Kebijakan Kementrian Perikanan dan Kelautan untuk membangun 9 pabrik rumput laut tahun ini patut diapresiasi sebagai langkah untuk meningkatkan nilai tambah rumput laut Indonesia. Selain itu, adanya 9 pabrik baru diharapkan bisa meningkatkan serapan bahan baku rumput laut kering yang diperkirakan hanya sekitar 30% dari total produksi rumput laut Indonesia.
Melihat perkembangan industri rumput laut terutama rumput laut cottonii, langkah yang diambil KKP sangat tepat karena bisa memberikan manfaat dan nilai tambah. Namun demikian, pengalaman dilapangan hendaknya bisa menjadi kajian sebelum melangkah lebih jauh.
Membangun pabrik rumput laut adalah pekerjaan mudah ketika modal dan sumber daya tersedia. Kendala yang dihadapi, biasanya terkait dengan kompetensi pengelola dan mendapatkan pembeli atau pasar. Dalam hal ini, kajian yang komprehensif sangat diperlukan sebelum membangun pabrik agar bisa berkembang dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin keras.
Ada beberapa pabrik rumput laut yang dibangun Pemerintah Daerah, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Perindustrian dan Koperasi tidak berkembang dan berhenti beroperasi. Berdasarkan pengalaman ke daerah penghasil cottonii dan melihat langsung kondisi lokasi pabrik rumput laut, ada kecenderungan pembangunan pabrik tidak didahului dengan kajian dan analisa data yang tepat dan akurat.
Permasalahan utamanya sangat jelas, pembangunan pabrik masih berbasis proyek Pemerintah, tidak terlihat visi dan misi yang jelas ketika pabrik dibangun dan beroperasi. Beberapa hal yang sering menjadi masalah diantaranya studi kelayakan pabrik dan pemilihan lokasi tidak dilakukan dengan benar. Aspek sumber daya alam dan manusia seringkali tidak diperhitungkan, terutama terkait dengan ketersediaan sumber bahan baku, air dan kompetensi pengelola pabrik.
Setelah pabrik berdiri, air bersih yang dibutuhkan untuk proses pengolahan tidak cukup tersedia, pasokan bahan baku tidak tersedia sepanjang waktu, sumber daya manusia tidak disiapkan karena tidak ada pelatihan serta transfer teknologi dalam mengoperasikan pabrik rumput laut. Hasilnya, pabrik Alkali Treated Chip di beberapa lokasi seperti Bulukumba, Janeponto, Takalar, Gorontalo, Madura, Bali dan Saumlaki tidak berjalan dengan baik dan berhenti sebelum setahun beroperasi.
Apakah kondisi tersebut akan terulang lagi? Tentunya hal tersebut jangan sampai terulang kembali. Pemangku kepentingan yang menginginkan industri rumput laut berkembang lebih baik sangat dibutuhkan pemikiran dan ide kreatif inovatifnya. Kebijakan industrialisasi rumput laut ada baiknya berkaca dari kakao, dimana sampai saat ini pabrik atau pengolah kakao didominasi perusahaan asing karena sumber daya manusia yang mengoperasikan pabrik lokal kalah bersaing. Transfer teknologi serta kerjasama dengan investor asing dan pabrik lokal tidak terjadi. Pabrik lokal juga tidak mempunyai jaringan pasar yang kuat.
Industri rumput laut, sebaiknya mempersiapkan sumber daya manusia yang akan mengelola pabrik dengan tahapan proses pendidikan dan ketrampilan berjenjang. Politeknik dan Sekolah Tinggi Perikanan diberikan kesempatan mengembangkan Program Studi tentang Rekayasa Proses Pengolahan Rumput Laut. Internship atau kesempatan magang di pabrik rumput laut yang berkelas dunia dibuka lebar sehingga mereka bisa menjadi tenaga trampil dan profesional yang akan mengelola pabrik rumput laut yang dibangun di berbagai daerah.
Transfer teknologi pabrik rumput laut kelas dunia ke pabrik lokal atau yang baru didirikan bisa dilakukan dengan menggandeng pembeli dari luar dengan joint venture atau kerjasama jangka panjang. Pemerintah menjamin iklim investasi yang kondusif dan keringanan pajak sehingga menarik investor asing untuk menanamkan modal dan bekerja sama dengan pabrik lokal atau yang akan didirikan. Jaminan Pemerintah akan keringanan pajak dan Perijinan Investasi atau Ijin Usaha yang lebih cepat dan transparan akan menumbuhkan industri rumput laut yang kompetitif.
Setelah pabrik beroperasi lima tahun, Pemerintah akan mendapatkan imbal balik pajak pendapatan, peningkatan devisa negara dari ekspor produk olahan rumput laut, terbukanya lowongan kerja, peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar pabrik dan petani rumput laut. Multiplyer efek akan terjadi dengan sendirinya ketika struktur industri kuat dan mampu bersinergi dengan pemimpin pasar melalui joint venture dan transfer teknologi sejak awal membangun pabrik rumput laut.
Bagaimana dengan proses pembangunan 9 pabrik rumput laut yang akan dibangun tahun ini? Strategi joint venture dan transfer teknologi dengan pembeli dari luar bisa menjadi salah satu solusi jika pabrik rumput laut tersebut ingin didirikan dan beroperasi tahun ini. Melihat posisi industri rumput laut Indonesia yang baru berkembang, kedua strategi tersebut bisa menjadi alternatif solusi sehingga tidak lagi terjadi pabrik rumput laut berhenti beroperasi karena tidak ada yang mau membeli produknya.
Memulai bisnis baru dengan memastikan ada yang mau membeli produk dan jasa yang akan dihasilkan tentunya akan lebih mudah daripada mencari pembeli dan pasar ketika bisnis baru berjalan. Semoga 9 pabrik rumput laut yang akan dibangun di Indonesia bisa berkembang dengan bekerjasama dengan investor yang sekaligus mau membeli produknya. Tentunya produk yang dihasilkan seperti ATC, SRC dan Carrageenan harus memenuhi standar kualitas serta kompetitif harganya di pasar dunia sehingga pabrik yang dibangun bisa berkembang dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H