Mohon tunggu...
Irine Jasmine
Irine Jasmine Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pazzo

20 Maret 2017   07:44 Diperbarui: 20 Maret 2017   18:00 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

         Olgave ingin menjauhkan pisau itu dari tangan mereka berdua. Tapi Sharene ingin membunuh temannya dengan pisau yang ada di tangannya. Sharene tak sengaja menggoreskan luka di tangan Olgave dengan pisau yang dia pegang. Olgave pun terjatuh di lantai dan tak sadarkan diri. Sharene semakin menjadi-jadi. Pisau yang telah bercorak darah itu masih menjadi nafsu untuk bunuh diri Sharene.

         Tak lama kemudian, dokter masuk ke ruangan itu. Dokter itu sangat terkejut, jantungnya seakan berhenti berdetak. Rambut Sharene yang berantakan, mata yang merah dan sembab, dan tangan yang memegang pisau berlumuran darah. “Sharene, kamu kenapa?” tanya dokter itu dengan nada yang sangat berhati-hati. “JANGAN MENDEKAT KECUALI JIKA KAMU MEMANG MAU MATI!!!” jawab Sharene dengan teriakan isak tangisnya. Dokterpun langsung bergegas mengambil suntikan biusnya. “APA YANG MAU KAU LAKUKAN? MENYINGKIRKANKU DARI DUNIA INI, HAH?  TIDAK PERLU REPOT-REPOT DOK, AKU BISA SENDIRI!” sahut Sharene sambil ketawa. Dokter pun langsung bergegas menendang tangan Sharene yang sedang memegang pisau itu, dokter dengan cepat menyuntik tangan Sharene dengan suntikan bius.

***

         “Dok, bagaimana keadaan Olgave dan Sharene?” tanya dosen kepada dokter. “Apakah saya diperbolehkan mengeluarkan Sharene dari kampus ini?” sambung sang dosen. “Jangan terburu-buru pak. Dukung anak ini pak, jangan patahkan semangatnya. Dia jauh-jauh datang dari Indonesia ke Italia ini hanya untuk menuntut ilmu. Hargailah usaha anak ini pak.” jawab sang dokter. “Olgave keadaannya baik-baik saja. Lagipula kita ini ada di Italia. Ada banyak dokter yang bisa membantu anak-anak disini.” sambung dokter dengan nada meyakinkan dosen. “Besok adalah hari pertama mereka memulai pelajaran. Apakah keadaan mereka memungkinkan untuk mengikuti pelajaran kampus, dok?” tanya dosen kepada dokter. “Mereka sepertinya sudah sedikit tenang dari sebelumnya. Dan mungkin besok keadaannya akan membaik, mereka adalah anak yang kuat. Mereka siap untuk mengikuti pelajaran” jawab dokter.

***

         “Kamu adalah gadis yang kuat. Semangat hari ini ya” secarik kertas ini berada di dalam loker Sharene, tak lupa juga ada sebungkus coklat khas Italia yang berada di situ. Entah siapa yang memberikan surat dan cokelat ini. Tapi ini mampu membaikkan mood Sharene.

         Ini adalah hari pertama kegiatan belajar mengajar di mulai. Keadaan Olgave dan Sharene lebih membaik dari sebelumnya. Olgave dan Sharene berangkat bersama dengan keadaan yang sudah lebih membaik dari keadaan mereka kemarin. Mereka berkomitmen untuk tidak membuka lembaran itu lagi. “Sharene, kelasmu dimana?” tanya Olgave yang tiba-tiba berhenti di perempatan lorong kampus. “Di depan” jawab Sharene. “Kita kali ini tidak di pertemukan. See you in break time.” ujar Olgave dengan memamerkan senyuman manisnya yang khas. Mereka pun berpisah di perempatan jalan tersebut.

        Kali ini Sharene berjalan sendirian, ada banyak mahasiswa yang mengisi lorong tersebut. Tak lama kemudian, ada seorang laki-laki bertubuh tinggi, potongan rambut yang stylish, dan semua barang yang ia gunakan adalah barang branded Italia. Benar, laki-laki itu adalah Ruttafa Styine. Sharene berpapasan dengan Ruttafa, suara Ruttafa pun dengan seketika kembali terngiang di telinga Sharene. Ruttafa menatap mata Sharene dengan tatapan kejam, tatapan yang seakan ada kata yang ingin ia ancam. Sharene pun mempercepat langkah kakinya agar bisa menjauh dari laki-laki itu. Sharene bergegas menuju kelas untuk mengikuti pelajaran.

        Ketika Sharene sedang berlari menuju kelas, ia tak sengaja menabrak seorang gadis yang sangat cantik. Rambut pirang yang dikucir kuda, make up yang sangat elegan, rok mini, dan memakai tas yang mahal. “Maaf banget. Aku duluan ya” ujar Sharene yang masih panik itu. “Hah? Gitu aja minta maafnya?” jawab gadis itu dengan nada yang sangat kasar. “Kamu ini, anak yang tidak tau diri itu ya? Ada OSPEK di aula, terus kenapa kamu bisa gak tau? Dan gara-gara kamu juga angkatan kita kena omelan si Ruttafa” sambung gadis ini yang seketika menarik tangan Sharene dan mendekatkan wajah Sharene dengan wajahnya. Depresi Sharene pun semakin menjadi gara-gara gadis ini yang memancing emosinya.

        “KAMU BERANI SAMA AKU?” hentak Sharene dengan nada tinggi yang melebihi nada gadis itu. “Wah, kamu mau main sama aku ya?” ancam gadis ini dengan mulut yang di dekatkan ke telinga Sharene. Dan tiba-tiba gadis ini menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai, lalu gadis ini berteriak. “Kamu kenapa dorong aku? Sakit sekali rasanya, tidaakk! Sepertinya kakiku cedera” ujar gadis ini yang seketika menangis untuk mengundang perhatian. Sharene langsung berlari ke toilet tanpa memperdulikan gadis ini.

         Sharene merasakan depresi ini kembali, semua ingatan tentang OSPEK itu seakan muncul di pikirannya. Teriakan Ruttafa, kekerasan di depan umum, lalu tatapan sinis di setiap mata, dan kebencian penghuni kampus kepada dirinya. Dan depresi ini lebih terasa lebih sakit dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun