Mohon tunggu...
jasmin miluwanti
jasmin miluwanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - jasmin

suatu saat jadi sukses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stratifikasi di Saat Lebaran Idul Fitri Dilihat dari Perspektif Sosiologi Agama

6 Mei 2022   21:33 Diperbarui: 12 Mei 2022   10:53 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Idul fitri adalah lebaran Umat islam,atau juga bisa di bilang kemenangan di saat kita umat islam sudah menjalani puasa selama 30 hari dan puncaknya di saat lebaran idul fitri kita merayakan bersama.Semua umat islam berhak merayakan idul fitri namun tergantung  berapa lama merekan merayakan  idul fitri menyusuaikan  kebudayan masing-masing negara ada yang merayak hanya satu hari sedangkan  negara kita indonesia merayakan lebih dari satu hari untuk bersirahturahmi ke saudara,teman dan tetangga.Tetapi di saat lebaran kita bisa melihat Stratifikasi di saat itu kita akan melihat ada sebagian yang berkecukupan untuk bisa membeli makanan,pakain,sendal,sepatu di saat lebaran idul fitri namun ada yang kekurangan untuk bisa merayakan idul fitri dengan barang-barang yang layak dengan begitu jika di agama islam adanya Zakat fitrah  keluarga yang layak untuk harus memberikan zakat fitrah kepada yang  kurang beruntung atau kaum duafa dan anak yatim piyatu.

Terlihat Stratifikasi di lingkungan sosial bisa kita lihat dari pefektif agamanya dalam kehidupan sosial agama sangat penting untuk bisa memiliki panduan hidup atau arahan yang tepat ini konsep untuk yang mempercayai agama.Stratifikasi di masyarakat memang terlihat jelas di saat lebaran idul fitri ada sebagian pula kebudayaan berfoya-foya membelii barang hingga berbehihan membuat suatu hal yang tidak di arahakan dalam agama islam berfoya-foya malah bukan agama islam saja namun semua agama tidak di anjurkan umatnya berfoya-foya maka dari itu merayakan pesta bleh namun dengan sesuai dan tidak berlebihan stratifikasi yang terlihat bisa di lihat kaum borju dan berkecukupan bisa menggunakan baju yang mewah sedangkan kaum pluretar memmakai baju yang ada saja dari sini kita simpulakan bahwa lebaran bukan untuk menyombongkan diri atau memamerkan kekayaan tetapi lebaran di mana membuat kita bersyukur telah menyelesaikan puasa selam 30 hari  bertujuann agar kita bisa merasakan giman  susahnya orang yang tidak berkecukupan untuk bertahan hidup di sat mereka kelaparan.dan puncaknya lebaran adalah klimaks dari puasa 30 hari tersebut demikian lah makna lebaran untuk bisa berbagi dan meminta maaf atas kesalah yang tidak di sengaja atau yang memang di sengaja selain itu mengjarkan bersyukur atas hidup kita yang di berikan Allah swt kecukupan finacial dan kesehatan lahir batin agar kita bisa membantu yang kesulitan bukan angkuh atau menyombongkan diri.

Selamat hari raya idul fitri 1443 h semoga kita sehat dan bahagia panjang umur kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun