Mohon tunggu...
JASMINE ARGAPUTRIRS
JASMINE ARGAPUTRIRS Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

hobi fangirllll

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh K-Pop terhadap Perilaku Penggemar di Sosial Media

26 Juni 2022   17:19 Diperbarui: 26 Juni 2022   17:58 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya Korea memiliki pengaruh kuat pada berbagaia aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari selera musik, penampilan, makanan, dll. Musik budaya Korea paling dikenal sebagai genre musik pop, umumnya dikenal sebagai musik pop Korea atau KPop. KPop sendiri terdapay girl group dan boy group yang merupakan sebuah grup yang terdiri dari baik wanita maupun pria di bawah suatu arahan atau agensi. 

Beberapa contoh girl group dan boy band Korea antara lain Blackpink, Enhypen, Aespa, ITZY, NCT, TXT, dan BTS yang saat ini sedang populer. Boy grup dan girl group ini memiliki fan club yang sangat besar, bahkan mencapai level internasional.

Ketertarikan seseorang terhadap seorang idola atau sebagai penggemar seringkali menimbulkan berbagai dampak positif dan negatif. Fans sering melekat pada asumsi bahwa mereka terkait erat dengan fanatisme. Menurut Mutaali dan Prastiti (2019), fanatisme dapat dipahami sebagai kepercayaan pada objek fanatik yang biasanya dikaitkan dengan sesuatu atau kesenangan berlebihan terhadap suatu objek, 

di mana sikap fanatik ini sering bermanifestasi sebagai antusiasme yang ekstrem terhadap sesuatu, perasaan, perhatian yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama. waktu, dan sering berasumsi bahwa apa yang mereka yakini adalah hal terbaik untuk dilakukan. 

Penggemar boyband dan girlband seringkali memiliki persepsi negatif di masyarakat. Mereka dianggap terlalu mengidolakan dan dalam hal ini menganggap budaya Korea lebih unggul dari yang lain, bahkan budaya Indonesia. Mereka dengan bangga

meniru tarian atau tarian boy group atau girl group favorit mereka. Sayangnya, hanya sedikit anak muda yang bangga dengan tarian tradisional yang menjadi identitas dan budaya bangsanya sendiri. Keadaan ini cukup mengkhawatirkan dan dapat mengakibatkan hilangnya budaya asli suatu negara. Selain itu, perilaku agresif penggemar K-Pop juga dapat menyebabkan mereka melakukan berbagai hal, seperti mencoba meniru idola mereka,

terlalu mencintai sebagai penggemar, membeli banyak perhiasan, membeli album di luar kemampuan ekonomi mereka dan rela melakukan berbagai hal untuk mendukung idolanya (Fachrosi, dkk., 2020). Bisa juga mengarah ke arah negatif berupa pemborosan. 

Fans rela merogoh kocek untuk membeli album, perhiasan dan masih banyak hal lainnya yang tidak murah dalam kisaran ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Fanatisme terhadap seorang idola juga bisa menimbulkan keinginan yang berlebihan untuk "halu". Kita sering bertemu, terutama di kalangan remaja putri, yang mengaku sebagai pacar bahkan istri idolanya. Hal ini dinilai cukup wajar jika dijadikan sebagai bahan candaan saja, namun memiliki efek negatif jika berlebihan.

Disamping itu, menjadi penggemar idol maupun menjadi bagian perkumpulan fans atau fandom juga memiliki berbagai dampak positif. Menurut Adinda dkk, (2018), dampak positif bagi diri sendiri yaitu segala sesuatu yang dapat diyakini dan disuka akan memberi rasa kecintaan dan semangat hidup yang lebih pada seseorang, memiliki rasa cinta, kasih sayang, dan bertahan.

Oleh karena itu, dapat memicu semangat dan motivasi dalam diri seorang fan. Selain itu, sekumpulan orang dengan idola yang sama dapat menimbulkan keterikatan tersendiri dan ada rasa untuk saling merangkul satu dengan yang lainnya. 

Hal ini dapat menciptakan rasa solidaritas, toleransi, saling menghargai, saling tolong menolong, dan saling mendukung, sehingga dapat mengurangi adanya potensi konflik sosial dalam masyarakat. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyarsih (2016), 

bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara fanatisme atau kecintaan terhadap idola dengan solidaritas yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi fanatisme maka semakin tinggi juga tingkat solidaritas antaranggota. Kebersamaan dan keterikatan tersebut juga dapat mendorong lahirnya inovasi dan ide-ide positif yang tidak hanya berdampak pada internal komunitas, namun juga dapat berdampak luas kepada masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun