Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kopdar Dadakan: MJK, Bain dan Jati

13 September 2016   14:51 Diperbarui: 13 September 2016   15:06 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Senin, tanggal 12 September 2016, sekitar pukul delapan malam, hp Mas Jati berdering. Rupanya ada telephone dari Pak Joko MJK, yang ternyata saat telephone masih ada di Yogyakarta.

“Mas Jati, kita ketemuan dimana? Saya sekarang ada di Banteng, jalan Kaliurang. Mas Jati yang datang atau saya yang ke rumah Mas Jati?” ucap Pak Joko MJK lewat telephone.

 Dengan berbagai pertimbangan,  Pak Joko MJK dan Mas Jati kemudian sepakat untuk bertemu di kediaman Mas Jati yang ada di Kotagede. Berangkatlah Pak Joko dengan mobil dari jalan Kaliurang menuju ke Kotagede,

Berhubung rumah Mas Jati itu berada di dalam kampung dan mobil tidak bisa sampai di halamannya, maka Mas Jati menunggu kedatangan Pak Joko di jalan Mondorakan. Tepatnya menunggu di depan Balai Desa Jagalan yang letaknya sekitar 200 meter ke timur dari jembatan Tegalgendu.

Tak lama kemudian, dari arah jembatan Tegalgendu, ada sebuah mobil warna silver yang bergerak perlahan menuju ke area parkir yang ada di depan Balai Desa jagalan. Mas Jati yang sudah menunggu beberapa saat lalu berjalan mendekati mobil itu. Dugaan Mas jati tak meleset, di samping pengemudi mobil itu ternyata Pak Joko MJK.

Setelah mobil yang dikendarai Pak Joko diparkirkan di halaman balai desa, baik Mas Jati maupun Pak Joko langsung bersalaman dengan erat. Akhirnya rencana untuk kopi darat dua kompasianer yang sudah tiga kali direncanakan dan tak berhasil itu bisa terlaksana setelah ada kontak yang keempat lainya ini. Tak lupa juga Mas Jati bersalaman dengan Mas Adi, yang menyetir mobil.

Dengan sepeda motor yang memang sudah disiapkan, Pak Joko akhirnya membonceng Mas Jati menuju ke ndalem “podjok pawon”, yang jaraknya sekitar 300 meter dari kantor Balai Desa Jagalan. Entah bagaimana, saat di tengah perjalanan, terbersit ide untuk  menemui Kang Bain Saptaman, kompasianer yang terkenal dengan sepeda “onthel”-nya.

Lagi-lagi sebuah kesepakatan bersama muncul, dan langsung direalisasikan. Setelah sampai dan melihat rumah Mas Jati, tentu saja juga menjenguk si Pesek dengan anaknya, keduanya pamitan kepada isterinya Mas Jati, kalau akan langsung menuju ke rumahnya Kang Bain Saptaman.

Dengan berjalan kaki menuju ke halaman balai desa, Mas Jati dan Pak Joko lalu berangkat menuju ke rumah Kang Bain Saptaman yang jaraknya sekitar 3 Km. Tidak susah untuk menemukan rumahnya  karena  Mas Jati ini dulunya pernah tinggal dan bertetangga dengan Kang Bain di Demblaksari, sebuah kampung yang ada di belakang Musium Wayang Kekayon, Jalan Wonosari.

Sesampainya di dekat rumah Kang Bain, mobil terpaksa diparkir agak menjauh karena akses jalan yang menuju ke rumahnya terhalang bahan material yang dipergunakan untuk membangun masjid yang letaknya tepat di sisi timur rumah. Dengan jalan kaki, Mas Jati dan Pak Joko MJK akhirnya sampai di depan rumah Kang Bain. Sementara Mas Adi tinggal istirahat di mobil.

Langsung saja pintu diketuk, dan yang membukakan pintu tak menyangka kalau malam itu akan kedatangan dua kompasianer dari Kotagede dan dari Bengkalis Riau sekaligus. Salam dan sambutan yang hangat dari empunya rumah serta tawa riang yang membuat pertemuan 3 kompasianer malam itu benar-benar menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun