Keris sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan yang menguasai nusantara. Namun hingga saat ini, keberadaannya tidak mudah ternoda. Tidak mengherankan jika UNESCO telah mengakui hal ini sejak tahun 2005.
Ada banyak tempat di Indonesia yang telah puluhan tahun memproduksi berbagai jenis pusaka. Salah satunya adalah Padepokan Brojobuwono di Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Selain memproduksi keris dan berbagai benda pusaka lainnya, Padepokan Brojobuwono kini menyimpan berbagai koleksi keris sejak beberapa dekade lalu di Museum Keris. Museum tersebut didirikan oleh Bambang Gunawan dan Basuki Teguh Yuwono pada tahun 1999, yang merupakan alumni Institut Seni Indonesia (ISI).
Salah satu koleksi kebanggaan di padepokan ini ialah Keris Naga Mulya yang dibuat oleh Basuki Teguh Yuwono pada saat erupsi gunung merapi di Yogyakarta tahun 2006 silam. Keistimewaan dari keris ini adalah bilahnya terbuat dari lahar gunung merapi yang dilapisi oleh emas, dan hulunya sendiri terbuat dari gading gajah, serta Warangka keris terbuat dari gading gajah yang dilapisi perak dan batu permata.
“Jadi tujuannya itu untuk mengenang erupsi gunung merapi.” ungkap mahasiswa magang Museum Keris Brojobuwono.
Selain berkesempatan untuk mengenal lebih jauh tentang keris khas berbagai daerah di Indonesia, di samping museum juga terdapat Besalen, tempat pembuatan keris secara tradisional. Datang ke sini untuk menyaksikan langsung proses pembuatannya, dari besi mentah hingga keris pusaka, siap memukau calon pemiliknya. Setidaknya ada delapan panjak atau orang yang membantu pembuatan keris, dan satu orang Mpu atau Mpu Basuki yang merupakan pemilik Padepokan Brojobwono. Di Besalen tidak hanya dibuat keris Jawa saja, melainkan keris jenis lain seperti keris Bali, kapak Jawa Barat, badik, dan parang. Empat orang tersebut bertugas membuat keris. Namun para pekerja tersebut harus tetap mengenakan kain putih Mpu mulus tanpa jahitan seperti jaman dulu. Kain putih merupakan pakaian penting bagi masyarakat Padepokan Brojobuwono saat menempa keris. Menurut filosofinya, MPU harus mempunyai hati yang suci dalam menempa Keris.
Untuk menjaga kelestarian fungsi dari keris itu sendiri maka perlu dilakukan pengecekan terlebih dahulu kondisinya secara langsung dengan tangan, karena keris tersebut terbuat dari logam dan tidak dapat dipegang dengan tangan serta mengandung zat asam yang dapat menyebabkan karat. Untuk menjaga keawetan keris, dibersihkan dengan minyak khusus kira-kira setiap 3 sampai 4 bulan sekali. Di perawatan keris juga terdapat proses diwarang yang bertujuan untuk menonjolkan bagian logam yang diukir dan menjadikannya lebih indah.
Keris bisa dikembangkan dari beberapa penilaian aspek, yang pertama keris memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dalam lingkup film dan televisi. Seperti pengembangan Film dokumenter, hal ini dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat tentang keris. Film dokumenter dapat menampilkan berbagai aspek dari pameran dan atraksi tempa keris, mulai dari sejarah, budaya, filosofi, hingga proses pembuatan keris. Selain itu Serial televisi juga dapat menjadi sarana dengan format cerita yang menarik. Serial televisi dapat mengisahkan tentang kehidupan para empu, proses pembuatan keris, dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam keris.
Oleh mahasiswa ISI Surakarta, prodi Film dan Televisi,
Baiq Rahayu Nur Jaufani,
Jasmine Rahmadhyani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H