“Benar. Dia sudah membayar tunai, langsung kepadaku,” penegasan si Ibu membungkam anak dan menantunya.
-0-
Alun-alun kota petang itu. Anganku membayang sejak peluit dibunyikan dan sepanjang landasan baja tempat roda kereta laju menderu-deru. Pepohon di tepi jalan, di pematang, nun jauh di atas pebukitan, melintas sekilas-sekilas, berlarian nak tinggalkan kenangan, pupus hingga tak berbekas, semoga. Ini akan menjadi kunjunganku yang terakhir, ke kota dimana asal gelisahku menahun tak menyembuh. Semoga tak sesiapa lagi makan hati, berulam jantung…
-o0o-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!