Untuk urusan hal-hal yang menyangkut seks, rupanya di dalam masyarakat sendiri , dimana saya tinggal, sudah ada kesepakatan dalam menyebutkan sesuatu yang berhubungan dengan perkelaminan dengan nama yang berbeda dengan nama asli organ kelamin manusia. Nama-nama organ kelamin manusia itu disebut dengan menganalogikannya kepada benda atau mahluk lainnya. Saya ambil contoh saja misalnya pada kalimat-kalimat berikut ini.
“Ono wong edan ra kathokan, manuk’e ketok gondal-gandul”
(Ada orang gila tak bercelana, alat kelaminnya kelihatan bergoyang-goyang)
“Nonton koyo ngono wae koq yo lemper’e mbrenjul”
(Melihat hal seperti itu saja koq ya alat kelaminnya tegang)
Pada contoh kalimat yang pertama, dapat dilihat bahwa Mr P atau alat kelamin laki-laki itu disebut dengan nama “manuk” atau burung. Sedangkan pada contoh kalimat yang kedua, Mr P itu disebut dengan nama lemper.
Burung adalah salah satu jenis hewan bersayap yang dapat terbang. Lemper adalah salah satu jenis makanan tradisonal di Jawa yang dibuat dari beras ketan yang didalamnya berisi daging ayam yang dicincang dengan halus.
Jika Mr P ada yang menyebut dengan nama seperti itu, apakah Miss V juga ada penyebutan lainnnya. Tentu saja ada. Miss V sering kali disebut dengan nama “tempe gembus” atau juga “ tempe garit”.
Akan tetapi, bagaimana penjelasannya tentang asal mula penyebutan nama-nama kelamin tersebut, terus terang saja saya sendiri malah belum tahu jawabannya. Adakah diantara pembaca yang mengetahuinya? Jika ada kiranya berkenan dibagikan ke kita-kita ya … hehehe.
podjok pawon, November 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H