Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta pada tahun ini akan digelar pada tanggal 5 sampai 11 Februari 2017. Bagi panitia Pekan Budaya, dua pekan barangkali waktu yang semakin singkat untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Bagi kita para penikmat keberagaman budaya dan seni, waktu dua minggu merupakan waktu yang leluasa untuk mengatur jadwal dan mempersiapkan perjalanan bagi yang tinggal cukup jauh dari Kota Yogyakarta.Â
Berbeda dengan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) sebelumnya, PBTY ke-12 tahun 2017 ini mempunyai rentang waktu yang lebih lama. Bila sebelum-sebelumnya mengambil satu pekan atau lima hari, kali ini PBTY diselenggarakan selama satu minggu penuh atau tujuh hari. Ini makin memberikan pengunjung keleluasaan untuk memilih pada tanggal berapa atau hari yang mana mereka akan menikmati parade seni dan budaya Tionghoa. Namun bagi yang ingin menikmati parade dan karnaval harap dicatat bahwa ini akan digelar pada pembukaan Pekan Budaya pada tanggal 5 Februari 2017, bukan pada penutupan acara sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
PBTY ke-12 kali ini mengambil tempat di Kampung Ketandan. Tempat yang sama sejak PBTY pertama kali diselenggarakan. Untuk diketahui, pemilihan Kampung Ketandan ini bukan tanpa alasan. Perkampungan yang mempunyai sejarah panjang ini tercatat pada sekitar tahun 1780 masehi merupakan daerah tempat tinggal Tan Jin Xing. Ia merupakan tokoh yang saat itu dikenal berpengaruh dan dihormati.Â
Kemarin siang (Rabu, 25 Februari 2017) di Move On Cafe Shop Prawirotaman Yogyakarta kami berkesempatan ngobrol-ngobrol dengan salah satu tokoh Kampung Ketandan. Beliau adalah Bapak Djun Daka. Menurut Pak Djun Daka, Tan Jin Xing merupakan keturunan Tionghoa yang diangkat menjadi bupati oleh Hamengku Buwono III. Ia diberi gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Seco Diningrat. Masih menurut Pak Djun Daka, Tan Jin Xing aka KRT Seco Diningrat kemudian menikah dengan kerabat keraton Yogyakarta dan untuk diketahui Tan Jin Xing merupakan salah satu keturunan Tionghoa pada jaman itu yang beragama Islam.
Pekan Budaya Tionghoa perdana berhasil digelar pada tahun 2006 dengan Ketua Panitia Ibu Wali Kota Yogyakarta, Ketua Panitia Pelaksana Ibu Muryati Gardjito dan acara ini dibuka secara langsung oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Pekan Budaya yang kemudian sukses digelar secara rutin tiap tahun kemudian menjadi latar dibentuknya Jogja Chinesse Art and Culture Center (JACC).
Apa yang istimewa di Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta ke-12?
Pelangi Budaya Nusantara menjadi tema event Pekan Budaya ke-12 tahun ini. Tema ini menurut salah satu Panitia, Mas Bekti, merupakan keinginan untuk menegaskan inklusivitas acara ini. Bahwa Pekan Budaya Tionghoa bukan hanya milik para keturunan Tionghoa melainkan untuk semua masyarakat Indonesia. Praktiknya memang dalam setiap event PBTY selalu diisi oleh semua ragam budaya dari daerah-daerah di Indonesia mulai Aceh sampai Papua. Bukan hanya menampilkan produk budaya Tionghoa dan produk budaya akulturasinya.
Pemuda Tionghoa Membatik. Untuk acara ini panitia PBTY bekerja sama dengan Batik Sekar Jagat. Dalam rangkaian acara akan diadakan sarasehan batik dan demo membatik yang bisa diikuti secara gratis oleh pengunjung.Â
Bekerja sama dengan Food Truck Community dan menampilkan sebanyak 134 stand. Kemarin saya bertanya kepada panitia apakah akan ada seleksi untuk berpartisipasi membuka stand di PBTY. Jawabannya iya. Untuk memastikan keragaman item yang ditampilkan selama Pekan Budaya sehingga menawarkan pengalaman kepada pengunjung secara lebih maksimal.. Bahkan untuk stand makanan, panitia membuat aturan yang tegas agar pemilik stand memasang tulisan pengumuman yang jelas mengenai produk makanan yang dijual. Makanan yang non halal misalnya mengandung babi harus diberikan label yang jelas.
Rumah Budaya. Menampilkan konsep rumah jaman dulu didesain ada tempat makan, tempat ibadah, dan lain-lain. Untuk menata konsep Rumah Budaya Tionghoa tempo dulu panitia PBTY akan menggunakan properti koleksi dari kolekter ternama, Afif Sakur.
Penampilan Penari Jepang dan India. Untuk memperkaya khasanah keragaman budaya selama PBTY panitia telah mengundang 1 penari dari Jepang dan 2 penari dari India. Penari-penari itu akan menampilkan tarian dan budaya dari negara asal mereka masing-masing.