Mohon tunggu...
Jasmin Fatimah Azzahro
Jasmin Fatimah Azzahro Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi

Active 7th semester student of Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya with a great desire to work in the field of resources, administration, and recruitment and has the ability of HR service, data analysis, training development. strong ability to communicate with various stakeholders, experience, in building relationship with client and advanced technical interests to improve the qualityof the company

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Perspektif Psikologi: Mengapa Masa Depan Generasi yang Sehat dan Bahagia?

8 Januari 2025   21:58 Diperbarui: 9 Januari 2025   16:03 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan oleh pemerintah merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya dalam mengatasi masalah gizi buruk dan stunting. 

Dari sudut pandang psikologi, program ini tidak hanya berimplikasi pada kesehatan fisik, tetapi juga memengaruhi aspek psikologis individu dan masyarakat. Gizi yang baik berkaitan erat dengan perkembangan kognitif, emosional, dan sosial seseorang, yang semuanya berkontribusi pada kesejahteraan psikologis secara keseluruhan. Gizi yang memadai merupakan fondasi penting bagi perkembangan otak, terutama pada anak-anak. 

Penelitian dalam psikologi perkembangan menunjukkan bahwa kekurangan gizi pada masa kanak-kanak dapat mengganggu proses pembelajaran, daya konsentrasi, dan perkembangan kemampuan kognitif. Anak-anak yang mengalami stunting atau kekurangan gizi kronis cenderung memiliki kemampuan akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dengan asupan gizi yang cukup.

Menurut teori perkembangan otak, nutrisi adalah bahan bakar utama untuk fungsi kognitif yang optimal. Kekurangan nutrisi tertentu seperti zat besi, yodium, atau omega-3 dapat menghambat pembentukan sinapsis otak, yang pada akhirnya memengaruhi kemampuan berpikir dan belajar anak. Dengan adanya Program MBG, pemerintah memberikan peluang kepada anak-anak untuk mengakses gizi yang cukup, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal. 

Selain itu, gizi buruk sering kali dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan masalah regulasi emosi. Ketika tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, sistem saraf tidak dapat berfungsi dengan baik, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan neurotransmitter. Oleh karena itu, menyediakan makanan bergizi melalui program ini dapat membantu mencegah gangguan kesehatan mental yang diakibatkan oleh kekurangan gizi.

Pengaruh Gizi terhadap Kesejahteraan Emosional

Makanan bergizi tidak hanya penting untuk kesehatan tubuh tetapi juga memiliki peran signifikan dalam keseimbangan emosional. Studi menunjukkan bahwa pola makan yang buruk dapat memengaruhi suasana hati seseorang, menyebabkan perasaan lelah, mudah marah, atau bahkan depresi. 

Sebaliknya, makanan kaya nutrisi dapat meningkatkan kadar neurotransmitter seperti serotonin, yang bertanggung jawab atas perasaan bahagia dan stabilitas emosional. Ketika individu, terutama anak-anak, mendapatkan makanan bergizi secara rutin, mereka cenderung lebih mampu mengelola emosi dan menghadapi tantangan sehari-hari. 

Dampak positif ini tidak hanya dirasakan secara individual tetapi juga pada tingkat keluarga dan masyarakat. Program MBG memungkinkan individu yang sebelumnya rentan terhadap gangguan emosional akibat kekurangan gizi untuk merasakan manfaat psikologis dari pola makan yang sehat.

Hubungan Gizi dan Relasi Sosial

Dari perspektif psikologi sosial, penyediaan makanan bergizi juga memengaruhi dinamika hubungan dalam keluarga dan masyarakat. Orang tua yang memiliki akses terhadap makanan bergizi untuk anak-anak mereka cenderung merasa lebih percaya diri dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dan anak, serta menciptakan lingkungan keluarga yang lebih harmonis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun