Edisi Khusus-1994.
- Prasasti Mantyasih, Wikipedia.
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/prasasti-wanua-tenah-iii-830-s-908-m/
Podjok Pawon, Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H