Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Tai Kucing Rasa Coklat, Lelucon dalam Lagu "Lepen"

17 Agustus 2019   13:56 Diperbarui: 17 Agustus 2019   14:05 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau cinta melekat, tai kucing rasa coklat." Frasa ini mungkin sudah tak asing lagi ditelinga orang-orang yang pernah muda dan jatuh cinta sampai mabuk kepayang. Apalagi para 'bucin', pasti akan mengamininya, wkwkwk!

Tapi siapakah orangnya yang dulu mempopulerkan frasa 'tai kucing' ini? belum tentu para juga para 'bucin' itu tahu kan? Yang mempopulerkan istilah "tai kucing rasa coklat" itu tak lain adalah (Alm) Soedjarwoto Soemarsono, yang lebih dikenal dengan nama Gombloh, seorang penyanyi dan pencipta lagu Indonesia di era 70-an dan 80-an.

Frasa "tai Kucing rasa coklat" ini terdapat dalam lirik lagu Gombloh yang judulnya "Lepen", singkatan dari kata lelucon pendek. Lirik dalam lagu ini memang jenaka dan nakal.

Lagu "Lepen" ini memang unik. Bagaimana tidak, didalam lirik lagunya,  dengan nakal dan jenakanya Gombloh mengasosiasikan orang tua yang galak dengan kata garang, dimana sebelumnya menyebut sosok yang bernama Arya Penangsang. Sosok yang di dalam cerita rakyat Jawa adalah seorang adipati dari Pajang yang kondang karena sifatnya yang pemarah dan temperamental.

Juga yang tak kalah uniknya,  Gombloh menutup lirik lagu "Lepen" ini dengan kata "bangsat". Sebuah kata umpatan yang muncul dari dalam hati sebagai bentuk perlawanan atas ketidakberdayaan seseorang dihadapan orang yang lebih berkuasa. Dan karena lagu ini disampaikan dengan nada yang jenaka maka yang muncul adalah sisi leluconnya yang justru meninggalkan soal patut tidaknya perkataan tersebut dinyanyikan.

Dah ah, mari kita nikmati saja lagu jenakanya Gombloh ini. tak perlu pusing memikirkannya ...hehehe!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun