Pemisahan sampah merupakan langkah awal dalam proses pengolahan sampah. Dengan memisah sampah sesuai jenisnya, sampah dapat lebih mudah untuk diolah karena sampah sudah dikelompokkan sesuai jenisnya. Pemisahan sampah inilah menjadi kunci keberhasilan pengolahan sampah. Ketika pemisahan dapat terjadi secara efektif, maka sampah dapat lanjut pada tahap berikutnya yaitu pengolahan.Â
Tempat sampah di SMA Kolese de Britto sudah memiliki label sesuai jenis sampahnya. Tempat sampah ini mengelompokkan dalam jenis organik, anorganik, dan kertas. Tempat sampah ini sendiri terbagi dalam berbagai titik di SMA Kolese de Britto, dimana setidaknya setiap 3-4 kelas memiliki 3 tempat sampah sesuai jenisnya.
Namun, dalam praktiknya masih ditemui adanya pencampuran kembali sampah-sampah yang sudah dipilah pada gerobak sampah. Artinya, sistem ini masih sampai pada tahap pemilahan belum pada pengolahan. Pemilahan sampah yang dilakukan menjadi percuma ketika sampah tersebut dijadikan satu kembali dalam gerobak sampah. Sehingga proses pengolahan akan menjadi sulit dan tidak efektif.Â
Penggunaan gerobak sesuai jenis sampah satu per satu tidak akan efektif. Hal ini disebabkan karena gerobak sampah harus berpindah dari satu titik ke titik tempat sampah lain untuk mengambil 1 jenis sampah saja. Sedangkan, SMA Kolese De Britto memiliki lingkungan yang cukup luas. Sehingga proses ini tidak akan efektif. Â Â
Dengan adanya masalah ini, penggunaan gerobak sampah bersekat dapat menjadi salah satu solusi. Hal ini mungkin dilakukan karena gerobak sampah dapat memisahkan sampah sesuai jenisnya. Ketika sampah sudah terpisah, maka tahap pengolahan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Solusi ini dapat meminimalisir waktu agar sampah tidak perlu dibongkar dan dipisahkan kembali. Hal ini juga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja yang tidak perlu memilah sampah lagi.Â
Namun, hal ini perlu diimbangi dengan gerobak yang lebih besar. Jika gerobak tidak cukup besar, maka proses pengambilan sampah dari tong sampah perlu dilakukan beberapa kali sehingga hal ini tidak efektif. Hal ini dikarenakan banyaknya volume sampah yang ada di tong sampah itu sendiri, sehingga perlu dipersiapkan gerobak sampah yang mampu mengangkut 2 jenis sampah dalam satu perjalanan menuju tempat pengolahan atau incinerator SMA Kolese De Britto.Â
Gerobak sekat ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang matang. Hal ini dilakukan dengan membagi 3 area pada SMA Kolese de Britto, mengingat penyumbang terbesar sampah berasal dari kantin dimana siswa menjadi pelaku. Ketiga area tesebut merupakan area kelas XII, area kelas XI dan kelas X, dan area kantin.Â
Total dibutuhkan 3 gerobak sekat (sampah plastik, dan kertas), dan 2 gerobak biasa (sampah organik). 3 gerobak sekat ini dibagi menurut 3 area tersebut, sedangkan diperlukan 2 gerobak biasa hanya untuk sampah organik, karena sampah organik tidak diproduksi sebanyak sampah plastik dan kertas.Â
Sehingga ketika sesi istirahat selesai, sampah dapat langsung diangkut menuju tempat pengolahannya masing-masing. Gerobak organik dapat langsung menuju lokasi pengolahan, misal tempat pengolahan kompos dan lain-lain. Sedangkan, gerobak sekat plastik dan kertas dapat menuju incinerator untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Â
Dengan diterapkan sistem gerobak sekat ini, masing-masing siswa SMA Kolese De Britto dapat membantu sistem ini dengan membuang sampah sesuai jenisnya. Hal ini sudah cukup efektif dilakukan, sehingga harapannya sistem ini dapat menumbuhkan kesadaran semua pribadi yang ada di SMA Kolese De Britto. Sehingga mental semua pribadi di SMA Kolese De Britto dapat berubah dan membawa dampak positif di lingkugan luar. Â Â
Namun semua sistem yang dilakukan maupun direncanakan tidak akan efektif dan berjalan ketika tidak ada controlling yang dilakukan. Sistem yang ada akan berjalan sesaat dan tidak efektif karena hanya menjadi sesuatu yang dilakukan saja tanpa adanya unsur keberlanjutan.