Seserahan merupakan simbol keyakinan seorang calon mempelai pria terhadap keluarga calon mempelai wanita untuk bertanggung jawab dalam memberikan nafkah dan merawat istrinya dengan baik setelah menikah. Seserahan menjadi bagian penting dalam rangkaian pernikahan di berbagai tradisi, termasuk Tionghoa-Indonesia.
Tradisi lamaran adat Tionghoa khususnya Hokkien disebut Sangjit. Sangjit dilakukan oleh keluarga calon mempelai pria dengan membawa berbagai hantaran seperti pakaian, uang angpau, manisan, dan lainnya untuk diserahkan kepada keluarga calon mempelai wanita.
Pelaksanaan Sangjit umumnya dilakukan satu hingga enam bulan sebelum pernikahan pada tanggal yang dianggap baik oleh kedua keluarga. Tanggal baik biasanya ditentukan berdasarkan shio dan tanggal lahir dari pasangan yang akan menikah dan dihitung dengan membaca Tong Shu (primbon Tionghoa).
Seperti tradisi dalam kebudayaan Tionghoa pada umumnya, Sangjit pun sarat dengan berbagai simbol yang merepresentasikan harapan-harapan baik bagi kedua calon mempelai, seperti:
1. Baki hantaran berjumlah genap (berpasangan)
Umumnya baki Sangjit berjumlah 8 buah, sesuai dengan angka keberuntungan dalam budaya Tionghoa. Akan tetapi, jumlah baki hantaran tergantung pada kesepakatan kedua pihak keluarga. Tetapi, angka 4 harus dihindari karena pengucapan "si" pada angka 4 mirip dengan kematian.Â
Tidak seluruh baki hantaran diterima oleh keluarga mempelai wanita. Sebagian baki akan dikembalikan kepada keluarga calon mempelai pria sebagai simbol bahwa calon mempelai wanita masih dapat berhubungan dengan keluarganya dan tidak memutus ikatan kekeluargaan.
2. Warna merah
Merah merupakan warna yang sangat erat dengan kebudayaan Tionghoa. Dalam tradisi Sangjit, warna merah biasanya dipasangkan dengan warna emas mengingat keduanya sama-sama menyimbolkan kebahagiaan dan kekayaan. Sebaliknya, warna hitam dan putih adalah warna yang harus dihindari saat prosesi Sangjit.
3. Shuangxi
Shuangxi merupakan simbol keberuntungan bagi pasangan dalam pernikahan. Shuangxi yang secara harafiah berarti kebahagiaan ganda sering ditemukan pada kartu undangan, angpao, dekorasi ruangan, dan lainnya.
4. Naga dan Burung Phoenix
Jika yin merupakan penyeimbang dari yang, maka burung phoenix adalah penyeimbang dari naga. Ornamen naga dan burung phoenix biasanya dibordir pada pakaian calon mempelai. Naga merepresentasikan kekuatan dan kehormatan dari calon mempelai pria, sedangkan burung phoenix merepresentasikan keanggunan dan kesetiaan calon mempelai wanita.
5. Bunga Lili, Anggrek, Peony, dan Lotus
Sama seperti tradisi lainnya, bunga merupakan elemen dekorasi penting dalam rangkaian pernikahan. Dalam kebudayan Tionghoa, bunga berwarna putih dianggap sebagai simbol kematian. Maka dari itu, bunga berwarna putih dilarang digunakan sebagai dekorasi Sangjit, kecuali mawar putih yang diikat dengan pita merah. Umumnya, bunga lili, anggrek, peony, dan lotus menjadi bunga yang sesuai untuk menghiasi perayaan Sangjit. Keempat bunga itu merepresentasikan harapan yang berbeda-beda.
a. Bunga lili
Pelafalan bunga lili (baihe) sama seperti pribahasa kuno Tiongkok, "Bainian hao he" yang berarti persatuan selama seratus tahun. Dengan dipasangnya bunga lili, diharapkan pasangan yang melakukan sangjit akan menjadi pasangan yang abadi dan tidak terpisahkan.
b. Bunga anggrek
Konfusius pernah berkata, "Bunga anggrek tumbuh disaat yang lain tidak dapat tumbuh." Hal ini menunjukkan kekuatan bunga anggrek untuk dapat mekar dengan indah di tengah keadaan yang sulit sekalipun. Maka dari itu, bunga anggrek menyimbolkan cinta dan kesuburan.
c. Bunga peony
Bentuk bunga peony yang padat dan mewah saat mekar menyimbolkan kekayaan dan kebahagiaan dalam pernikahan. Dalam bahasa Mandarin, bunga peony disebut "mudan" yang berarti bunga yang tercantik.
d. Bunga lotus
Bunga lotus merupakan salah satu bunga yang sangat penting dalam kebudayaan Tionghoa. Walaupun akar dan batangnya berada di dalam lumpur, bunga lotus tetap tumbuh dengan indah menghadap matahari tanpa ternodai oleh lumpur. Maka dari itu, bunga lotus merepresentasikan kemurnian dan kebijaksanaan dalam kehidupan pernikahan yang tidak selamanya manis.Â
6. Simpul Tiongkok
Simpul Tiongkok (Chinese knot) adalah bentuk seni tradisional Tiongkok yang dibuat dari tali panjang yang ditenun atau dianyam untuk mengekspresikan berbagai hal pada zaman Dinasti Tang. Dalam Bahasa Mandarin, simpul atau ikatan disebut "jie". Berbagai kata yang berhubungan dengan pernikahan diawali maupun diakhiri oleh "jie" sehingga dalam rangkaian pernikahan, dengan adanya Simpul Tiongkok diharapkan pasangan yang akan menikah dapat terus bersatu (jiehe), harmonis (tuanjie) dan memiliki keturunan (jieguo).
7. Koi
Meskipun jarang ditemui, koi adalah salah satu simbol yang memiliki makna dalam. Seperti koi yang gigih berenang melawan arus dan tidak pernah menyerah, diharapkan pasangan yang akan menikah terus mempertahankan keharmonisan keluarga di setiap musim kehidupan.
Terlepas dari berbagai simbol harapan baik dan filosofi yang ada di dalam Sangjit, setiap keluarga akan memiliki caranya masing-masing dalam memaknai rangkaian pernikahan.
Jia he wanshi xing - Keluarga yang harmonis akan membawa kemakmuran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H