Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyebut SBY Licik, Ganti Kivlan Disebut Jendral Kunyuk

10 Mei 2019   17:17 Diperbarui: 10 Mei 2019   17:30 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyebut SBY sebagai orang licik, Kivlan Zein mendapat berbagai tanggapan dari dari anggota Partai Demokrat. Mulai dari anggota Dewan Kehormatan Parta Demokrat Amir Syamsudin, Andi Arief dan kini yang terbaru adalah tanggapan balik dari Rachland Nashidik.

Rachlan Nashidik ini menyerang balik ucapan Kivlan Zein dengan menyebutnya sebagai "Mayjen kunyuk". Istilah ini diambilnya dari mengutip pernyataan mendiang Gus Dur.

Yang lucu,  perkataan Rachland Nashidik ini yang menanggapi kemudian malah Eggi Sudjana. Menurut Eggi, tidak sepantasnyalah Kivlan diserang dengan perkataan sebagai Jenderal kunyuk. Serangan perkataan ini dipandangnya sebagai menyerang sosok personal, tak ilmiah dan inteletual.

Apapun itu alasannya, rupanya Eggi lupa atau tak mau melihat fakta bahwa yang memulai menyerang SBY secara personal justru Kivlan sendiri dengan mengatakannya sebagai orang licik.

Menyerang personal SBY sebagai orang licik seperti yang dilakukan oleh Kivlan Zein adalah tindakan yang sangat tak terpuji. Bagaimanapun juga SBY itu adalah purnawirawan Jendral Berbintang empat yang berasal dari TNI sama seperti halnya Kivlan sendiri. Selain itu SBY adalah mantan Presiden RI selama dua periode pula.

Dimana rasa hormat yang dimiliki oleh seorang purnawirawan Jendral berbintang dua yang bernama Kivlan Zein ini terhadap seorang purnawirawan Jendral yang pangkatnya berada diatasnya dan juga terhadap seorang mantan presidennya. Dimana etika ketentaraannya?

Rupanya sikap dan pernyataan terhadap hasil pemilu 2019 ini mampu mendorong orang-orang untuk berbuat yang tak semestinya yang hanya didasarkan pada emosi belaka dan tanpa memperhitungkan norma dan nalarnya. Lebih dari itu malah melawan tatanan hukum yang berlaku di negara ini.

podjok pawon, Mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun