Sriwijaya yang dalam bahasa Sansekerta  bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang" adalah sebuah nama kerajaan yang sudah ada sejak abad ke VII di pulau Sumatera. Lokasi yang menjadi pusat kerajaan, sesuai dengan apa yang tertulis dalam prasasti Kedukan Bukit (683 M) adalah sebuah daerah yang bernama Minanga Tamwan, tempat darimana Dapunta Hyang berasal.
Ada tiga tempat yang diduga  merupakan lokasi Minanga Tamwan, lokasi awal berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Yang pertama adalah para ahli yang mengatakan bahwa lokasi awal berdirinya Kerajaan Sriwijaya ini di sekitar tepian Sungai Musi Palembang. Tempat ini yang sekarang menjadi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya.
Pendapat kedua mengatakan bahwa lokasi Minanga Tamwan yang menjadi pusat kerajaan Sriwijaya berada di sekitar kawasan Candi Muara Takus di Riau. Pendapat ini didasarkan atas penafsiran dari catatan perjalanan I Tsing, seorang pendeta Budha dari Tiongkok.Â
Juga didasarkan atas berita tentang pembuatan candi Bungsu yang dipersembahkan kepada Kaisar di negeri Tiongkok yang letaknya berada di dalam kompleks Candi Muara Takus.
Penemuan beberapa situs arkelogis yang digelar Universitas Indonesia pada tahun 2013 membuka kemungkinan baru jika pusat atau awal berdirinya kerajaan Sriwijaya ini berada di sekitar tepian sungai Batang Hari di Muaro Jambi, Kabupaten Jambi.
Baca juga : Mencari Pusat Peradaban Kerajaan Sriwijaya di Lahan Basah
Masih belum diketahui dengan pasti hingga sekarang dimana lokasi yang menjadi awal berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Yang pasti, berdasarkan prasasti Tanjore (1030 M), Â saat Kerajaan Sriwijaya ditaklukan oleh Raja Rajendra Chola ( raja dari Diansti Chola di Koromandel, India selatan), ibu kota kerajaannya sudah berada di Kadaram (Kedah Malaysia).
Sama seperti dalam menelusuri lokasi awal tempat yang menjadi pusat kerajaan Sriwijaya, siapa nama raja yang mendirikan atau pendiri Kerajaan Sriwijaya inipun juga belum berhasil ditemukan. Prasasti yang ditemukan maupun kronik Tiongkok pun tak ada yang menyebutkannya.
Prasasti Kedukanbukit memberitakan tiga peristiwa yang dilakukan Dapunta Hyang: perjalanan ziarah, perjalanan berperang lalu berkumpul di Mukha Upang, dan pendirian wanua atau tempat tingga. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Dapunta Hyang sebagai penguasa Sriwijaya dan Minanga Tamwan tempat asalnya.
Baca juga : Kerajaan Sriwijaya Pernah Menjadi Pusat Pengembangan Agama Buddha Asia Tenggara
Dengan demikian akhirnya dapat diketahu bahwa nama lengkap raja yang berkuasa di Sriwijaya waktu itu adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga.
Prasasti ini selain menyebut soal nama Sri Jayanaga juga berisi doa-doa dan puja-puji terhadap Sri Jayanaga yang telah memerintahkan membuat taman yang ditanami beraneka macam buah-buahan yang diberi nama Sriksetra.
Diantaranya adalah dengan menaklukan daerah Bangka-Belitung dan akan menghukum bhumi Jawa yang dianggap tak mau tunduk terhadap kekuasaannya.
Ketika Sri Jayanaga melaksanakan penyerangan untuk menghukum Bhumi Jawa, waktunya bersamaan dengan runtuhnya  Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat  dan Kerajaan Ho ling (Kalingga) di Jawa Tengah, sehingga diduga keruntuhan kedua kerajaan ini adalah akibat dari adanya serangan Sri Jayanaga dari Kerajaan Sriwjaya.
Keberhasilan ekspedisi militer ini selanjutnya menjadikan Sriwijaya sebagai kekuatan yang besar, yang mampu mengendalikan jalur perdagangn yang ada di laut China Selatan, di selat Malaka, selat Karimata, selat Sunda dan laut Jawa.
Baca juga : Ditemukan Lagi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Di Bangka
Sepeninggal raja Sri Jayanaga, tokoh yang menjadi raja di Sriwijaya tidak diketahui namanya. Kronik Tiongkok dari Dinasti Sung (abad XI Masehi) hanya menyebutkan bahwa pada tahun 670-673 M dan tahun 713-741 M, Shih-li-fo-shih (Sriwijaya) telah mengirim utusan ke negeri Tiongkok. Tak ada nama raja yang disebutkannya hingga munculnya raja yang menyerupai Indra di dalam prasasti Ligor A (775 M).
Setelah inipun tidak ada catatan lagi tentang kerajaan Sriwijaya sampai kemudian muncul nama Balaputradewa sebagai raja yang berasal dari Dinasti Sailendra yang menguasai Suwarnadwipa (nama kuno pulau Sumatera) seperti yang tertulis dalam prasasti Nalanda (860 M).
- https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya
- https://historia.id/kuno/articles/raja-raja-yang-bertakhta-di-sriwijaya-Peka9
- https://www.wikiwand.com/id/Prasasti_Kedukan_Bukit
- https://nationalgeographic.grid.id/read/13278548/siddhayatra-sriwijaya?page=all
- https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Talang_Tuo
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/munas/prasasti-kota-kapur/
- https://www.dictio.id/t/apa-yang-anda-ketahui-tentang-prasasti-kota-kapur/94934
- https://www.dictio.id/t/apa-yang-anda-ketahui-tentang-prasasti-ligor/94536
- http://idsejarah.net/2019/05/isi-dari-prasasti-nalanda-yang-patut-anda-pahami.htmlÂ
*podjok pawon_sejarah_nusantara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H