Membaca pemberitaan yang isinya ; Memberi pernyataan hanya karena kurang yakin menang, sampai sampai salah satu Parpol menarik dukungannya kepada salah satu pasangan calon dalam Pilgub Jabar 2018, Jika demikian artinya setiap calon harus dapat memproklamirkan dirinya sebagai pemenang kepada Parpol pengusung, tanpa perlu melihat kekuatan dan modal politk, pokonya  sikap kurang percaya diri malah akan menjadikannya  blunder, setiap calon dituntut kurang lebihnya menjadi seorang opurtunis, yang tentu sosok pemimpin seperti ini bukanlah yang kita harapakan sebagai gubernur Jawa barat nanti.
Kemudian bagaimana dengan sosok rendah hati Kang Dedi, selama ini kita melihat apa yang dilakukan Kang Dedi datar saja, nyaris tanpa ada maneuver maneuver politik, begitupun pernyataannya nyaris biasa biasa saja tidak ada kata kata yang melegimitasi dirinya akan menjadi pemenang meski dirinya sendiri sebagai Ketua DPD I Golkar Jawa Barat yang  memiliki 17 kursi di DPRD Provinsi Jawa Barat dan telah menerima dukungan secara bulat dari seluruh DPD II Golkar di Jawa Barat.
Apa karena sikap ini sehingga DPP Partai Golkar di Jakarta masih belum mendegklarasikan pencalonan Kang Dedi, apa karena  sikap Kang Dedi ini, surat rekomendasi DPP Partai Golkar yang keluar tanggal 2 Agustus 2017 untuk Kang Dedi, isinya bisa di multi tafsirkan oleh berbagai pihak tergantung dari sudut kepentingannya masing masing, jawabannya Wallahu A'lam.Padahal kita semua pasti faham sikap Kang Dedi yang seperti ini merupakan  bentuk kepasrahan  dirinya yang tidak ingin mendahului kehendak taqdir yang maha kuasa, sikap Kang Dedi ini merupakan manifestasi filosofi hidup orang Sunda.
Hirup kudu sasampeuran, awak ukur sasampayan, sariring riring dumadi, sarengkak saparipolah sadaya kersaning Gusti Nu Maha Suci (Tak ada sedikitpun pengakuan dan keakuan dalam diri). Sifat totalitas ini melahirkan sosok yang bernama Rawayan Jati Ki Sunda.
Sikap datar, tenang, diam dan mengalah Dedi Mulyadi merupakan ciri ciri orang yang memiliki kemampuan berpolitik yang tinggi, seperti dalam pepatah yang kita kenal dengan  ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk.
KI SUNDA ( Dedi Mulyadi) bukanlah sosok  opurtunis penuh ambisi, orang opurtunis adalah orang yang selalu mencari keuntungan disetiap kesempatan atau menciptakan sebuah kesempatan untuk mengambil sebuah keuntungan demi memenuhi segala keinginannya. Orang opurtunis kalaupun suatu saat memberi pastilah sebelumnya telah berhitung kira-kira akan dapat imbalan seberapa besar, orang seperti ini selalu mencari keuntungan dari keruhnya sebuah permasalahan, dasyatnya sebuah konflik bahkan tega memanfaatkan ketidak berdayaan orang lain.
Seperti yang kita tahu Kang Dedi adalah sosok pemimpin yang begitu dekat dengan rakyat, sosok pemimpin yang menjadikan penderitaan rakyatnya bagian penderitaan dirinya.
Tidak ada program atau kebijakan yang tidak berpihak kepada kepentingan rakyatnya. Baginya kekuasaan merupakan sebuah amanah yang harus dipertanggung jawabkan dunia dan akherat nanti.
Dari sisi kehidupan pribadi Kang Dedi merupakan seorang dermawan, Tukang tutulung kanu keur butuh, tukang tatalang kanu keur susah, tukang nganteur kanu keur sieun, tukang nyaangan kanu keur poekkeun. Ini semua fakta dari sosok Dedi Mulyadi yang selama ini kita kenal. Sekali lagi parpol jangan menjadikan para kandidat Pilgub Jabar 2018 menjadi sosok sosok yang opurtunis (DKS).
#dedimulyadi7abar1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H