Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-96 yang dilaksanakan pada hari Senin, 28 Oktober 2024 yang lalu secara langsung mengajak para pemuda-pemudi untuk turut aktif dalam membentuk negara kita, Republik Indonesia. Melalui nilai tema yang diangkat pada tahun ini yakni "Maju Bersama Indonesia Raya", mengandung pesan yang pekat terkait kerja sama (sinergi) dan kolaborasi antara rakyat Indonesia, dimana para pemuda perlu juga diberi kesempatan untuk ikut serta dalam kerja sama dan kolaborasi tersebut.
Sumpah pemuda sendiri dirumuskan dan diikrarkan oleh pemuda-pemuda pada Kongres Pemuda Kedua yang menjadi pernyataan bahwa kebangsaan pemuda-pemudi dari berbagai latar belakang daerah, suku, dan agama, menyatukan keyakinan mereka bahwa tumpah darah, bangsa dan bahasa persatuan ialah kesatuan, yakni Indonesia, Negara Republik yang satu (NKRI).
Pemuda saat ini memiliki peran penting karena pemuda saat ini yang ke depanya akan melanjutkan perkembangan dan membimbing generasi pemuda Indonesia berikutnya. Beberapa laporan seperti salah satunya berdasarkan laporan UNDP 2022, mengatakan bahwa organisasi-organisasi yang terdapat kontribusi aktif dari orang-orang muda cenderung lebih efektif dalam menanggapi isu-isu terbaru, karena memang dunia mulai dipenuhi oleh generasi baru. Tentu pemuda generasi sekarang ini dapat lebih memahami pemikiran generasinya dan generasi-generasi di sekitarnya. Diperlukan pemikiran terbuka, diskusi antar golongan supaya dapat saling mengerti. Melihat hal tersebut, saya merasa diperlukannya pemberian kesempatan bagi pemuda Indonesia saat ini untuk ikut aktif mengembangkan negara Republik Indonesia.
Melalui mimpi dan semangat, dapat dikembangkan menjadi hasil jika diupayakan dan diterima.
Namun, menjadi keprihatinan bahwa seringkali masih ada kasus-kasus yang tidak mencerminkan pesan kebersamaan yang ada dalam Sumpah Pemuda sendiri.
Pada dasarnya, masalah atas kasus-kasus yang kerap kali terjadi itu terletak pada kurangnya kesadaran dan kepedulian dari masing-masing individu, seperti; Â kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan, kurangnya kesadaran penempatan diri, kurangnya kesadaran diri sendiri, bahkan kesadaran bahwa ini adalah "kehidupan". Kapan kesadaran itu dapat tumbuh ? Ya, pada saatnya memang akan muncul sendiri kesadaran itu, namun apakah kita harus menunggu ?
Benih kesadaran itu dapat disemai sejak dini dengan pendampingan oleh orang tua. Maka perlu juga untuk memberi wawasan kepada para orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Seringkali pendapat golongan muda tidak didengar oleh golongan tua, yang bagi saya salah satu penyebabnya ialah sikap para generasi muda yang buruk sehingga membuat sebagian golongan muda dipandang sebelah mata, seperti anak kemarin sore saja.
Maka sekali lagi, kita para generasi muda perlu menunjukkan hal luar biasa yang kita mampu, yang pertama-tama tentu dimulai dari cara kita menyikapi suatu peristiwa, masalah yang ada.
Masalah memang tidak bisa dihindari, justru dengan masalah-lah kita dapat berkembang dan memperbaiki diri kita menjadi lebih baik. Untuk itu saya mengajak bagi kita generasi muda untuk bukan hanya bermimpi tapi juga mewujudka mimpi tersebut. Bagimana caranya ? Belajar dari apapun dan dimanapun dengan pemilahan informasi yang baik juga, tentu untuk mengembangkan negara kita, yang beberapa orang menggunakan istilah "bobrok".. mari kita ubah, mulai dari diri sendiri.
"Yen dudu saiki kapan meneh ? Yen dudu kita sapa meneh ?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H