Dalam persoalan kilauan, seringkali, kita mengikuti petunjuk yang salah. Daya tarik utamanya adalah gemerlapan—dan dalam satu kata itu sendiri segala hal yang patut dibenci! Kerlap-kerlip dari cahaya bergerak memang memuasakan—untuk anak-anak dan orang-orang bodoh—tapi sebagai penghias dari suatu ruangan mereka harus sebisa mungkin untuk dihindari. Bahkan, sebenarnya, cahaya terang stabil pun tidak cukup layak. Lampu gantung besar dan tiada maka, berhiasan bentuk berlian, bersumberkan gas, dan tanpa layar, yang bergoyang-goyang setiap malam di ruang tamu indah kita, dapat kita anggap sebagai contoh dari selera palsu, dari sekian banyaknya kesalahan tolol.
Obsesi pada germerlapan—karena konsep tersebut, sebagaimana yang telah saya amati, melembur pada keagungan abstrak—juga telah berakibat pada penggunaan cermin yang berlebihan. Kita mencoba untuk meniru piring-piring Britania, dan kemudian mengkhayal kita telah melakukan hal yang sama hebatnya.  Sekarang sedikit usaha untuk berpikir akan cukup untuk meyakinkan siapapun yang punya mata, dengan dampak merusak dari cermin rias dalam jumlah banyak, terlebih lagi yang berukuran besar. Jangankan mempertimbakan pantulan sebuah cermin yang tiada henti, datar, tanpa warna, permukaan yang tiada kedamaian – sebuah pemandangan yang jelas menganggu. Sebagai peniru, cermin punya potensi untuk membuat pola seragam yang mengerikan dan meresahkan –dan kejelekan yang semakin parah ini tidak secara langsung sejalan dengan penentuan ukuran sumbernya, tapi pada jumlah yang bertambah terus menerus. Faktanya, sebuah ruangan dengan empat atau lima cermin yang ditata sembarangan, untuk sebuah pertunjukan seni, ialah ruangan tanpa bentuk sama sekali. Jika pada penataan ini kita tambahkan lagi sumber gemerlapan, kita telah membuat resep gila untuk ketidakaturan dan suasana meresahkan. Bila idiot diantara para idiot, tapi masih dengan kemampuan berpikir, dibawa masuk ke ruangan yang sama parahnya, dirinya pasti akan merasa bahwa ada sesuatu yang salah, meskipun kemungkinan untuk memahami keresahannya sangat nihil. Lalu bawalah orang yang sama ke dalam ruangan yang berperabotan dengan selera tinggi, dan dia akan terkejut dan berseru penuh keterkejutan dan kenikmatan.
Ini adalah sebuah wabah jahat yang tumbuh di Negara Republik kita, bahwa orang-orang dengan isi dompet melimpah biasanya memiliki sedikit dari jiwa yang mereka miliki. Kerusakan selera adalah buah hasil dari penghasil uang. Semakin kaya diri kita, semakin rusak pemikiran kita. Demikianlah, kita seharusnya bukan melihata diantara gelar-gelar harta, di Amerika Serikat, melainkan pada jiwa interior Britania.  Tapi aku pernah melihat kamar milik orang Amerika dengan status—orang-orang dengan harta melimpah tapi juga dengan selera menarik dan langka—yang mungkin, sedikit bertentangan, bersaing dengan kabinet emas milik sahabat-sahabat kita di Britania. Bahkan pernah ditunjukkan padaku sebuah ruangan kecil, dan tanpa kemeriahan berlebihan, dengan hiasan yang dimana tiada kejelekan dapat dijumpai. Sang penata terbaring tidur di sofa – cuacanya tenang – waktunya mendekati tengah malam – aku akan memberikan gambaran ruangan ini. Berbentuk oblong – panjangnya tiga puluh kaki dan lebarnya dua puluh lima kaki – sebuah bentuk permukaan dengan kemungkinan terbaik untuk penataan perabotan. Ruangan memiliki pintu di salah sudut dan dia jendela di sudut yang lain. Keduanya besar, hingga menyentuh lantai, terbingkai ceruk yang dalam, dan membuka pada sebuah beranda Italia. Kacanya berwarna merah tua, dibingkai kayu merah mawar, dan sedikit lebar dari umumnya. Jendelanya dihiasi kain tebal abu-abu perak, tergantung di langit-langit ceruk, mengikuti bentuk jendela dan tergantung bebas, tanpa mengambil banyak ruang. Hilangkan ceruknya, dan tampaklah tirai sutra merah tua, pinggirannya sulaman emas, dan dihiasi pola sulaman perak, dan membentuk layar terluar. Tiada pojok, tetapi lipatan kain, (yang terlihat lipatanya lebih membekas daripada hanya melengkung) tergantung pada hiasan dengan ukiran yang mengeliling ruangan tepat pada titik temu langit-langir dan dinding. Kain tirai akan terbuka, atau terikat, dengan tali tebal terselimuti emas, dan membentuk sebuah simpul—pengait dan semacamnya tidak dibutuhkan. Warna tirai, dan pinggirannya – corak merah tua dan emas – membentuk suasana ruangana, dan terlihat hampir setiap sudut.
