Mohon tunggu...
Angel Sang Pemenang
Angel Sang Pemenang Mohon Tunggu... -

demokrasi telah mati

Selanjutnya

Tutup

Money

Risiko "Direct Selling" pada Prostitusi Modern

7 Juni 2018   07:10 Diperbarui: 7 Juni 2018   07:26 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Direct selling adalah mekanisme yang diyakini akan menurunkan biaya transaksi karena memutus rantai distribusi barang atau jasa untuk bisa langsung dinikmati oleh pelanggan. Tetapi sejarah membuktikan bahwa direct selling sejatinya melawan mekanisme pasar, sehingga alih alih menurunkan harga barang atau jasa, tetapi justru sebaliknya. Model bisnis MLM yang katanya memotong jalur distribusi ternyata justru membuat barang atau jasa yang didistribusikan lewat MLM menjadi lebih mahal dibanding barang sejenis dengan distribusi pasar.

Begitu juga dengan bisnis prostitusi modern. Walapun pengadilan pun sudah pernah membuktikan adanya jaringan bisnis prostitusi online di kalangan "wanita pesohor", sebagai pelanggan anda tidak bisa langsung direct buying pada "wanita pesohor" tersebut. Anda harus melalui mekanisme germo atau mucikari untuk bisa mendapatkan layanan prostitusinya. Bagi "wanita pesohor" tentu sangat beresiko untuk melakukan tawar menawar langsung dengan pemakai tanpa melalui germo.

Dengan melakukan tawar menawar langsung maka, sama saja membuka rahasia pribadi dan secara waktu juga sangat amat melelahkan dalam membuat deal tanpa bisa mensorting calon pelanggan. 

Tidak semua pelanggan serius, bagaimana jika tawar menawar harga begitu panjang dan melelahkan diujungnya deal tidak terjadi. Disisi lain waktu bagi "wanita pesohor" sesungguhnya sangat terbatas, apalagi jika merunut hukum marketing bahwa dari 100 calon pelanggan yang bertanya yang deal maksimal hanya 5 orang.

Direct selling bagi pelangganpun bisa jadi sangat beresiko, apalagi dunia prostitusi selalu berkonotasi remang - remang baik subyek, obyek maupun mekanismenya. Anda bisa membayar 50 juta untuk barang busuk, sebaliknya anda bisa cukup beruntung dengan 2 juta untuk barang premium. Tidak ada standart harga yang pasti, mekanisme ngebet dan iseng seolah identik dengan supply and demand dalam bahasa akademis.

Jika calon pelanggan melakukan direct selling dalam dunia prostitusi, bisa jadi anda akan dihukum oleh jaringan prostitusi yang sudah eksis mencengkeram dunia "wanita pesohor". Kita semua tahu, bahwa nomer HP mereka, biasanya dipegang oleh "manajemem", yang bisa jadi juga merupakan bagian marketing untuk service khusus.. Jika anda calon pelanggan yang dianggap tidak cukup banyak uang tetapi cukup terkenal dan layak diperas, bisa jadi penawaran anda akan dijadikan bukti sebagai tindakan pelecehan.

Tuduhan pelecehan tentu menjadi absurd jika kita google di internet daftar artis plus plus, diyakini oleh testimoni banyak orang bahwa hal ini benar terjadi. Tetapi tetap saja, penjahatpun bisa menggunakan UU ITE untuk bertindak selayaknya malaikat yang mengalami pelecehan. Publik jangan cepat - cepat terbius dengan kosa kata "korban pelecehan. Mari kita berhitung, berapa banyak uang bisa dikumpulkan dari penyanyi youtube, dengan  harta super mewah.

Disini saya tidak mau membuat kesimpulan, apakah "korban pelecehan" itu benar adanya, atau hanya seorang calon pelanggan amatir yang melanggar aturan mekanisme pasar dengan mencoba melakukan direct buying. 

Lebih bijak jika anda tidak mencoba - coba berhubungan dengan dunia prostitusi, dunia remang - remang dengan banyak tipu muslihat. Ya tentu saja penuh tipu muslihat karena anda hanya melihat luarnya saja yang mulus mengkilap, tetapi sejatinya barang busuk dimana semua orang bisa memakainya asal cocok harganya. Sebagus bagusnya WC umum, tentu lebih nyaman memakai toilet rumah sendiri. 

Jika di tempat umum orang bisa melihat badan para pesohor ini bisa diakses sambil senyum2 oleh orang lain, salahkah jika ada orang yang berpikir akses lebih luas dapat dilakukan diruang privat? Anda berhak pamer barang pribadi anda ditempat umum, tetapi orangpun juga tidak salah menyimpulkan barang pribadi anda layak dibeli, siapa tahu memang dijual?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun