Melanjutkan tulisan sebelumnya:
Artikel sebelumnya Â
Kini saya ajak para pembaca untuk mengenal lebih jauh bagian-bagian dari rumah kuno yang memang terkenal angker sejak jaman dulu. Semoga melalui gambar foto-foto yang dihadirkan bisa memberikan gambaran tentang keadaan rumah itu paska gempa bumi yang meluluh-lantakan Yogyakarta bagian selatan pada tahun 2006 yang lalu.
Untuk masuk ke rumah ini terlebih dahulu saya menemui Pak Pajarno (Pak Nono) sebagai yang diberi ijin untuk merawat rumah milik keluarga Atmosudigdo itu. Memang seperti itu aturan tata-kramanya, dan untuk menghindari hal-hal negatif yang tidak diinginkan.
Setelah mendapat ijin dan ditemani Pak Nono ini, saya baru berani masuk ke dalam rumah dan memotret mengambil gambarnya. Jadi silakan para pembaca menikmati sisa-sisa keindahan dari sebuah rumah bergaya Eropa yang dibangun oleh seorang pedagang intan dan berlian yang pernah jaya di awal abad 20 di era keemasan para raja dagang Kotagede berada di puncaknya.
Foto bersama Pak Nono di teras depan rumah mbah Digdo. Pak Nono ini tetangga saya, jadi gampang kalau mau bertemu dengannya, hehehe.
Kamar yang selalu terkunci. Kuncinya dbawa oleh pihak keluarga atau ahliwaris dari Atmosudigdo. Itu artinya kamar tersebut tak boleh dimasuki, meski bisa mengambil gambar apa yag ada di dalam kamar tersebut melalui jendela di depan rumah.
Jelas bukan, apa isi kamar yang ada di bagian depan rumah ini. Kata Pak Nono sih isi almari besi itu adalah barang-barang yang berharga dulunya, kalau sekarang? Tak ada yang tahu apa isinya.
Masuk lewat pintu depan rumah akan menjumpai ruang keluarga yang lumayan luas. Disinilah kisah horor yang dialami oleh ibunya Mbak Y yang ketakutan setengah mati gara-gara ditemani pocongan saat sedang asyik nonton TV di siang hari.
Dari ruang keluarga masuk lagi ke dalam lewat pintu model "kupu tarung" akan dilihat ada dua kamar di sisi timur dan di sisi barat. Kamar di sisi timur yang ada tempat cuci tangan (washtaffel) ini adalah kamar yang dulunya untuk tidur mas P dan mbak Y. Dan tentu saja juga berfungsi sebagai kamar  untuk 'nganu'...wkwkwkkk.
Kamar yang ada di sisi barat ini juga selalu terkunci. Jadi cara mengambil gambarnya lewat jendela kaca yag ada di pintu bagian atas. Kamar yang dulu membuat adik mbak Y ketakutan gara-gara saat bercermin ada pocongan di belakangnya.
Dua foto berikutnya adalah foto teras belakang rumah dan sisa-sisa banguna dari dapur dan kamar mandi yang hancur terkena gempa bumi tahun 2006 yang lalu.
Nah, foto yang terakhir adalah foto sumur yang sudah tak terpakai lagi. Di tempat inilah mbak Ht melihat adanya nenek yang dikira ibunya mbak Y, namun ternyata bukan. Juga di tempat ini pula menurut Pak Nono, pocong yang bernama Sumi itu tinggal. Ada yang penasaran dengan fotonya? Tunggu saja pada tulisan berikutnya , hehehe.
Dan sebagai tambahan saja, di atas bangunan sumur ini dulunya ada tempat untuk sholat yang berupa langgar. Tempat sholat semacam ini sudah lazim terdapat di rumah  para saudagar kaya  Kotagede pada masa itu. Hal yang lumrah, sebagai tempat ibadah lokasinya berada di lantai atas dan berdekatan dengan sumur.
Demikian sekedar tambahan tentang keadaan bangunan dari rumah milik keluarga Atmosudigdo yang sekarang ini.
Jk, 5 September 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Sosbud Selengkapnya