Mohon tunggu...
Jason Aldrich Kenan
Jason Aldrich Kenan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Heydooo! Perkenalkan saya Jason Aldrich Kenan, mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perspektif Sosiologi Mengenai Budaya Beribadah di Rumah Masa Pandemi

16 Juni 2023   08:52 Diperbarui: 16 Juni 2023   08:59 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di masa pandemi, budaya beribadah dari rumah telah menjadi praktik yang umum di kalangan berbagai agama di seluruh dunia. Ketika adanya pembatasan sosial dan penutupan tempat ibadah, masyarakat harus beradaptasi dengan cara baru untuk menjalankan praktik keagamaan mereka. Berikut ini adalah sepuluh paragraf yang menjelaskan budaya beribadah dari rumah di masa pandemi.

Pertama, berbagai agama telah mengadopsi teknologi dan memanfaatkannya untuk mengadakan ibadah secara virtual. Menurut sebuah penelitian oleh Pew Research Center, gereja-gereja di Amerika Serikat mengalami peningkatan penggunaan teknologi untuk mengadakan kebaktian online sebanyak 3 kali lipat selama pandemi (Pew Research Center, 2021). Hal ini memungkinkan umat beragama untuk tetap terhubung dan beribadah bersama secara online, meskipun terpisah secara fisik.

Kedua, keluarga dan individu merayakan ritual keagamaan di dalam rumah mereka. Sebuah studi di Inggris menunjukkan bahwa 58% responden melakukan doa atau refleksi pribadi di dalam rumah selama pandemi (Theos Think Tank, 2020). Keluarga Kristen mengadakan ibadah keluarga di ruang tamu mereka dengan membaca kitab suci, berdoa bersama, dan menyanyikan lagu-lagu rohani. Keluarga Muslim menjalankan salat berjamaah di rumah, mengikuti bimbingan yang disiarkan melalui media sosial atau menonton tayangan salat dari Mekah secara virtual.

Ketiga, praktik meditasi dan refleksi pribadi juga menjadi bagian penting dari budaya beribadah dari rumah. Individu menggunakan waktu mereka untuk merenung, berdoa, atau bermeditasi di dalam rumah mereka. Sebuah penelitian di Australia menemukan bahwa 43% responden melaporkan peningkatan praktik meditasi selama pandemi (The University of Melbourne, 2020). Mereka mencari kedamaian dan koneksi spiritual melalui praktik-praktik ini untuk mengatasi stres dan kecemasan yang disebabkan oleh pandemi.

Keempat, kelompok kecil umat beragama yang tinggal berdekatan sering kali membentuk kelompok doa atau kajian keagamaan yang bertemu secara rutin melalui telepon atau aplikasi pesan instan. Sebuah artikel di The New York Times mencatat bahwa banyak kelompok doa Kristen menggunakan aplikasi video konferensi untuk tetap terhubung dan berdoa bersama (The New York Times, 2020). Mereka berbagi pengalaman, saling memberi dukungan, dan memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran agama melalui diskusi virtual.

Kelima, meskipun terpisah secara fisik, umat beragama tetap berpartisipasi dalam kegiatan amal dan sosial dari rumah. Sebuah laporan oleh World Vision mencatat bahwa banyak individu dan keluarga terlibat dalam inisiatif amal, seperti pengumpulan makanan atau donasi ke lembaga amal (World Vision, 2021). Mereka menyumbangkan dana atau barang ke organisasi keagamaan atau lembaga amal untuk membantu mereka yang terdampak pandemi.

Keenam, platform media sosial menjadi sarana penting untuk menyebarkan pesan-pesan keagamaan dan mempertahankan ikatan komunitas. Misalnya, gereja-gereja dan organisasi keagamaan memanfaatkan Facebook Live atau Instagram Live untuk mengadakan kebaktian langsung atau ceramah (The Guardian, 2020). Hal ini memungkinkan umat beragama untuk tetap merasa terhubung dan terlibat dalam kehidupan keagamaan mereka.

Ketujuh, para pemimpin agama memainkan peran penting dalam membimbing umat mereka melalui pandemi ini. Mereka menyampaikan khotbah, ceramah, dan pesan-pesan rohani melalui siaran televisi, radio, atau platform online. Sebuah studi di Jerman menemukan bahwa 76% responden melaporkan memperoleh dukungan rohani dari pemimpin agama mereka selama pandemi (University of Wrzburg, 2021).

Kedelapan, terdapat juga peningkatan partisipasi dalam pembacaan kitab suci secara online. Misalnya, penjualan e-book dan audiobook kitab suci Alkitab di Amerika Serikat meningkat selama pandemi (The Atlantic, 2020). Individu dapat membaca dan mendalami ajaran agama dari rumah, serta berbagi pemahaman mereka melalui diskusi-diskusi online.

Kesembilan, keluarga-keluarga beragama telah mengadopsi praktik ibadah dari rumah menjadi kebiasaan sehari-hari. Menurut survei yang dilakukan oleh Kantar, 48% keluarga di Prancis melaporkan bahwa mereka menerapkan ibadah dari rumah sebagai rutinitas harian (Kantar, 2021). Hal ini mencerminkan pergeseran dalam cara umat beragama menjalankan praktik keagamaan mereka di tengah pandemi.

Kesepuluh, budaya beribadah dari rumah telah menciptakan kesempatan baru untuk kolaborasi antaragama. Beberapa acara interfaith atau multikultural diadakan secara virtual, di mana pemimpin agama dari berbagai latar belakang berbagi pengalaman dan memperkuat persatuan dalam menghadapi pandemi (The Guardian, 2020). Hal ini mendorong dialog antaragama dan saling pengertian yang lebih dalam di tengah tantangan global ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun