Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Indahnya Pemandangan di Air Terjun dan Kedung Srengenge

13 Februari 2019   07:13 Diperbarui: 13 Februari 2019   07:23 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://travelingyuk.com/air-terjun-di-jepara/75690/

Air Terjun Kedung Srengenge, begitulan namanya. Sebuah air terjun dan kedung dihulu sungai Patahan yang berada tak jauh dari air terjun Glagah Sewu di lereng timur pegunungan Ketanggunan.

Tempatnya sungguh asri, alamnya masih belum tercampuri tangan-tangan jahil manusia. Karena tempatnya terpencil, dan susah dijangkau maka yang datang untuk camping arau sekedar hicking biasanya adalah para pecinta alam.

Air terjun dan  Kedung Srengenge ini dijaga oleh seorang petugas yang bernama Bapak Sarijo. Seorang relawan dan tenaga honorer dari Kabupaten Medayen. Orangnya tegas, namun tidak tinggi hati, murah senyum dan bersahabat dengan siapa saja, sebagaimana mestinya seorang  lelaki berbintang Virgo.

Dalam menjalankan tugasnya, Pak Sarijo ini dibantu oleh beberapa orang relawan yang merupakan  pemuda-pemuda desa terdekat. Mereka mendirikan  gardu yang sederhana diatas tebing yang juga berfungsi sebagai loket untuk masuk lokasi, serta tempat menitipkan kendaraan para pengunjung.

Pada suatu hari, ada tiga orang gadis cantik dari ibu-kota yang datang berkunjung ke Kedung Srengenge, yaitu Nastiti, Mintarsih dan Wuryani. Ketiganya ingin melihat menikmati keindahan alam di Kedung Srengenge. Ketiganya  menemui Pak Sarijo sebagai pengawas di daerah itu.

Pak Sarijo memberitahu ketiga gadis itu untuk tidak sembrono dan berhati-hati. Tidak lupa mengingatkan pula  untuk tidak masuk ke air, apalagi berenang di kedung, meskipun tidak berbahaya, namun situasi sungai yang kadang tidak bisa diprediksi keadaannya, bisa membawa celaka.

Setelah menerima nasihat dan peringatan itu, ketiga gadis itu lalu berjalan menuruni tebing menuju ke lokasi keding dan air terjun. Wuryani, gadis yang paling bersemangat berjalan di muka dengan wajah yang ceria. Disusul Mintarsih yang juga tak kalah cerianya, malah sambil bernyanyi-nyanyi. Hanya Nastiti saja yang kalem, yang hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala menyaksikan kelakuan kedua sahabatnya.

Sesampai di air terjun dan kedung, mereka bertiga kemudian duduk di pinggir sungai menikmati indahnya pemandangan alam di sekitarnya. Air sungai yang jernih mengalir menuju kedung benar-benar memukau padangan mereka. Di dasar sungai, beberapa ikan tampak bebas berenang hilir mudik.

Dari tempat mereka mengaso, pemandangan di kedung Srengenge benar-benar tampak indah dan menawan. Pantulan cahaya dari air yang jernih yang melewatinya benar-benar merupakan penampakan alami yang sukar dilukiskan. Tidak salah, dan memang seperti itulah pemandangan yang masih alamiah di daerah pegunungan.

Mintarsin yang melihat kejernihan air sungai menjadi tergoda untuk masuk ke air dan berenang. Dengan mengamati sekitar, untuk memastikan tidak ada orang lain selain mereka bertiga. Setelah merasa aman,  Mintarsih lalu melepas semua pakaiannya, hngga hanya mengenakan pakaian dalam. Wuryani pun ikut-ikutan mencopot semua pakaiannya. Nastiti yang mengomel melarang pun tampaknya  tidak mereka pedulikan. Malah mereka berdua menyuruh Nastiti untuk berjaga-jaga jika ada yang datang, jika ada orang atau sesuatu yang membahayakan.

Namun, tanpa sepengetahuan mereka bertiga, sepasang mata di balik rerumputan yang tinggi di belakang pohon Gayam yang besar, sudah mengawasi mereka sejak ketiganya tiba di air terjun.  Orang yang sedang mengawasi itu tak lain adalah Pak Sarijo.

Melihat ada yang masuk ke air dan sepertinya akan berenang membuat Pak Sarijo mendatangi mereka bertiga. Alangkah terkejutnya Mintarsih dan Wuryani yang menyaksikan kedatangannya. Dengan uring-uringan, wuryani pun mengomel, "Bapak ini apa-apasih sih? Mengintip orang yang lagi main air ya? Bapak sengaja ya melihat tubuh kami yang hanya berpakaian seperti ini?" Ucap Wuryani  uring-uringan.

Dengan wajah tak berdosa, Pak Sarijo pun membalas ucapak Wuryani," Nak, bukankah tadi bapak sudah bilang jangan masuk ke air apalagi berenang. Baca itu tanda larangan bermain di air dan berenang."

"Bapak ini pasti sengaja kan, membiarkan kami melepas pakaian dan bermain air supaya bapak bisa mengintip melihat tubuh kami?" Giliran Mintarsih yang tak kalah sewotnya.

"Woalahhh nak-nak, sekali lagi baca itu tanda larangannya. Yang dilarang disini itu bermain di air dan berenang, bukan  orang melepas pakaian. Orang yang mau bugil pun tidak dilarang koq!" Sudahlah,  ayo cepat keluar dari air dan berpakaian, atau aku bunyikan peluit ini dan anak-anak yang berada di atas berlari kesini! Kali ini pak Sarijo berbicara dengan tegas, dan bersikap seolah-olah akan membunyikan peluit.

Dengan menggerutu, Mintarsih dan Wuryani lalu naik dan memakai pakaian mereka yang tadi dititipkan pada Nastiti. Ketiganya lalu berjalan menaiki tebing menuju ke gardu pos yang berada di atas untuk segera pulang.

podjok pawon, Febuari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun