Mohon tunggu...
Jason Kartasasmita
Jason Kartasasmita Mohon Tunggu... Lainnya - A Lover of Life

Saya adalah seseorang yang sangat mencintai kehidupan dan punya banyak hobi. Salah satu hobi saya adalah belajar bahasa baru sehingga saya bisa melihat dunia dan memahami kehidupan dengan perspektif yang berbeda. Saya juga senang bertemu orang baru, berorganisasi, bermain musik, berolahraga, serta mencoba makanan baru, terus bergerak menjelajah dunia, dan menemukan berbagai tempat dan pengalaman baru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melintas Batas Benua: Perbedaan Signifikan Sekolah di Jerman dan Indonesia

11 Agustus 2023   22:24 Diperbarui: 20 Agustus 2023   15:09 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Friedrich Dessauer Gymnasium, Aschaffenburg

Masih terkait dengan tulisan sebelumnya mengenai keunggulan sistem pendidikan Jerman, kali ini penulis ingin berbagi tentang perbedaan mendasar proses belajar mengajar antara SMA di Indonesia dan Jerman. Baru-baru ini penulis mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke kota Aschaffenburg, Jerman, yang berjarak sekitar 50 kilometer dari Frankfurt.

Perjalanan antara kedua kota ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30-45 menit dengan mobil atau kereta api. Frankfurt adalah kota yang lebih besar dan merupakan pusat ekonomi dan finansial di Jerman, sedangkan Aschaffenburg memiliki pesona kota kecil yang kaya akan sejarah dan keindahan alam dengan kafe-kafe cantik di tepian sungai Main yang membelah kota tersebut.

Di kota Aschaffenburg inilah selama dua minggu, penulis mendapatkan kesempatan menjajal langsung sistem pendidikan di Jerman dengan bersekolah selama dua minggu di Friedrich-Dessauer-Gymnasium, salah satu sekolah menengah atas di kota Aschaffenburg. Pengalaman ini membuat penulis ingin berbagi hasil pengamatan mengenai proses belajar mengajar di Jerman, khususnya untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). 

Indonesia dan Jerman, sebagai dua negara dengan budaya dan pendidikan yang berbeda, memiliki perbedaan signifikan dalam pendekatan mereka terhadap proses belajar mengajar di tingkat SMA. Berdasarkan pengalaman penulis, berikut adalah 5  perbedaan utama proses belajar mengajar di SMA Indonesia dan Jerman :

1. Sistem Pendidikan dan Kurikulum

Di Indonesia, kurikulum SMA ditentukan  secara nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan beberapa variasi yang diizinkan di tingkat sekolah. Dalam Kurikulum Mereka, meskipun ada mata pelajaran yang wajib, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, dan lain-lain,  siswa tetap memiliki fleksibilitas dalam memilih mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat mereka. Sebaliknya, di Jerman, sistem pendidikan sangat terdesentralisasi. Setiap negara bagian memiliki otonomi dalam menentukan kurikulumnya sendiri, meskipun ada pedoman umum yang diikuti. Sistem ini menekankan pada pendekatan holistik dan mendalam dalam mata pelajaran tertentu.

Oleh karena itu, siswa akan memiliki pengetahuan mendalam terhadap bidang pelajaran tertentu sesuai dengan spesialisasi yang ingin ditekuninya. Hal ini pada gilirannya akan menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keunggulan pengetahuan dan keterampilan di bidangnya.

2. Durasi dan Jam Belajar

Di Indonesia jam pelajaran berlangsung cukup panjang setiap harinya. Rata-rata jam pelajaran per minggu berkisar antara 30 hingga 40 jam, termasuk mata pelajaran inti, pilihan, dan ekstrakurikuler. Sementara itu, di Jerman, jadwal belajar lebih pendek. Siswa biasanya memiliki lima hari sekolah dalam seminggu dengan jam pelajaran harian lebih pendek yaitu sekitar 25 jam per minggu. Durasi sekolah yang lebih singkat membuat siswa di Jerman memiliki waktu untuk menekuni hobi sesuai minat ataupun bekerja part time. Hal ini membuat anak muda di Jerman memiliki kemampuan sosial yang lebih baik, keseimbangan mental, dan keterampilan yang unik.

3. Penekanan pada Kreativitas dan Diskusi

Sistem belajar di SMA Indonesia sering kali bersifat lebih searah, dengan penekanan pada pemberian materi oleh guru. Meskipun ada beberapa kegiatan diskusi, siswa umumnya memiliki peran lebih pasif dalam proses pembelajaran. Sebaliknya, di Jerman, pendekatan lebih interaktif dan mendorong siswa untuk berpikir kritis serta berpartisipasi aktif dalam diskusi. Kreativitas dan pandangan pribadi sangat dihargai bahkan jika berbeda dengan pendapat guru. Dalam dunia kerja, kreativitas dan kemampuan menyampaikan pendapat merupakan keterampilan yang wajib dimiliki. 

Partisipasi Aktif Pelajar (http://www.magnapubs.com)
Partisipasi Aktif Pelajar (http://www.magnapubs.com)

4.Eksplorasi Pribadi

Jadwal pelajaran yang padat dan tugas yang menggunung merupakan hal yang lumrah di Indonesia. Sayangnya hal ini membuat siswa kurang waktu untuk melakukan pembelajaran mandiri sesuai dengan minatnya. Sebaliknya di Jerman, anak-anak lebih memiliki waktu untuk melakukan refleksi pribadi dan eksplorasi terhadap aktivitas maupun bidang yang ingin dipelajari. Hal ini mengembangkan karakter pembelajar yang mandiri dan unik sesuai dengan bakat masing-masing.

5. Evaluasi dan Ujian 

Di Indonesia, ujian lebih menekankan pada hafalan teori dan kemampuan menjawab soal, namun kurang menekankan pada pemahaman konsep yang mendalam. Sebaliknya, di Jerman, pembelajaran lebih ditekankan pada pemahaman mendalam dan penerapan konsep, daripada hanya menghafal. Bentuk ujian cenderung lebih beragam, termasuk presentasi, tugas proyek, dan ujian lisan. Pada gilirannya, pemahaman yang baik dengan sistem evaluasi yang holistik akan menghasilkan siswa yang lebih siap terjun ke dunia kerja.

Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa secara garis besar, proses belajar mengajar di SMA Indonesia dan Jerman memiliki perbedaan mendasar dalam hal kurikulum, pendekatan pembelajaran, dan sistem penilaian. Kedua negara  tentunya memiliki pendekatan yang valid sesuai dengan nilai-nilai budaya dan tujuan pendidikan mereka masing-masing. Namun demikian, penulis percaya bahwa sistem pendidikan di Indonesia dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengadopsi hal baik yang berlangsung di Jerman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun