Nomor 19 itu masih menghantuiku. Godaan-godaan tuk membuka kunci jawaban itu terus menghampiriku. Sesekali aku hendak menyentuhnya. AAA! nggak! nggak boleh, nggak boleh.... aku nggak mau pakai kunci jawaban, tapi mengapa aku sangat tertarik tuk membukanya?
Ku masih terus berkutat di nomor 19 itu, sedangkan kulihat beberapa teman-teman sudah mengumpulkan lembarannya itu.
"Waktu tinggak 2 menit lagi, harap segera diselesaikan" ujar pengawas ujian.
Duh... gimana nih? 19 itu belum juga kuselesaikan, Ok, aku akan menjawabnya sekarang juga. Mungkin jawabannya Klorofil, karena aku sering mendengar kata ini. Buru-buru kukumpulkan kertas ujiannya.
Kemarin, Ririn bercerita, bahwa ibunya sendiri yang memberikannya kunci jawaban itu. Katanya, ibunya mendapatkannya dari teman dekatnya seharga 5 juta rupiah. Wow! jumlah yang tidak sedikit.
Seminggu kemudian, pengumuman kelulusan itupun tiba. Jantung DagDigDug tak karuan. Bayangkan, kalau aku tidak lulus, mau bilang apa ke bunda?
Semua siswa, mendapat sebuah amplop, disitu sudah tertera, lulus atau tidaknya kita. Perlahan kubuka amplop itu, bunda yang ada di sampinbgkupun terlihat tegang. kuambil secarik kertas yang ada didalamnya. "AH... Nggak mungkin bunda, aku nggak lulus!" teriakku histeris, ketika aku melihat tulisan yang tertera di kertas itu bertuliskan "Maaf, kamu tidak lolos, kamu akan mengulang setahun lagi pembelajaran" itulah isinya.
Badanku seketika lemas, mukaku pucat, aku menangis, bunda memelukku. Tiba-tiba saja, pak pengawas menghampiriku, "Maaf, amplopmu tadi tertukar dengan Ririn" ujar pak pengawas, akupun kembali tersenyum lega, "Ini amplop mu yang sebenarnya, bukalah!" pak pengawas menyodorkan amplop itu kepadaku. Tak pakai lama aku langsung membukanya. AKU LULUS!
Sedangkan kulihat Ririn sedang menangis tersedu dipangkuan sang ibunda.
Kunci Jawaban? Say No!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H