Karpetnya, berbahan Saxon, memiliki tebal satu setengah inchi, juga berwarna merah, ditemani hiasan pola emas (sebagaimana dengan tirainya.) terhampar dengan penataan yang menutup sudut melingkat ruangan, dan tiada tumpah tindih. Pinggiran karpet dibiarkan polos. Wallpaper yang direkatkan di dinding, berwarna putih perak mengkilap, ditemani oleh beberapa pola Arab merah tua transparan.
Banyak lukisan sebagai hiasan memperkuat keindahan disamping wallpaper. Ada beberapa lukisan lanskap yang memperlihatkan kekuatan imajinasi, seperti duri-duri Gua Stanfield, atau Danau Rawa Dismal karya Chapman. Suasananya hangat, tapi gelap—tiada lagi suasana yang lebih hebat.
Tidak satu pun dari lukisan berukiran kecil. Lukisan yang terlalu kecil akan memberi kesan noda dinding layaknya noda kulit yang menjadi cacat dari kebanyakan karya seni. Bingkainya lebar tapi tidaklah tebal, dan penuh ukiran, bukan hiasan tempelan. Lapisan emas memberikan kesan kilauan emas sejati. Lukisan-lukisan itu tertempel didinding, bukan tergantung dengan tali. Desainnya sendiri terlihat, terkadang, bagus dari posisi tertentu, tapi penampilan menyeluruh masih cacat. Tiada cermin maupun kursi. Dua sofa luas, dengan kayu merah mawar dan kain sutra merah tua, menjadi satu-satunya tempat duduk. Sebuah meja oktagon, terbuat dari marmer dan hiasan tepi emas, diletakkan di salah satu ujung sofa – meja ini juga tanpa alas – kain tirai sudah mencukupi. Empat vas besar dan cantik, di dalamnya sejumlah bunga bermekaran dengan warna meriah dan aroma wangi. Sebuah wadah lilin  tinggi nan menakjubkan, ditempati lilin sebuah lampu kecil dengan minyak wewangian, berdiri dekat kepala teman yang tertidur. Beberapa rak gantung indah dan ringan, dengan tepi emas dan tali sutra merah tua ditemani rumbai emas, terisi dengan setidaknya dua hingga tiga ratus buku bersampul yang membuat takjub. Selain hal-hal tersebut tiada lagi perabotan, terkecuali kita mengikutkan Lampu Argand, dengan layar penutup merah tua polos, yang tergantung dari langit-langit tinggi dengan rantai emas, dan mengaliri ruangan dengan aura yang lembut namun penuh keajaiban.
Catatatan tambahan:
- Samuel Taylor Coleridge (21 October 1772 – 25 July 1834) penyair dan filsuf asal Inggris Periode Romantik.
- meliora probant, deteriora sequuntur, artinya ‘mereka terbukti lebih baik, diikuti yang lebih buruk.
- Sumber kata aslinya adalah hangmen’, algojo yang melaksanakan eksekusi hukuman gantung.
- Hotentot, sebuah panggilan untuk suku Khoekhoe, sebuah suku nomaden di Afrika Selatan.
- Kickapoos, salah satu suku Indian Amerika yang mendiami daerah sekitar Meksiko, Oklahoma, Kansas, dan Texas.
- Yankee, panggilan untuk orang-orang Amerika atau lebih sering penduduk Amerika Utara.
- Keeping, ketertataan sebagai terjemahan dari keeping karena ketertataan yang dimaksud adalah ketertataan demi sekadar layak dilihat.
- d’un mouton qui reve, artinya ‘domba dalam mimpi.’
- Saxon, salah satu suku yang keturunannya menjadi sebagian dari populasi Bangsa Ingris dan Jerman.
- Brussels, kota bersejarah di Belgium.
- Indian Ariikara, salah satu suku Indian Amerika yang mendiami daerah sekitar Dakota Utara dan Dakota Selatan.
- Median, Bangsa Iran Kuno yang mendiami sebagian besar daerah utara dan barat Iran.
- Baal, nama yang digunakan untuk para Dewa daerah Kan’an, atau Palestina, sebelum masuknya kepercayaan Abrahamik
- Mammon, merujuk pada salah satu Iblis Tujuh Dosa Mematikan, melambangkan dosa Ketamakan.
- Lampu Argand, sebuah lampu yang di desain oleh Ami Argand (5 July 1750 – 14 or 24 October 1803), seorang ahli fisika dan kimia asal Perancis.
- Cutted-glass shade, penutup lampu yang terbuat dari kaca yang dipotong lalu disambung menggunakan teknik solder atau sambung logam.
- Oblong, sebuah bentuk persegi yang sudutnya diganti dengan lengkungan
- Reccesses, atau ceruk adalah sebagian dinding yang dibentuk atau dipahat sedikit mendalam namun tidak menembus dinding, berfungsi sebagai tempat menaruh perabotan.
- Stanfield, sebuah daerah di Oregon, Amerika Serikat.
- The Lake of Dismal Swamp, lukisan oleh John Gadsby Chapman (1842)
- John Gadsby Chapman, pelukis asal Amerika (11 Agustus 1808 – 28 November 1889.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI