Mohon tunggu...
Boedi Julianto
Boedi Julianto Mohon Tunggu... wiraswasta -

Networker who like sharing and connecting to the people in Social Media. Penikmat sepak bola yang menjadi penjaga gawang di situs www.seaplant.net dan www.jasuda.net

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jamkesmas Bikin Gemas

14 Juli 2011   14:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:40 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah hampir sebulan ini, Sarnawiyah-teman saya menunggu operasi tumor yang telah bersarang  di tubuhnya. Sebulan bukan waktu yang lama dibandingkan dengan penderitaannya menahan sakit. Setahun yang lalu, dia telah melakukan operasi di Kendari. Syukur ada Jamkesmas sehingga dia tidak keluar biaya pemeriksaan, operasi dan pengobatan. Sayang tumornya tumbuh lagi dan dokter ahli di Kendari tak mampu (mau) lagi menanganinya dengan dalih peralatan dan fasilitas rumah sakit di Kendari tidak lengkap. Solusinya harus melakukan pemeriksaan dan operasi di rumah sakit yang lebih baik. Dokter ahli, akhirnya menguluarkan surat sakti berupa surat rujukan untuk melakukan pemeriksaan, operasi dan pengobatan ke Makassar.

Sebagai pemegang kartu Jamkesmas yang tinggal di pulau kecil Saponda, Sarnawiyah tidak patah semangat untuk menyembuhkan penyakitnya. Andoyo, suaminya sangat mendukung ikhtiar untuk kesembuhan isterinya. Sebagai nelayan pencari ikan, satu-satunya aset berharga berupa perahu motor tempel yang setiap hari dipakai untuk mencari ikan tak bisa dipertahankan dan rela dikorbankan untuk biaya perjalanan ke Makassar.

Sampai di Makassar, Sarnawiyah dan Andoyo yang tidak mempunyai saudara akhirnya menumpang di rumah temannya yang tinggal di Makassar. Sehari setelah kedatangan, mereka langsung mengurus Jamkesmas di rumah sakit Wahidin yang menjadi rujukan dari dokter ahli Kendari. Semua persyaratan mulai dari kartu Jamkesmas, KTP, fotocopy Kartu Keluarga (KK) dan surat rujukan dari dokter ahli ditunjukkan pada petugas administrasi. Satu syarat belum terpenuhi, KK asli belum bisa ditunjukkan. Andoyo dan Sarnawiyah tidak mengerti karena di Kendari tidak perlu KK asli sudah bisa mendapatkan pelayanan. Mengapa di Makassar berbeda?

Syukur, petugas administrasi berbaik hati sehingga Sarnawiyah langsung di periksa dan mendapat pelayanan setelah bernegosiasi dan berjanji untuk menunjukkan KK asli yang akan dikirim dari Kendari ke Makassar. Pelayanan rumah sakit di Makassar lebih bagus dan cepat dari pada di Kendari.  Semua pemeriksaan minggu pertama dijalani dengan lancar. Namun ketika opsi operasi untuk angkat kandungan ditawarkan sebagai salah satu solusi penyembuhan penyakitnya, Sarnawiyah dan Andoyo minta waktu. Sebagai pasangan suami isteri yang belum punya anak, opsi angkat kandungan menjadi dilema bagi mereka.

Setelah berpikir dua hari, akhirnya mereka mengambil keputusan operasi untuk membersihkan tumor saja tanpa angkat kandungan. Mereka siap menerima resiko apa saja dan Sarnawiyah siap operasi serta berharap sepuluh hari lagi paska operasi sudah kembali ke Kendari. Akan tetapi, ternyata proses operasi tidak semudah yang mereka bayangkan. Andoyo dan Sarnawiyah harus menunggu dua minggu lagi. Ada pemeriksaan ulang test darah, rontgen (scanning kepala), test jenis tumor apakah termasuk tumor ganas atau tidak. Jenis test yang terakhir ini tidak bisa dilakukan di rumah sakit. Dokter ahli yang menangani berbeda dari sebelumnya dan mereka mendapat rujukan pemeriksaan ke Prodia serta bayar sendiri sekitar Rp 200.000.

Setelah test jenis tumor dari Prodia dan memberikan hasil testnya ke Wahidin, tetap saja masih belum jelas kapan waktu operasinya. Pemeriksaan yang sama  seperti minggu yang lalu dilakukan kembali. Andoyo sudah tak sabar karena tidak ada kejelasan kapan jadwal operasinya. Selain itu, isterinya juga sudah mengalami rasa sakit dan tak tahan lagi dengan rasa nyeri akibat penyakitnya. Bisa jadi masa menunggu operasi dan test darah yang berulang  tanpa ada kepastian jadwal operasi menambah sakit perasaannya.

Atas saran dari seorang teman, Sarnawiyah dibawa ke UGD agar mendapatkan perawatan langsung. Paling tidak mengurangi rasa sakitnya. Dua orang teman, menemani Andoyo dan Sarnawiyah ke UGD. Pengalaman pahit kembali menimpanya. Selepas Isya, Sarnawiyah diperiksa di UGD. Tidak ada tindakan dokter untuk mengurangi rasa sakitnya, apalagi segera melakukan tindakan operasi.

Seperti penanganan sebelumnya, pasien Jamkesmas tidak mendapatkan apa yang menjadi haknya. Malam itu, pasangan suami isteri yang sudah hampir dua bulan menunggu operasi dibuat cemas dan gemas oleh Jamkesmas. Entah sampai kapan mereka harus menunggu operasi jika jadwal operasi saja masih belum ada kepastian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun