***
“Jadi, bapak mau mengeluarkan saya dengan alasan saya gila?” tanya Sharene dengan wajah yang panik. “Saya ini tidak gila pak, tolong jangan keluarkan saya” sambung Sharene dengan tubuh yang mulai membeku. “Kamu ini cantik juga ya, benar-benar tipe saya pemberontak, nakal, dan manisnya senyumanmu sayang.” ujar dosen ini dengan tangan yang mulai menyentuh pipi Sharene. “Kemarilah sayang, kamu tidak perlu repot-repot kuliah disini. Kamu bisa bermain denganku, lalu aku akan menceraikan istriku” sambung sang dosen, tangan sang dosen mulai membuka satu persatu kancing kemejanya. Sharene membeku, entah apa yang dia rasakan. Dosen ini adalah orang pertama yang membantu dia untuk masuk ke universitas ini. Tapi dosen ini juga yang akan jadi orang pertama yang akan membantu Sharene keluar dari universitas ini.
Sang dosen pun membuka kemejanya. Ia berlagak tampan dengan wajah khas Italia nya itu. Sharene pun di dorong ke sofa ruangan sehingga membuat Sharene terduduk. “Kenapa kamu belum menunjukkannya kepadaku? Biarkan aku yang membukanya” ujar sang dosen dengan nada mesumnya. Sharene berteriak sangat keras “TIDAAKK!! DASAR BRENGSEK TENGIK” teriak Sharene. Tapi usaha yang di lakukan Sharene tak membuahkan hasil. Ruangan itu adalah ruangan yang kedap suara. Dan di ruangan itu hanya ada Sharene dan sang dosen.
***
“TIDAKK! MENGAPA KALIAN MENYENTUHKU?” teriak Sharene, dengan keadaan tangan yang sudah di rantai dan rambut yang sangat berantakan. “Aku tidak gila. Kalian semua yang gila” sambung Sharene yang berusaha memberontak. Mata Sharene sudah ditutupi dengan kain hitam, sehingga membuatnya tak dapat melihat apapun lagi. “Aku tidaaakk gila. Dosen mesum itu yang membuatku hamil, Ruttafa tengik itu yang membuatku gila seperti ini. Tolong jangan usir aku dari kampus ini! Aku tidak ingin ke Quebec, aku tidak ingin di buang dari lingkunganku. Kalian jahat, jahat!” berontak Sharene seketika membuatnya menangis. Sharene pun telah lelah menangis sehingga ia secara frontal mengeluarkan ketawa layaknya orang psikopat. Kemudian, Olgave pun datang menemui Sharene. Lalu Olgave memeluk temannya yang sudah tidak waras itu. “Sharene, aku adalah satu-satunya orang yang percaya padamu” ujar Olgave dengan isak tangis keprihatinannya.
***
Dokter dan dosen saling bertatap mata dan tersenyum sinis. “Mari pergi berdoa ke gereja untuk meminta doa ibu dan adikmu, nak” ujar dosen.
“Aku sangat benci Sharene. Kau masih ingat alasan ibu dan adikmu meninggal?” sambung dosen.
“Jelas aku masih mengingatnya yah. Semenjak kematian orang tuanya Sharene dan membuat Sharene menjadi yatim piatu. Ibu mengasuh dan menganggap Sharene sebagai anaknya sendiri. Padahal ayah telah berulang kali melarang ibu melakukannya, tetapi ibu masih saja keras kepala. Hingga suatu hari, rumah kita di Indonesia kerampokkan oleh penjahat. Sharene berhasil menyelamatkan dirinya dari penjahat tersebut. Tetapi, ibu dan adikku diperkosa dan dibunuh oleh penjahat tersebut. Sharene hanya mementingkan dirinya sendiri, anak yang pengecut dan tidak tau terima kasih itu sangat membuatku benci sekali padanya..” cerita dokter terputus.
“Dan dengan ini kita bisa membuat Sharene menderita terlebih dahulu sebelum mati. Hidupnya tak akan tenang sampai kapanpun.” potong sang dosen. Mereka pun tertawa bersama. “Lalu apa yang kau berikan di cokelat tersebut?” sambung dosen.
“Dramamine.”
“Obat apa itu?”