Mohon tunggu...
Yasmin Nadhira
Yasmin Nadhira Mohon Tunggu... -

Just A Little Girl :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kunci Jawaban? Say No!

21 April 2012   09:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:19 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Esok, aku akan menghadapi monster. Monster yang mengerikan dan sang monster penentu. Namun, aku harus merubah sudut pandangku, aku akan merubahnya dengan semut, ya semut, bukan sebuah monster. Right! UN!

Aku yang tadinya ga pernah baca buku, kini mendadak berubah menjadi kutu buku yang membaca buku pelajaran siang malam, wajar aja, UN gitulohhh... Istilahnya penentuan deh, gimana hasil sekolahku selama ini. Tapi, dibalik itu semua, tersimpan seribu kejutan jika sudah menjalaninya. Nggak kebayang deh, kalau nanti seragam merah putihku ini, akan berganti menjadi seragam biru putih yang masih agak kegedean. Itu suatu kebanggaan tersendiri bagiku, akhirnya, selama 6 tahun aku bersusah payah, kini tibalah saat penentuan.

Tibalah hari ini. Aku memasuki ruang kelas. Aku bertekad, untuk menggapai nlai tertinggi. Kertas mulai dibagikan. Waduh..., DagDigDug banget..., sampai-sampai, megang pensil aja jadi gemeteran. Ok, aku akan mulai. Mengerjakan soal-soal IPA, pelajaran yang paling kubenci.

Nomor satu aja, udah ngebuat kepalaku pusing tujuh keliling, karena gugup, seakan semua yang kupelajari tadi malam buyar semua. Padahal sebenarnya soal itu gampang banget...

Aku megerjakan satu persatu soal, hingga sampailah aku di nomor 19, wah! ini susah banget, walaupun pilihan ganda sekalipun.

"Susah nih rin, nomor 19, apa kamu bisa?" tanyaku, berbisik.

"Kan ada kunci jawaban ini, semuapun bisa kukerjain" jawabnya enteng.

"Mau kuncinya?" lanjutnya lagi.

"Nggak ah, dosa Rin, aku mau dengan kemampuanku sendiri" jawabku.

"Ok kalau gak mau, tapi nih, kunci jawabannya, kalau kamu berubah pikiran, lihat aja kuncinya" menyodorkan gulungan kertas.

Buka nggak ya? tapi, aku nggak mau kalau hasil UN ini bukan murni kemampuanku sendiri. Ah! bicara apa aku? aku tak boleh membukanya! tekadku. Terus kukerjakan soal-soal yang super duper susah ini sampai nomor terakhir. dan satu-satunya nomor yang belum kukerjakan, adalah nomor 19. Apa aku harus melihat kunci jawaban itu?

Nomor 19 itu masih menghantuiku. Godaan-godaan tuk membuka kunci jawaban itu terus menghampiriku. Sesekali aku hendak menyentuhnya. AAA! nggak! nggak boleh, nggak boleh.... aku nggak mau pakai kunci jawaban, tapi mengapa aku sangat tertarik tuk membukanya?

Ku masih terus berkutat di nomor 19 itu, sedangkan kulihat beberapa teman-teman sudah mengumpulkan lembarannya itu.

"Waktu tinggak 2 menit lagi, harap segera diselesaikan" ujar pengawas ujian.

Duh... gimana nih? 19 itu belum juga kuselesaikan, Ok, aku akan menjawabnya sekarang juga. Mungkin jawabannya Klorofil, karena aku sering mendengar kata ini. Buru-buru kukumpulkan kertas ujiannya.

Kemarin, Ririn bercerita, bahwa ibunya sendiri yang memberikannya kunci jawaban itu. Katanya, ibunya mendapatkannya dari teman dekatnya seharga 5 juta rupiah. Wow! jumlah yang tidak sedikit.

Seminggu kemudian, pengumuman kelulusan itupun tiba. Jantung DagDigDug tak karuan. Bayangkan, kalau aku tidak lulus, mau bilang apa ke bunda?

Semua siswa, mendapat sebuah amplop, disitu sudah tertera, lulus atau tidaknya kita. Perlahan kubuka amplop itu, bunda yang ada di sampinbgkupun terlihat tegang. kuambil secarik kertas yang ada didalamnya. "AH... Nggak mungkin bunda, aku nggak lulus!" teriakku histeris, ketika aku melihat tulisan yang tertera di kertas itu bertuliskan "Maaf, kamu tidak lolos, kamu akan mengulang setahun lagi pembelajaran" itulah isinya.

Badanku seketika lemas, mukaku pucat, aku menangis, bunda memelukku. Tiba-tiba saja, pak pengawas menghampiriku, "Maaf, amplopmu tadi tertukar dengan Ririn" ujar pak pengawas, akupun kembali tersenyum lega, "Ini amplop mu yang sebenarnya, bukalah!" pak pengawas menyodorkan amplop itu kepadaku. Tak pakai lama aku langsung membukanya. AKU LULUS!

Sedangkan kulihat Ririn sedang menangis tersedu dipangkuan sang ibunda.

Kunci Jawaban? Say No!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun