Mohon tunggu...
jason kamadjaja
jason kamadjaja Mohon Tunggu... Aktor - manusia biasa

semua orang berhak bahagia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melampaui Batas, Siswa Sma Kolese Kanisius dan Pesantren Modern Daarul Uluum

19 November 2024   08:18 Diperbarui: 19 November 2024   08:45 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pesantren bukan sekadar tempat belajar agama; ini adalah komunitas yang mendidik generasi muda untuk menjadi individu berintegritas dan berkarakter. Para santri tidak hanya belajar membaca Al-Quran, tetapi juga mempelajari ilmu pengetahuan umum, keterampilan hidup, dan nilai-nilai universal seperti kerja keras dan kejujuran. Sebagai siswa Kolese Kanisius, kami menyadari bahwa nilai-nilai ini sejalan dengan apa yang kami pelajari di sekolah kami.

Salah seorang santri bernama Ahmad berkata, "Kami di sini bukan hanya belajar tentang agama, tetapi juga tentang bagaimana menjadi manusia yang berguna untuk orang lain." Kalimat ini menggambarkan bahwa esensi pendidikan di pesantren tidak jauh berbeda dengan apa yang kami yakini: pendidikan adalah untuk membentuk manusia seutuhnya, bukan hanya untuk meraih kesuksesan akademis semata.

Rujukan: Inspirasi dari Pengalaman

Kunjungan ke Pesantren Modern Daarul Uluum mengingatkan saya pada kata-kata Mahatma Gandhi, "Agama yang berbeda adalah bunga yang berbeda dalam taman yang sama, semuanya indah dan masing-masing suci." Di tengah perbedaan, kami menemukan persamaan dalam nilai-nilai kemanusiaan.

Pengalaman ini juga relevan dengan semangat pendidikan pluralisme di Indonesia. Dalam laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, disebutkan bahwa program pertukaran budaya seperti ini terbukti dapat memperkuat pemahaman lintas agama dan meningkatkan toleransi. Dengan kunjungan ini, kami menjadi saksi hidup bagaimana toleransi tidak hanya bisa diajarkan di ruang kelas, tetapi juga dipraktikkan melalui pengalaman langsung.

Selain itu, pengalaman ini juga mengingatkan saya pada filosofi "Bhineka Tunggal Ika" yang menjadi dasar keberagaman di Indonesia. Di pesantren ini, kami merasakan betul bagaimana perbedaan agama dan budaya justru menjadi peluang untuk saling belajar dan memperkaya diri.

Kesimpulan: Sebuah Pelajaran yang Tak Ternilai

Hari-hari di pesantren berakhir terlalu cepat. Ketika kami berpamitan, ada rasa haru yang mendalam. Kami membawa pulang lebih dari sekadar pengalaman; kami membawa pelajaran tentang arti menghargai perbedaan dan pentingnya keterbukaan hati.

Kunjungan ini mengajarkan bahwa dunia tidak hanya terdiri dari satu sudut pandang. Dengan membuka diri untuk belajar dari yang berbeda, kita bisa memperkaya diri sekaligus mempererat persaudaraan antarumat manusia. Seperti yang pernah dikatakan oleh Bunda Teresa, "Kita mungkin tidak bisa melakukan hal-hal besar, tetapi kita bisa melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar."

Kehangatan dan pelajaran dari Pesantren Modern Daarul Uluum akan selalu menjadi bagian dari perjalanan hidup kami. Kami yakin, apa yang kami pelajari di sini akan menjadi bekal untuk membangun masyarakat yang lebih toleran, harmonis, dan penuh cinta kasih di masa depan. Dan siapa tahu, mungkin suatu hari kami akan kembali, tidak hanya sebagai tamu, tetapi sebagai sahabat sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun